Kebaktian Sedunia
Hidup dengan Tujuan: Pentingnya “Maksud yang Sungguh-Sungguh”


Hidup dengan Tujuan: Pentingnya “Maksud yang Sungguh-Sungguh”

Malam Bersama Brother RandallL. Ridd Kebaktian Seluruh Dunia untuk Dewasa Muda • 11 Januari 2015 • Brigham Young University–Idaho

Betapa kesempatan luar biasa berada bersama Anda malam ini. Sungguh merupakan kehormatan bagi istri saya dan saya untuk berada di sini pada malam ini. Saya pikir adalah menarik bahwa telepon saya tahu saya melakukan perjalanan ini ke Rexburg dalam kalender saya hari ini. Telepon itu memberi tahu saya seperti apa cuacanya serta memberi saya daftar hotel dan restoran di kota. Telepon saya bahkan memberi tahu saya mengenai banyaknya kegiatan menarik yang tersedia di Rexburg akhir pekan ini.

Wah, dipikir-pikir—telepon saya tidak mencantumkan ceramah saya sebagai salah satu kegiatan menarik yang ada. Saya rasa itu caranya Anda tahu bahwa itu adalah telepon pintar!

Walaupun telepon pintar Anda tidak merekomendasikannya, Anda masing-masing telah memilih untuk meluangkan waktu satu jam dari waktu Anda bersama saya malam ini—satu jam yang tidak akan pernah Anda dapatkan kembali. Maka, saya merasakan tanggung jawab besar untuk menjadikannya bermanfaat. Tetapi saya juga tahu bahwa apa yang saya ucapkan tidak akan sepenting apa yang akan Roh ajarkan kepada Anda, dan itu hanya akan sama berharganya dengan komitmen Anda untuk menindaki dorongan-dorongan itu.

Saya rasa Anda akan sepakat dengan saya bahwa ini adalah masa yang luar biasa untuk menjalani hidup. Para ahli sosiologi menyebut generasi saya sebagai Generasi Kelahiran Pasca Perang Dunia II, meski istilah itu nyaris tidak berlaku lagi; mereka menyebut generasi berikutnya Generasi  X; dan mereka telah menyebut generasi Anda Generasi Y, atau Kaum Milenium. Dikenal karena kemudahan alami Anda dengan teknologi dan bagaimana Anda telah merangkul media sosial, Anda lebih cerdas dan lebih terdidik daripada generasi-generasi sebelumnya. Karakteristik ini bukan saja membuat Anda sangat berharga dalam masyarakat dewasa ini tetapi juga dalam melakukan pekerjaan Tuhan.

Anda memiliki lebih banyak pilihan dan lebih banyak peluang daripada yang pernah ada sebelumnya. Seperti begitu banyak hal dalam kehidupan, ini sekaligus adalah berkat dan kutukan. Terlalu banyak pilihan, dan rasa takut untuk membuat pilihan-pilihan yang buruk, sering menuntun pada kelumpuhan keputusan, yang merupakan salah satu tantangan generasi Anda. Sekarang lebih sulit untuk berfokus daripada sebelumnya! Dengan teknologi, segera setelah Anda membeli sesuatu, ada kemungkinan bahwa itu akan usang tidak lama setelah Anda meninggalkan toko. Terlalu banyak orang takut untuk berkomitmen terhadap apa pun karena mereka meragukan apakah pilihan yang lebih baik berada tidak jauh di hadapan mereka. Jadi mereka menunggu—dan pada akhirnya tidak memilih apa pun. Dalam kondisi yang pasif ini mereka menjadi target yang mudah bagi gangguan. Penangkal baginya, brother dan sister, adalah apa yang akan saya bicarakan malam ini—hidup dengan tujuan: pentingnya maksud yang sungguh-sungguh.

I. Tujuan

Bayangkan untuk sesaat Anda berada dalam sebuah sekoci penolong di samudra, tanpa apa pun kecuali ombak yang bergulung-gulung di segala arah, sejauh mata memandang. Sekoci tersebut dilengkapi dengan dayung, tetapi ke arah mana Anda akan mendayung? Sekarang bayangkan Anda sekilas melihat tanah daratan. Sekarang Anda tahu ke arah mana Anda harus pergi. Apakah melihat tanah daratan memberi Anda sekaligus motivasi dan tujuan? Orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas adalah gelandangan. Gelandangan membiarkan gelombang dunia memutuskan ke mana mereka pergi.

Leo Tolstoy

Kehidupan penulis besar Rusia Leo Tolstoy, penulis buku War and Peace, mengilustrasikan ini. Leo Tolstoy memiliki masa remaja yang sulit. Orang tuanya meninggal ketika dia berusia kira-kira 13 tahun. Dididik oleh kakak-kakak laki-lakinya dalam pengaruh alkohol, judi, dan perilaku seks bebas, Leo kurang tekun dalam pelajaran sekolahnya. Pada usia 22 tahun, dia mulai merasa bahwa hidupnya tidak memiliki tujuan yang sesungguhnya, dan dia menulis dalam jurnalnya, “Saya hidup bagaikan binatang buas. ”Dua tahun kemudian dia menulis, “Usia saya 24 tahun dan saya masih belum melakukan apa pun. ”Ketidakpuasan Tolstoy memotivasi dirinya untuk memulai pencarian seumur hidup untuk menemukan, sebagian besar melalui coba-coba, tujuan kehidupannya—mengapanya. Sebelum dia meninggal di usia 82 tahun, dia menyimpulkan dalam jurnalnya, “‘Seluruh makna dan sukacita kehidupan,’ … terletak dalam pencarian kesempurnaan dan pemahaman akan kehendak Allah”1—dan, akan saya tambahkan, melakukan kehendak Allah.

Telah dikatakan bahwa “dua hari paling penting dalam kehidupan Anda adalah hari ketika Anda dilahirkan dan hari ketika Anda mengetahui mengapa” Anda dilahirkan.2 Karena kita memiliki Injil, kita tidak perlu menghabiskan seluruh hidup kita mencoba menemukan tujuannya. Alih-alih, kita dapat berfokus pada memenuhi tujuan itu.

Dalam Matius 5:48 kita membaca, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”

Saya rasa kita masing-masing memiliki kerinduan alami untuk memperbaiki diri. Tetapi karena kita semua membuat kesalahan, banyak di antara kita yakin bahwa gol kesempurnaan tidaklah mungkin dicapai. Dan memang demikian jika bukan karena Pendamaian. Pengurbanan Juruselamat kita menjadikan kesempurnaan mungkin: “Ya, datanglah kepada Kristus, dan disempurnakanlah di dalam Dia, dan tolaklah dari dirimu segala kefasikan; dan jika kamu akan menolak dari dirimu segala kefasikan, dan mengasihiAllah dengan segala daya, pikiran dan kekuatanmu, maka kasih karunia-Nya cukuplah bagimu, sehingga dengan kasih karunia-Nya kamu boleh menjadi sempurna di dalam Kristus” (Moroni 10:32; penekanan ditambahkan).

Juruselamat kita telah memberi kita harapan yang mengilhami kita untuk menjadi seperti Bapa kita di Surga. Anda tahu, seperti yang Leo Tolstoy temukan, bahwa ada sukacita dalam perjalanan menuju kesempurnaan. Tujuan yang besar datang ke dalam kehidupan Anda ketika Anda menjadikan mengikuti kehendak Tuhan sebagai pencarian Anda.

Penatua Tadd R. Callister bertanya: “Mengapa begitu penting untuk memiliki visi yang benar ini mengenai tujuan-akhir ilahi berupa kesalehan yang mengenainya tulisan suci dan para saksi lainnya begitu jelas bersaksi? Karena dengan visi yang meningkat datanglah motivasi yang meningkat.”3

Misi

Ketika saya masih muda, saya hampir memutuskan untuk tidak pergi misi. Setelah satu tahun di perguruan tinggi dan satu tahun di angkatan darat, saya memiliki pekerjaan yang bagus di sebuah rumah sakit lokal sebagai teknisi sinar-X. Suatu hari Dr. James Pingree, salah seorang ahli bedah di rumah sakit, mengundang saya untuk makan siang. Selama percakapan kami, Dr. Pingree menyadari saya tidak berencana untuk melayani misi, dan bertanya mengapa tidak? Saya mengatakan kepadanya bahwa saya sedikit lebih tua dan itu mungkin sudah terlambat. Dia segera memberi tahu saya bahwa itu bukanlah alasan yang sangat baik dan bahwa dia telah melayani misinya setelah dia menyelesaikan sekolah kedokteran. Kemudian dia memberikan kesaksiannya mengenai pentingnya misinya.

Kesaksiannya memiliki dampak yang signifikan terhadap saya. Itu menyebabkan saya berdoa seperti yang belum pernah saya lakukan sebelumnya—dengan maksud yang sungguh-sungguh. Saya bisa memikirkan banyak alasan untuk tidak pergi misi: saya pemalu—begitu pemalunya sehingga pemikiran untuk memberikan ceramah perpisahan dalam pertemuan sakramen adalah alasan yang cukup untuk tidak pergi misi. Saya memiliki pekerjaan yang saya sukai. Saya memiliki peluang untuk beasiswa yang tidak akan tersedia setelah misi. Yang terpenting, saya memiliki pacar yang telah menunggu saya sementara saya dinas di angkatan darat—dan saya tahu dia tidak akan mau menunggu dua tahun lagi! Saya berdoa dan berdoa untuk mendapatkan pengukuhan bahwa alasan-alasan saya sah dan bahwa saya benar.

Yang membuat frustrasi, saya tidak bisa mendapatkan jawaban ya-atau-tidak yang mudah seperti yang saya harapkan. Kemudian terlintas dalam pikiran saya, “Apa yang Tuhan inginkan kamu lakukan?” Saya harus mengakui bahwa Dia ingin saya melayani misi, dan ini menjadi saat yang menentukan dalam kehidupan saya. Apakah saya akan melakukan apa yang saya ingin lakukan atau melakukan kehendak Tuhan? Itu adalah sebuah pertanyaan yang ada baiknya sering kita ajukan kepada diri kita sendiri. Betapa itu pola yang baik untuk kita masing-masing tetapkan sejak dini dalam kehidupan kita. Sering kali kita memiliki sikap “aku akan pergi ke mana Engkau inginkan aku pergi, dan aku melakukan apa yang Engkau inginkan aku lakukan, ya Tuhan—sepanjang itu adalah ke mana aku ingin pergi dan apa yang aku ingin lakukan.”

Syukurlah, saya memilih untuk melayani misi dan ditugaskan untuk bekerja di Misi Utara Meksiko. Untuk menghilangkan ketegangan yang mungkin sebagian dari Anda rasakan—saya dapat memberi tahu Anda bahwa pacar saya tidak menunggu saya, tetapi saya tetap menikahinya! Dia adalah salah satu berkat terbesar dalam kehidupan saya. Mengetahui tujuan kehidupan kita adalah menjadi seperti Bapa kita di Surga, saya telah mendapati bahwa tidak ada universitas yang lebih hebat daripada menikah dan memiliki keluarga untuk mengajari kita tentang kasih Allah bagi anak-anak-Nya. Mengetahui apa yang saya ketahui, saya akan melakukan segalanya semampu saya untuk masuk ke universitas itu, kalau saya menjadi Anda. Setahu saya pendaftaran terbuka dimulai saat ini juga.

II. Maksud yang Sungguh-Sungguh

Ketika putra kami baru belajar berbicara, dia memiliki keingintahuan yang tak terpuaskan. Dalam perbendaharaan katanya yang terbatas kata favoritnya adalah “Mengapa?” Jika saya mengatakan, “Sudah waktunya untuk bersiap tidur,” dia akan menanggapi dengan “Mengapa?”

“Saya akan pergi bekerja.”

“Mengapa?”

“Mari kita mengucapkan doa kita.”

“Mengapa?”

“Waktunya pergi ke Gereja.”

“Mengapa?”

Itu sungguh lucu—500 kali pertama dia mengucapkannya. Tetapi bahkan setelah kelucuannya pudar dan itu menjadi sedikit menjengkelkan, saya bersyukur atas pengingat yang sering itu bagi saya untuk mengkaji mengapanya di balik (secara harfiah) segala yang saya lakukan.

Saya tidak yakin ada banyak singnifikansi dalam huruf Y sebagai nama untuk generasi Anda, tetapi saya pikir ada nilainya menganggap diri Anda sebagai Generasi “Mengapa?” Adalah penting, di dunia dewasa ini, untuk bersikap penuh kesengajaan mengenai mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan.

Hidup dengan maksud yang sungguh-sungguh berarti memahami “mengapanya” dan sadar akan motif di balik tindakan-tindakan Anda. Socrates berkata, “Kehidupan yang tidak dikaji tidaklah sepadan untuk dijalani.”4 Renungkan bagaimana Anda menghabiskan waktu Anda, dan tanyakan secara teratur kepada diri Anda sendiri, “Mengapa?” Ini akan membantu Anda mengembangkan kemampuan untuk melihat melampaui saat ini. Adalah jauh lebih baik untuk melihat ke depan dan bertanya kepada diri Anda sendiri, “Mengapa saya mau melakukan itu?” daripada menengok ke belakang dan berkata, “Mengapa, ah, mengapa telah saya lakukan itu?” Jika satu-satunya alasan adalah bahwa Allah ingin Anda melakukannya, itu sudah alasan yang cukup.

Bintang

Saya belajar pentingnya maksud yang sungguh-sungguh ketika saya seorang murid seminari muda. Guru kami menantang kami untuk membaca Kitab Mormon. Untuk membantu melacak kemajuan kami, dia membuat bagan dengan nama-nama kami tertera menurun di satu sisi dan kitab-kitab dicantumkan di atas. Setiap kali kami membaca sebuah kitab, sebuah bintang ditempatkan di sisi nama kami. Awalnya saya tidak banyak mengerahkan upaya untuk membaca, dan tidak lama kemudian saya mendapati diri saya semakin jauh ketinggalan. Didorong oleh rasa malu dan semangat kompetisi alami saya, saya mulai membaca. Setiap kali saya mendapat bintang, saya merasa senang. Dan semakin banyak bintang saya peroleh, semakin saya termotivasi untuk membaca—di antara kelas-kelas, setelah sekolah, di setiap menit yang senggang.

Ini akan menjadi cerita yang hebat jika saya dapat memberi tahu Anda bahwa saya orang pertama yang selesai di kelas—tetapi bukan saya. (Tetapi, saya juga bukan yang terakhir). Tetapi tahukah Anda apa yang saya dapatkan dari membaca Kitab Mormon? Saya tahu Anda berpikir “sebuah kesaksian,” bukan? Tetapi bukan itu. Saya mendapatkan bintang-bintang. Saya mendapatkan bintang-bintang karena itulah mengapanya saya membaca. Itu adalah maksud sungguh-sungguh saya.

Moroni jelas ketika dia menggambarkan caranya mencari tahu apakah Kitab Mormon benar: “Dan ketika kamu akan menerima hal-hal ini, aku hendak mendesakmu agar kamu akan bertanya kepada Allah, Bapa Yang Kekal, dalam nama Kristus, apakah hal-hal ini tidaklah benar; dan jika kamu akan bertanya dengan hati yang tulus, dengan maksud yang sungguh-sungguh, memiliki iman kepada Kristus, Dia akan menyatakan kebenaran darinya kepadamu, melalui kuasa Roh Kudus” (Moroni 10:4; penekanan ditambahkan).

Mengenang itu, saya dapat melihat bahwa Tuhan sepenuhnya adil terhadap saya. Mengapa saya harus berharap menemukan sesuatu selain dari yang saya cari? Saya tidak pernah benar-benar berhenti dan bertanya kepada diri saya sendiri mengapa saya membaca Kitab Mormon. Saya menggelandang, membiarkan motivasi duniawi menuntun saya, hanya untuk mengetahui bahwa saya telah membaca kitab yang benar untuk tujuan yang salah. Maksud yang sungguh-sungguh adalah melakukan apa yang benar untuk alasan yang benar.

Baru bertahun-tahun kemudian, ketika saya bergumul untuk memutuskan apakah pergi misi atau tidak, maka saya membaca Kitab Mormon dengan maksud yang sungguh-sungguh. Jika saya akan menghabiskan dua tahun memberikan kesaksian mengenai kitab itu, saya terlebih dahulu harus memiliki kesaksian.

Saya tahu bahwa Kitab Mormon memenuhi tujuan ilahinya memberikan kesaksian mengenai kehidupan dan misi Yesus Kristus karena saya telah membacanya dengan maksud yang sungguh-sungguh.

Perumpamaan tentang Jeruk

Saya ingin berbagi sebuah perumpamaan modern yang akan saya sebut “Perumpamaan tentang Jeruk.” Sewaktu Anda mendengarkan, pikirkanlah apa yang cerita ini ajarkan kepada Anda mengenai kekuatan dari maksud yang sungguh-sungguh.

Ada seorang pemuda yang memiliki ambisi untuk bekerja di sebuah perusahaan karena gajinya sangat besar dan sangat bergengsi. Dia mempersiapkan riwayat hidupnya dan melalui beberapa wawancara. Akhirnya, dia diberikan posisi tingkat awal. Lalu dia mengalihkan ambisinya ke golnya berikutnya—jabatan penyelia yang akan lebih bergengsi dan bergaji lebih tinggi. Maka dia menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dia datang awal sekali beberapa pagi dan bekerja sampai larut agar atasannya melihat dia menekuni banyak jam kerja.

Setelah lima tahun sebuah jabatan penyelia tersedia. Tetapi, betapa kecewanya pemuda itu, seorang karyawan lain, yang baru bekerja di perusahaan selama enam bulan, diberikan promosi itu. Pemuda itu sangat marah, dan dia pergi menghadap atasannya serta menuntut penjelasan.

Atasan yang bijaksana itu berkata, “Sebelum saya menjawab pertanyaan Anda, bisakah Anda melakukan sesuatu untuk saya?”

“Ya, tentu saja,” kata karyawan itu.

“Maukah Anda pergi ke toko dan membeli buah jeruk? Istri saya membutuhkannya.”

Pemuda itu setuju dan pergi ke toko. Ketika dia kembali, atasannya bertanya, “Jeruk jenis apa yang Anda beli?”

“Saya tidak tahu,” pemuda itu menjawab. “Anda hanya mengatakan membeli jeruk, dan ini adalah jeruk. Ini jeruknya.”

“Berapa harganya?” atasannya bertanya.

“Wah, saya tidak tahu,” adalah jawabnya. “Anda memberi saya 30 dolar. Ini bonnya, dan ini kembalian Anda.”

“Terima kasih,” kata atasannya. “Sekarang, silakan duduk dan perhatikan dengan seksama.”

Lalu atasan tersebut memanggil masuk karyawan yang telah menerima promosi dan memintanya melakukan pekerjaan yang sama. Dia dengan sigap setuju dan pergi ke toko.

Ketika dia kembali, atasannya bertanya, “Jeruk jenis apa yang Anda beli?”

“Begini,” dia menjawab, “toko memiliki berbagai jenis—ada jeruk navel, jeruk Valencia, jeruk blood, tangerine, dan banyak jenis lainnya, dan saya tidak tahu jenis apa yang harus dibeli. Tetapi saya ingat Anda mengatakan istri Anda yang perlu jeruk itu, jadi saya menelepon dia. Dia mengatakan bahwa dia akan mengadakan pesta dan dia akan membuat jus jeruk. Maka saya bertanya kepada penjaga toko yang mana di antara semua jenis jeruk ini yang paling baik untuk dibuat jus. Dia mengatakan jeruk Valencia sarat dengan jus yang sangat manis, jadi jenis itulah yang saya beli. Saya mengantarkannya ke rumah Anda dalam perjalanan kembali ke kantor. Istri Anda sangat senang.”

“Berapa harganya?” atasannya bertanya.

“Nah, itu masalah yang lain lagi. Saya tidak tahu berapa banyak harus dibeli, jadi saya sekali lagi menelepon istri Anda dan bertanya kepadanya berapa banyak tamu yang dia undang. Dia mengatakan 20 orang. Jadi saya bertanya kepada penjaga toko berapa banyak jeruk yang dibutuhkan untuk membuat jus untuk 20 orang, dan jumlahnya banyak. Maka saya bertanya kepada penjaga toko apakah dia bisa memberikan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah banyak, dan dia memberikannya! Harga satu buah jeruk ini biasanya 75 sen, tetapi saya membayar hanya 50 sen. Ini kembalian Anda dan bonnya.”

Atasan tersebut tersenyum dan berkata, “Terima kasih; Anda boleh pergi.”

Dia melihat ke arah pemuda yang ikut memperhatikan itu. Pemuda itu berdiri, bahunya terkulai dan berkata, “Saya mengerti maksud Anda,” sewaktu dia berjalan dengan sedih ke luar dari kantor.

Apa perbedaan di antara kedua pemuda ini? Keduanya diminta untuk membeli jeruk, dan mereka melakukannya. Andadapat mengatakan yang satu berbuat lebih dari yang diharapkan, atau yang satu lebih efisien, atau yang satu lebih memberikan perhatian terhadap rincian. Tetapi perbedaan paling penting berhubungan dengan maksud yang sungguh-sungguh, alih-alih hanya melakukan gerakannya saja. Pemuda yang pertama termotivasi oleh uang, jabatan, dan gengsi. Pemuda yang kedua terdorong oleh hasrat yang kuat untuk menyenangkan majikannya dan komitmen batin untuk menjadi karyawan terbaik sebatas kemampuannya—dan hasilnya jelas.

Bagaimana Anda dapat menerapkan perumpamaan ini dalam kehidupan Anda? Bagaimana upaya-upaya Anda dalam keluarga Anda, di sekolah, di tempat kerja, dan di Gereja, dapat menjadi berbeda jika Anda selalu berusaha untuk menyenangkan Allah dan melakukan kehendak-Nya, termotivasi oleh kasih Anda bagi-Nya?

III. Penerapan

Menghindari Gangguan—Pentingnya Fokus

Berapa kali Anda duduk di depan komputer untuk melakukan pekerjaan rumah atau tugas untuk pekerjaan, ketika tiba-tiba muncul iklan untuk sesuatu yang selama ini Anda cari? Lalu, sewaktu Anda menjelajahi toko-toko daring, Anda mencermati bahwa beberapa teman Anda sedang daring, maka Anda mulai berbincang dengan mereka. Lalu Anda menerima pemberitahuan bahwa teman telah menulis sesuatu di Facebook, dan Anda merasa perlu melihat apa itu. Tanpa Anda sadari, Anda telah kehilangan waktu yang berharga dan lupa tujuan awal Anda berada di komputer. Begitu sering kita terganggu ketika kita seharusnya bertindak. Gangguan merampas waktu Anda yang seharusnya bisa diinvestasikan dalam melakukan hal yang baik. Kemampuan untuk berfokus membantu kita menghindari gangguan.

Saya tahu Anda semua suka mengikuti tes. Oleh karena itu, malam ini saya akan memberi Anda tes cepat mengenai kemampuan Anda untuk berfokus. Anda akan melihat dua tim: satu berseragam putih dan satu berseragam hitam. Mereka akan melemparkan bola basket, dan saya hanya ingin Anda menghitung jumlah lemparan yang dibuat tim berseragam putih.

[Video tes kesadaran diputar].

Berapa lemparan yang Anda hitung?

Angkat tangan Anda jika Anda menghitung 19 lemparan. Berapa banyak yang menghitung 20? Berapa banyak menghitung 21? Berapa banyak menghitung 22?

Jawaban yang benar adalah 21.

Semua yang menjawab benar yaitu 21, angkat tangan Anda. Tetap angkat tangan Anda jika Anda melihat seorang wanita lansia berjalan, kemudian melakukan gerakan berjalan mundur, melintasi lantai. Sekarang, tetap angkat tangan jika Anda melihat seorang petarung ninja menggantikan salah satu pemain yang berseragam hitam. Apakah Anda melihat para pemain pada tim yang berseragam hitam mengenakan topi?

Sekarang simak sekali lagi, dan berfokuslah pada sesuatu yang tidak Anda lihat pertama kali.

[Video tes kesadaran diputar kembali].

Kami akan berbagi video ini dengan Anda sesudah ini melalui media sosial.

Fokus kita dalam kehidupan begitu penting. Seperti yang tes ini tunjukkan, kita umumnya menemukan apa yang kita cari. Atau, seperti yang tulisan suci nyatakan, “Carilah, maka kamu akan mendapat” (Lukas 11:9).

Jika kita berfokus pada apa yang dari dunia, kita dapat kehilangan seluruh dunia rohani yang ada di sekeliling kita. Kita mungkin tidak mampu mengenali dorongan-dorongan rohani yang Roh Kudus sangat ingin berikan kepada kita untuk mengarahkan kehidupan kita dan untuk memberkati orang lain. Sebaliknya, jika kita berfokus pada apa yang dari Roh dan apa yang “bajik, indah, atau dikatakan baik atau layak dipuji” (Pasal-Pasal Kepercayaan 1:13), maka kemungkinannya kecil kita dilencengkan oleh godaan dan gangguan dunia. Cara terbaik untuk menghindari gangguan adalah dengan mengarahkan fokus kita secara mantap pada tujuan kita dan terlibat dengan bersemangat dalam perkara yang baik. Berhati-hatilah akan fokus Anda—jangan menghabiskan waktu berfokus pada mendaki sebuah gunung hanya untuk menemukan Anda telah mendaki gunung yang salah.

Kekuatan dari Hal-Hal Kecil

Tiga puluh lima tahun setelah saya “menyesuaikan fokus saya” dan memutuskan untuk melayani misi, putra saya mendorong saya untuk mengunjungi Meksiko bersamanya dan, mudah-mudahan, menemukan sejumlah orang yang telah saya ajar. Kami menghadiri pertemuan sakramen di kota kecil di mana saya memulai misi saya, berpikir mungkin saya dapat mengenali seseorang—tetapi tidak seorang pun. Setelah pertemuan, kami menanyakan uskup apakah dia mengenali seseorang dari daftar orang-orang yang telah kami ajar dan baptiskan. Tidak seorang pun. Dia menjelaskan bahwa dia baru menjadi anggota selama lima tahun. Dia menyarankan kami berbicara kepada seorang pria lain yang telah menjadi anggota selama 27 tahun—kemungkinannya kecil, tapi tidak ada salahnya dicoba. Saya mencermati daftar saya bersamanya tanpa hasil sampai kami tiba pada nama terakhir: Leonor Lopez de Enriquez.

“Oh, ya,” katanya. “Keluarga ini berada di lingkungan lain, tetapi mereka datang ke gedung ini. Pertemuan sakramen mereka sesudah ini; mereka seharusnya datanga tidak lama lagi.”

Kami hanya perlu menunggu kira-kira 10 menit sebelum Leonor datang berjalan memasuki gedung. Walaupun sekarang berusia 75-an, saya langsung mengenalinya, dan dia mengenali saya. Kami lama saling berpelukan sambil meneteskan air mata.

Dia berkata, “Kami berdoa selama 35 tahun agar Anda akan kembali sehingga kami dapat berterima kasih karena telah membawa Injil kepada keluarga kami.”

Sementara para anggota keluarga lain memasuki bangunan, kami berbagi pelukan dan air mata. Sekilas, saya dapat melihat putra saya sedang berdiri bersama dua misionaris penuh-waktu yang menyeka air mata mereka dengan dasi mereka.

Sewaktu kami menghadiri pertemuan sakramen, adalah mengagumkan mendapati bahwa uskup adalah salah seorang putra Leonor, pemain piano adalah cucu laki-lakinya, pemimpin lagu adalah cucu perempuannya, ada beberapa remaja putra dalam Imamat Harun yang adalah cucu laki-lakinya. Salah seorang putri menikah dengan penasihat dalam presidensi pasak. Seorang putri yang lain menikah dengan uskup dari lingkungan di dekat sana. Sebagian besar anak-anak Leonor pergi misi, dan sekarang cucu-cucu lelakinya juga telah melayani misi.

Kami belajar bahwa Leonor adalah misionaris yang jauh lebih baik daripada kami. Sekarang, anak-anaknya dengan penuh syukur mengenang upaya ibu mereka yang tak kenal lelah untuk mengajari mereka Injil: pentingnya persepuluhan, bait suci, penelaahan tulisan suci, doa dan iman untuk percaya padanya. Dia mengajari mereka bahwa keputusan kecil, seiring perjalanan waktu, menghasilkan kehidupan yang penuh, saleh, dan bahagia, dan mereka mengajarkan hal-hal itu kepada orang lain. Jumlahkan itu semua dan ada lebih dari 500 orang yang telah ke dalam Gereja karena satu keluarga yang luar biasa ini. Itu adalah salah satu di antara banyak alasan mengapa Tuhan menginginkan saya pergi misi. Itu mengajari saya konsekuensi kekal dari berupaya melakukan kehendak Tuhan.

Itu semua dimulai dengan sebuah percakapan sederhana saat makan siang. Saya sering berpikir bahwa seandainya Dr. Pingree lebih berfokus pada kariernya atau kiprah duniawi lainnya, mungkin dia tidak akan pernah bertanya mengapa saya tidak melayani misi. Tetapi fokusnya adalah kepada orang lain dan pada memajukan pekerjaan Tuhan. Dia menanamkan benih yang telah tumbuh serta telah menghasilkan buah dan terus tumbuh, atau bertambah-tambah berlipat ganda. Pemikiran yang diilhami menghasilkan perbuatan baik; perbuatan baik menghasilkan perbuatan baik lainnya, dan seterusnya, secara kekal.

Markus 4:20 mengatakan, “Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”

Gagasan bahwa tindakan-tindakan yang kecil, sederhana tetapi penuh tujuan dapat memiliki konsekuensi yang dramatis amat didukung dalam tulisan suci. Alma mengajari putranya Helaman:

“Melalui apa yang kecil dan sederhana apa yang besar didatangkan .…

… Dengan cara-cara yang sangat kecil Tuhan mempermalukan yang bijak dan mendatangkan keselamatan banyak jiwa” (Alma 37:6–7).

Salah satu pelajaran awal kehidupan hendaknya adalah bahwa ada kekuatan yang besar dalam memadukan dampak dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Hal-hal yang kecil dan sederhana sedang bekerja dalam kehidupan Anda sekarang—bekerja baik untuk Anda maupun melawan diri Anda. Sama seperti Tuhan menggunakan hal-hal seperti itu untuk membangun diri Anda, Setan menggunakannya untuk mengganggu Anda dan menuntun Anda secara perlahan, hampir tak kentara, ke luar dari jalan.

Tantangan kita adalah bahwa ketika kita melihat keluarga yang luar biasa atau orang yang secara finansial berhasil atau orang yang hebat secara rohani, kita tidak melihat semua tindakan kecil dan sederhana yang telah menghasilkannya. Kita menonton atlet Olimpiade, tetapi kita tidak melihat bertahun-tahun latihan harian yang telah menjadikan mereka juara. Kita pergi ke toko dan membeli buah-buahan segar, tetapi kita tidak melihat penanaman benih dan pengolahan tanah secara proses panennya yang cermat. Kita memandang Presiden Monson dan para Pembesar Umum lainnya, dan kita merasakan kekuatan rohani dan kebaikan mereka, tetapi yang tidak kita lihat adalah disiplin harian sederhana yang diterapkan berulang-ulang. Hal-hal ini mudah dilakukan, tetapi mudah juga untuk tidak dilakukan—khususnya karena hasilnya tidak instan.

Kita hidup di dunia yang serba instan. Kita ingin dari menanam ke langsung ke panen. Kita begitu terbiasa memperoleh hasil instan—setiap kali kita harus menunggu lebih dari beberapa detik bagi Google untuk menjawab setiap pertanyaan kita, kita menjadi kesal—tetapi kita lupa bahwa hasil yang diperoleh ini adalah dampak terpadu dari beberapa generasi kerja dan pengurbanan.

Alma memberi Helaman nasihat yang sangat baik bagi kita dewasa ini. Berbicara mengenai Liahona dan “banyak mukjizat lain” yang membimbing keluarga Lehi “hari demi hari,” dia berkata:

“Karena mukjizat itu dikerjakan dengan cara yang kecil itu memperlihatkan kepada mereka pekerjaan yang menakjubkan. Mereka malas, dan lupa untuk menjalankan iman dan ketekunan mereka maka pekerjaan yang menakjubkan itu berhenti, dan mereka tidak maju dalam perjalanan mereka .…

Hai putraku, janganlah biarkan kita menjadi malas karena kemudahan caranya; karena demikianlah adanya dengan leluhur kita; karena demikianlah itu dipersiapkan bagi mereka, bahwa jika mereka akan memandang mereka boleh hidup; demikian pula adanya dengan kita. Jalan dipersiapkan, dan jika kita akan memandang kita boleh hidup selamanya.

Dan sekarang, putraku, pastikanlah bahwa kamu mengurus benda-benda sakral ini, ya, pastikanlah bahwa kamu memandang kepada Allah dan hidup” (Alma 37:40–41, 46–47).

Tiga Hal Kecil dan Sederhana

Saya ingin menekankan tiga cara kecil dan sederhana untuk “memandang kepada Allah” yang akan membantu kita mempertahankan fokus kita pada tujuan kekal kita. Tidak satu pun dari cara itu akan mengejutkan Anda—Anda telah sering mendengarnya sebelumnya. Tetapi saya bersaksi bahwa melakukan hal-hal ini secara konsisten dan dengan maksud yang sungguh-sungguh bukan saja menciptakan perbedaan, melainkan menciptakan segala perbedaan yang perlu. Jika Anda memahami—maksud saya benar-benar memahami—pertanyaanmengapa di balik disiplin-disiplin sederhana ini, tanpa keraguan, Anda akan menjadikannya prioritas utama dalam kehidupan Anda.

Pertama, sewaktu kita mengambil sakramen, terlalu sering kita hanya melakukan gerakannya saja. Sewaktu Anda menonton video ini, cermati fokus yang ditempatkan pada mengingat, dan pertimbangkan mengapa itu sedemikian penting.

Penatua Jeffrey R. Holland: “Sewaktu perjamuan malam Paskah terakhir yang dipersiapkan dengan cermat berakhir, Yesus mengambil roti, memberkati dan memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada para Rasul-Nya, berkata:”

Yesus Kristus: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu: perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”

Penatua Holland: “Sejak pengalaman di ruang atas pada malam menjelang Getsemani dan Golgota, anak-anak perjanjian telah berada di bawah perjanjian untuk mengingat pengurbanan Kristus dengan cara yang lebih baru, agung, kudus, dan pribadi ini. Dengan secangkir kecil air kita mengingat penumpahan darah Kristus dan dalamnya penderitaan rohani-Nya.

“Dengan sepotong roti, selalu dibelah-belah, diberkati, dan ditawarkan pertama-tama, kita mengingat tubuh-Nya yang memar dan hati-Nya yang patah.

Dalam bahasa doa sakramen yang sederhana dan indah yang diucapkan para imam muda itu, kata utama yang kita dengar tampaknya adalah mengingat.

Jika mengingat adalah tugas utama di hadapan kita, apa yang mungkin datang ke dalam ingatan kita ketika lambang-lambang yang sederhana dan berharga itu ditawarkan kepada kita?”

Yesus Kristus: “Dan ini hendaknya kamu lakukan. Dan itu akan menjadi kesaksian kepada Bapa bahwa engkau selalu mengingat Aku. Dan jika engkau selalu mengingat Aku engkau akan memiliki Roh-Ku bersamamu.”

Teks di layar: Bagaimana Anda akan “selau mengingat” Dia?5

Sewaktu kita selalu mengingat Dia dan menaati perintah-perintah-Nya, pikirkan bagaimana dampak terpadu dari selalu memiliki Roh-Nya bersama kita akan berdampak terhadap setiap segi kehidupan kita. Bayangkan bagaimana itu akan memengaruhi keputusan sehari-hari kita dan kesadaran kita akan kebutuhan orang lain.

Ada begitu banyak cara kita dapat menaati janji kita untuk mengingat Juruselamat selama periode satu hari. Bagaimana Anda akan selalu mengingat Dia?

Sebagian besar akan mengatakan, “Berdoa, dan menelaah tulisan suci.” Dan Anda benar, jika, dan dengan penekanan pada jikanya, itu dilakukan dengan maksud yang sungguh-sungguh.

Berdoa dan menelaah tulisan suci adalah dua hal kecil dan sederhana berikutnya yang ingin saya tekankan.

Tuhan bersikap jelas mengenai betapa tidak efektifnya doa kita ketika kita mengucapkannya karena kebiasaan: “Dianggap jahat bagi seseorang, jika dia akan berdoa tetapi tidak dengan maksud hati yang sungguh-sungguh; ya, dan itu tidak menguntungkan dirinya apa pun, karena Allah tidak menerima yang demikian” (Moroni 7:9).

Maksud yang sungguh-sungguh dari doa adalah untuk membuka komunikasi dua-arah dengan Bapa Surgawi kita, dengan maksud untuk mengikuti nasihat apa pun yang Dia berikan: “Berundinglah dengan Tuhan dalam segala perbuatanmu, dan Dia akan mengarahkan engkau demi kebaikan; ya, ketika engkau berbaring pada malam hari berbaringlah bagi Tuhan, agar Dia boleh mengawasimu dalam tidurmu; dan ketika engkau bangun pada pagi hari biarlah hatimu penuh dengan ungkapan terima kasih kepada Allah; dan jika kamu melakukan hal-hal ini, kamu akan diangkat pada hari terakhir” (Alma 37:37).

Doa dan penelaahan tulisan suci secara alami seiring sejalan. Ketika kita menelaah tulisan suci dan perkataan para nabi modern kita, itu memperkuat pompa wahyu pribadi. Teladan dan peringatan yang terdapat dalam tulisan suci mengedukasi hasrat kita. Beginilah caranya kita tumbuh untuk mengetahui pikiran dan kehendak Tuhan.

Para nabi zaman dahulu dan sekarang telah memohon kepada kita untuk melakukan hal-hal kecil dan sederhana seperti berdoa dan menelaah tulisan suci. Jadi mengapa tidak semua orang melakukannya? Barangkali salah satu alasan adalah bahwa kita belum tentu langsung melihat konsekuensi negatif yang dramatis jika kita tidak melakukannya satu atau dua hari—sama seperti gigi Anda tidak semuanya membusuk dan rontok pertama kali Anda lupa menggosoknya. Sebagian besar konsekuensi, positif dan negatif, akan datang kemudian, seiring perjalanan waktu. Tetapi itu akan datang.

Bertahun-tahun lalu saya menanam dua pohon dari jenis yang sama dan ketinggian yang sama di halaman belakang rumah saya. Saya menanam satu pohon di tempat itu memperoleh sedikit sinar matahari setiap hari, dan saya menanam yang lainnya di tempat itu mendapatkan sinar matahari penuh. Pada tahun berikutnya saya tidak mencermati banyak perbedaan dalam pertumbuhan kedua pohon tersebut, tetapi kemudian istri saya dan saya pergi misi selama tiga tahun. Ketika kami kembali, saya terkejut melihat perbedaan yang besar! Dampak terpadu dari sedikit lebih banyak sinar matahari setiap hari menciptakan perbedaan yang sangat besar—seiring perjalanan waktu—dalam pertumbuhan pohon-pohon tersebut. Yang sama terjadi dalam kehidupan kita ketika kita membuat diri kita terpapar setiap hari pada sumber segala terang. Kita mungkin tidak mencermati adanya perubahan langsung, tetapi yakinlah bahwa perubahan sedang terjadi di dalam diri Anda, dan hasilnya akan nyata pada waktunya.

Gagasan sederhana mengenai dampak terpadu dari disiplin harian, dengan tujuan dan maksud yang sungguh-sungguh, dapat menciptakan perbedaan besar dalam segala segi kehidupan Anda. Ini dapat berarti perbedaan antara bergumul menjalani kehidupan biasa atau menjadi sangat berhasil dan memenuhi tujuan penciptaan Anda.

Saya sering mengenang kembali masa lalu kehidupan saya dan bertanya-tanya mengapa dulu begitu sulit bagi saya untuk membuat keputusan untuk pergi misi. Itu sulit karena saya teralihkan—saya kehilangan pandangan akan tujuan kekal saya. Hasrat saya dan kehendak saya dulu tidak selaras dengan kehendak Tuhan; jika tidak, keputusan tersebut akan lebih mudah. Dan mengapa itu tidak selaras? Saya pergi ke Gereja dan mengambil sakramen di hari Minggu—tetapi saya tidak berfokus pada maknanya. Saya berdoa, tetapi saya kebanyakan hanya melakukan gerakannya saja. Saya membaca tulisan suci, tetapi hanya secara sporadis dan tanpa maksud yang sungguh-sungguh.

Sewaktu Anda mendengarkan hari ini, saya harap Anda telah merasakan, melalui bisikan-bisikan Roh, apa yang hendaknya Anda lakukan untuk menjalani kehidupan dengan pertimbangan cermat dan terfokus. Saya mengimbau Anda untuk mengikuti dorongan-dorongan itu. Jangan kecil hati karena pemikiran tentang apa yang telah atau belum Anda lakukan. Biarkan Juruselamat membersihkan catatan tersebut. Ingatlah apa yang telah Tuhan firmankan: “Sesering mereka bertobat dan mengupayakan pengampunan, dengan maksud yang sungguh-sungguh, mereka diampuni” (Moroni 6:8; penekanan ditambahkan).

Mulailah sekarang. Jalanilah kehidupan yang penuh tujuan. Tempatkanlah kekuatan perpaduan dari disiplin-disiplin harian pada tempatnya dalam bidang-bidang penting kehidupan Anda. Saya berjanji bahwa satu tahun dari sekarang Anda akan senang karena telah memulai hari ini atau Anda akan berharap Anda telah memulainya.

Saya ingin Anda merenungkan 3 pertanyaan ini. Saya mengundang Anda untuk berbagi tanggapan Anda di media sosial, menggunakan #ldsdevo.

Pertama: Dapatkah Anda melakukannya? Mungkinkah Anda melakukan tiga hal yang kecil dan sederhana ini? Dapatkah Anda berusaha untuk menaati perjanjian Anda untuk “selalu mengingat -Nya” (A&P 20:77, 79)? Dapatkah Anda meluangkan waktu untuk berdoa dengan maksud yang sungguh-sungguh dan menelaah tulisan suci setiap hari?

Kedua: Apakah akan berhasil? Apakah Anda sungguh percaya janji Tuhan? Apakah Anda percaya bahwa dampak terpadu dari selalu memiliki Roh-Nya bersama Anda akan memiliki pengaruh yang dalam pada semua aspek kehidupan Anda?

Terakhir: Apakah itu sepadan?

Saya bersaksi bahwa itu memang sepadan dan itu menciptakan segala perbedaan. Sewaktu Anda melakukan hal-hal ini, Anda akan menemukan bahwa “mengapa” terpenting di balik segala yang Anda lakukan adalah bahwa Anda mengasihi Tunan dan mengenali kasih-Nya yang besar bagi Anda. Semoga Anda masing-masing menemukan sukacita besar dalam pencarian Anda akan kesempurnaan dan dalam memahami serta melakukan kehendak-Nya. Dalam nama Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. Leo Tolstoy, dalam Peter T. White, “The World of Leo Tolstoy,” National Geographic, Juni 1986, 767, 790.

  2. Dikaitkan dengan Mark Twain.

  3. Tad R. Callister, “Our Identity and Our Destiny” (Kebaktian Pekan Pendidikan Kampus Universitas Brigham Young, 14 Agustus 2012), 9; speeches.byu.edu.

  4. “Apology,” The Dialogues of Plato, terjemahan Benjamin Jowett, 38a.

  5. Diadaptasi dari video “Always Remember Him”; lds.org/media-library; lihat juga Jeffrey R. Holland, “This Do in Remembrance of Me,” Ensign, November 1995, 67–68.