2018
Presiden Russell M. Nelson: Dibimbing, Dipersiapkan, Berkomitmen
Presiden Russell M. Nelson


Presiden Russell M. Nelson: Dibimbing, Dipersiapkan, Berkomitmen

Setelah beberapa dekade memperbaiki jantung sebagai ahli bedah jantung yang terkenal dan kemudian menyentuh hati sebagai Rasul Tuhan Yesus Kristus, Presiden Russell M. Nelson membawa tangan yang mantap dan kasih yang tak berkesudahan pada pelayanannya sebagai Presiden Gereja.

Gambar
President Russell M. Nelson seated in black chair

Ketika seorang Presiden Gereja meninggal, banyak yang memusatkan perhatian pada proses bagaimana penggantinya dipilih. Sebenarnya, proses itu, yang dibimbing oleh Tuhan, dimulai bertahun-tahun sebelumnya. Russell M. Nelson telah memiliki persiapan seumur hidup untuk pemanggilan suci ini. Saya telah menjadi saksi untuk banyak dari persiapan itu.

Persiapan Presiden Russell M. Nelson jelas terlihat dalam jumlah total pengalaman dan prestasi seumur hidupnya. Dia adalah ahli bedah jantung perintis yang terkenal. Dia adalah seorang penulis dan pembicara yang brilian, mampu berkomunikasi dalam banyak bahasa. Dia mengenal dan mengasihi orang, dan dia memahami akibat keputusan dalam kehidupan mereka. Dia mengetahui dan mencintai tulisan suci dan bait suci yang kudus. Dia adalah administrator berpengalaman yang membuat keputusan dengan cepat dan tegas.

Presiden Nelson secara pribadi telah mengenal, dan dalam banyak hal telah dididik oleh, 10 dari 16 Presiden Gereja sebelumnya. Sekarang, sebagai Presiden ke-17, dia memulai pelayanan kepresidenannya dengan meyakinkan para Orang Suci Zaman Akhir bahwa Yesus Kristus akan terus membimbing Gereja-Nya.

“Tuhan telah selalu dan akan selalu memberikan petunjuk dan mengilhami para nabi-Nya,” dia berkata saat pengumuman yang disiarkan pada 16 Januari 2018. “Tuhan berada di tampuk kepemimpinan. Kami yang telah ditahbiskan untuk memberikan kesaksian mengenai nama kudus-Nya ke seluruh dunia akan terus mengupayakan untuk mengetahui kehendak-Nya serta mengikutinya.”1

Kepedulian Presiden Nelson terhadap kesejahteraan kekal anak-anak Allah berasal dari pelayanan sepenuh hati seumur hidup. Sama seperti dia telah benar-benar menyentuh banyak jantung sebagai ahli bedah, dia secara metaforis telah menyentuh jantung [hati] para Orang Suci di seluruh dunia dengan ajarannya yang kuat, pelayanan tanpa pamrih, dan kasih yang tak berkesudahan. Seperti yang dia katakan saat siaran bersejarah bulan Januari, bahwa kasih “telah tumbuh sepanjang dekade-dekade bertemu dengan Anda, beribadat bersama Anda, dan melayani Anda.”2

Persiapan Penting

Banyak yang diketahui tentang karier terbaik Dr. Nelson sebagai cendekiawan, ilmuwan, dan ahli bedah jantung perintis bagi manusia. Semua itu, dan juga kehidupan keluarganya yang patut diteladani, adalah bagian utama dari persiapannya.

Gambar
young Russell M. Nelson with his parents and siblings

Russell Marion Nelson lahir pada 9 September 1924, dari pasangan Marion C. dan Edna Anderson Nelson. Kedua orangtua tersebut adalah anggota Gereja yang kurang aktif sepanjang masa kanak-kanak Russell, namun mereka melimpahi anak-anak mereka dengan kasih dan terkadang membawa mereka ke Sekolah Minggu. Awalnya, Russell muda tidak tertarik pada Gereja, lebih memilih untuk bermain sepak bola bersama teman-temannya. Tetapi ketika dia berusia 16 tahun, hatinya mulai menanggapi kebenaran Injil dan dia dibaptiskan bersama saudara-saudara kandungnya. Bertahun-tahun kemudian, karena teladan dan bujukan anak-anak mereka, orangtua Nelson kembali aktif.

Russell muda juga menanggapi janji pendidikan. Dia mulai menyadari, seperti yang kemudian dia ajarkan, bahwa mengejar pendidikan adalah tanggung jawab keagamaan.Dia lulus dari sekolah menengah atas pada usia 16, dan dia terdaftar di Universitas Utah saat konflik Perang Dunia II di seluruh dunia mencegahnya untuk melayani misi penuh waktu.

Sementara Russell mengupayakan gelar sarjananya, bakat musiknya membujuknya untuk bergabung dengan pemeran musikal di universitas tersebut. Penyanyi sopran utama, Dantzel White, menarik perhatiannya. Mereka menikah tak lama setelah dia menerima gelar S1 di tahun 1945. Pada usia 22, dia lulus dari Universitas Utah dengan predikat tinggi sebagai dokter medis. Dia melanjutkan ke Universitas Minnesota untuk pelatihan pascadoktoral. Di situlah dia menjadi anggota utama tim yang merintis pengembangan bedah jantung terbuka. Dia kemudian melayani sebagai dokter magang dalam pembedahan di Minnesota dan di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, Massachusetts, AS.

Di tengah pendidikan dan keluarga yang semakin bertambah, Dr. Nelson dipanggil untuk melayani selama Perang Korea karena dokter sangat dibutuhkan oleh militer. Karena pelatihan bedahnya, dia diutus ke Washington, D.C., di mana dia membentuk unit penelitian bedah di Pusat Kesehatan Militer Nasional Walter Reed. Pada tahun 1953, kewajiban militernya terpenuhi, dia menghabiskan waktu satu tahun di Harvard Service di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston. Kemudian dia menyelesaikan gelar PhD [S3] di Universitas Minnesota pada tahun 1954.

Gambar
Russell M. Nelson with his wife (Dantzel) and children

Meskipun menjalani pelatihan dan karier medisnya yang sibuk, Dr. Nelson selalu mengutamakan keluarganya dalam kehidupannya. Dantzel White Nelson berdiri di sisinya dan mendukung suaminya di semua kegiatan keluarga, Gereja, profesional, dan militernya. Hubungan yang terus-menerus, saling mendukung dan penuh kasih mereka merupakan inspirasi dan pengaruh yang meyakinkan bagi masing-masing dari 10 anak mereka—sembilan anak perempuan dan satu anak lelaki. Hubungan mereka “sangat manis dan sangat saling berbagi,” menurut putrinya Sylvia Webster. Yang termuda, Russell Nelson Jr., ingat, “Selalu terlihat jelas bahwa orangtua saya sangat saling mengasihi.”3

Tanpa diduga, Dantzel Nelson meninggal tepat sebelum ulang tahun pernikahan mereka yang ke 60. Setelah masa yang sangat sepi, Penatua Nelson menikah dengan Wendy Watson, seorang wanita yang belum pernah menikah yang memiliki gelar S3, menjadi guru besar di Universitas Brigham Young, dan memiliki jangkauan penuh kasih bagi keluarga besar Nelson telah menjadikannya pendamping yang ideal bagi Penatua dan Presiden Nelson.

Gambar
Russell M. Nelson with Wendy, his second wife

“Saya yakin sulit untuk masuk ke dalam keluarga yang jumlah anggotanya 200 orang lebih dan merasa bahwa Anda seperti teman dekat,” kata sang putri, Sylvia. “Wendy telah berusaha keras dan dia luar biasa.”4 Russell Jr. menambahkan, “Wendy telah menjadi rekan yang sangat luar biasa baginya .… Saya dapat melihat bagaimana dia telah siap selama bertahun-tahun untuk posisi ini dan panggilan ini, dan bagian yang penting dari itu adalah Wendy dalam kehidupannya.”5

Sewaktu ini sedang ditulis, keluarga Nelson berjumlah 10 anak, 57 cucu, dan 116 cicit, dan 2 lagi yang akan lahir. Semua yang bisa, berkumpul di rumah yang berbeda setiap bulan untuk merayakan ulang tahun dan hari peringatan.

“Semua Kerajaan Memiliki Sebuah Hukum yang Diberikan”

Ketika Russell M. Nelson berkuliah di fakultas kedokteran, dia diajari bahwa tidak ada dokter yang boleh menyentuh jantung manusia, karena begitu jantung disentuh, itu akan berhenti berdetak. Namun, beberapa tahun kemudian, Dr. Nelson dan rekan-rekannya melaporkan keberhasilan penggunaan mesin jantung-paru buatan pertama pada seekor anjing. Mesin jantung-paru itu mengambil alih sirkulasi pasien, memungkinkan untuk dilakukannya operasi pada jantung yang tidak berdetak. Terobosan ini oleh Dr. Nelson dan rekan-rekannya segera diperluas pada manusia dan kini telah menghasilkan lebih dari 1,5 juta operasi jantung terbuka yang dilakukan setiap tahun di seluruh dunia.

Inspirasi yang menuntun pada penemuan ini sampai kepada Dr. Nelson saat dia merenungkan ayat-ayat berikut dalam Ajaran dan Perjanjian:

“Semua kerajaan memiliki sebuah hukum yang diberikan .…

Dan pada setiap kerajaan diberikan sebuah hukum; dan pada setiap hukum ada batasan tertentu juga dan syarat-syarat” (A&P 88:36, 38).6

Dr. Nelson beralasan bahwa jika dia bekerja, menelaah, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang benar, dia dan timnya bisa belajar apa hukum-hukum yang mengatur jantung yang berdetak. “Melalui pemahaman akan tulisan suci dan ‘menyamakan’ itu dengan bidang minat ini,” katanya, “bahwa bidang operasi jantung yang luar biasa seperti yang kita kenal sekarang dipermudah bagi saya.”7

Sepanjang hidupnya, kemampuan untuk menerapkan asas-asas Injil ini telah memberkati Presiden Nelson, keluarganya, Gereja, dan dunia. Itu adalah kunci persiapannya untuk pemanggilannya sebagai Rasul dan sekarang sebagai Presiden Gereja.

Dalam karier profesionalnya, Dr. Nelson dengan cepat mencapai kemasyhuran sebagai ahli bedah dan peneliti medis. Pada tahun 1955 dia menerima posisi sebagai profesor riset pembedahan di Universitas Utah. Di sana dia membuat mesin jantung-paru yang dia gunakan untuk melakukan operasi jantung terbuka pertama di Utah—operasi pertama seperti itu dilakukan di sebelah barat Sungai Mississippi. Dia memberikan kuliah dan menulis banyak bab untuk buku-buku kedokteran dan lebih dari 70 makalah yang ditelaah oleh rekan sejawat dalam publikasi lainnya. Sebelum dia dipanggil pada kerasulan, dia telah melakukan hampir 7.000 operasi.8

Selain keahlian medisnya, Dr. Nelson adalah seorang guru yang mengilhami dan administrator yang efektif, kualitas yang membuatnya sangat berharga di bidang medis dan kemudian yang akan membedakannya dengan pemanggilan Gereja-Nya.

“Tugas seorang dokter, terutama, adalah untuk mengajar,” kata Dr. Nelson. Dia menambahkan, “Seorang dokter benar-benar berfungsi pada tingkat tertingginya saat dia mengajar pasiennya apa yang salah dan apa yang dapat dilakukan mengenainya.”9

Gambar
Russell M. Nelson as a doctor and during a visit to China

Dr. Nelson menunjukkan kemauan ini dan kegemaran untuk pengajaran dan pendidikan dengan bepergian ke negara-negara asing untuk menunjukkan dan mengajarkan prosedur-prosedur medis. Untuk membantu dia dalam mengajar, dia mempelajari banyak bahasa, termasuk bahasa Prancis, Portugis, Jerman, Rusia, dan Spanyol sehingga dia dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan mengajar dokter dan peneliti di negara lain. Setelah menghadiri sebuah pertemuan di mana Presiden Spencer W. Kimball (1895–1985) menasihati jemaat untuk belajar bahasa Cina, Dr. Nelson dan istrinya, Dantzel, langsung mulai belajar bahasa Mandarin. Kemahirannya dalam bahasa tersebut memungkinkannya untuk bekerja sama dengan komunitas medis di Tiongkok, di mana dia memberikan kuliah dan melakukan operasi, menyelamatkan nyawa salah seorang pahlawan nasional Tiongkok.10

Carilah Dahulu Kerajaan Allah

Sedemikian mengesankannya prestasi medis Presiden Nelson, dia tetap fokus pada Tuhan dan pekerjaan-Nya. Sebagian besar anggota Gereja tidak tahu bahwa dia melayani sebagai misionaris di Taman Bait Suci dari tahun 1955 sampai 1965, memandu pengunjung dari pukul 16.00 sampai 17.00 setiap hari Kamis. Ini merupakan salah satu waktu tersibuknya sebagai ahli bedah. Dia kemudian menulis bahwa “pada tahun 1964, kami baru memulai pengobatan mengenai tantangan mengganti katup aorta. Tingkat kematian tinggi, dan komitmen waktu untuk setiap pasien sangat tinggi—hampir seorang demi seorang selama berjam-jam, terkadang bahkan berhari-hari.”11

Bagi banyak anggota Gereja, kenyataan itu akan mengesampingkan pemanggilan yang lebih memakan waktu. Tidak bagi Dr. Nelson. Pada tahun 1964, setelah dia dan orang-orang lain diwawancarai sebagai seseorang yang mungkin menjadi presiden pasak, Spencer W. Kimball yang waktu itu adalah Penatua, didampingi oleh Penatua LeGrand Richards (1886–1983) dari Kuorum Dua Belas Rasul, mengatakan kepadanya: “Kami merasa bahwa Tuhan ingin Anda memimpin pasak ini. Dalam banyak wawancara yang kami adakan, setiap kali nama Anda muncul, tanggapannya agak rutin: ‘Oh, dia tidak akan baik,’ atau ‘Dia tidak punya waktu,’ atau keduanya. Namun demikian, kami merasa bahwa Tuhan menginginkan Anda. Sekarang jika Anda merasa bahwa Anda terlalu sibuk dan sebaiknya tidak menerima panggilan, maka itu adalah hak istimewa Anda’ .…

“Saya hanya menjawab bahwa keputusan tersebut dibuat pada tanggal 31 Agustus 1945, ketika Sister Nelson dan saya menikah di bait suci. Kami kemudian membuat komitmen untuk ‘mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya,’ merasa yakin bahwa segala sesuatu akan ditambahkan kepada kami, seperti yang dijanjikan Tuhan. (Lihat Matius 6:33.)”12

Penerimaan Dr. Nelson terhadap pemanggilan tersebut menggambarkan apa yang baru-baru ini disebut oleh Penatua Jeffrey R. Holland dari Kuorum Dua Belas Rasul “kerendahhatian seperti anak kecil dan kesederhanaan iman Russell Nelson .… Dia yang rendah hati, dia yang seperti anak kecil, di setiap tingkat dan dalam hampir setiap hubungan manusia lainnya yang pernah saya lihat.”13

Penatua Kimball memberikan sebuah berkat kepada Dr. Nelson, menjanjikan bahwa tingkat kematian yang terkait dengan operasi katup aorta akan turun dan bahwa prosedur tersebut tidak akan lagi menguras waktu dan tenaganya.

“Tahun berikutnya, tuntutan waktu operasi memang menurun, dan saya memiliki waktu yang diperlukan untuk melayani dalam pemanggilan itu dan pemanggilan lainnya,” kata Dr. Nelson. “Sebenarnya, tingkat kematian kami turun ke … kisaran yang sangat rendah dan dapat diterima, dapat ditoleransi. Yang cukup menarik, itu adalah operasi yang saya lakukan untuk Presiden Kimball delapan tahun kemudian.”14

Gambar
Russell M. Nelson and Spencer W. Kimball; Russell M. Nelson with Dantzel, his first wife

Tuntutan karier dan pemanggilan Gerejanya berarti bahwa Dr. Nelson memiliki waktu luang yang sangat terbatas untuk dihabiskan di rumah. Namun, dia melakukan semua semampunya untuk menjadikan istri dan 10 anaknya sebagai prioritas. Kapan pun dia berada di rumah, dia akan meluangkan waktunya secara penuh untuk keluarganya. Dalam banyak perjalanannya ke seluruh dunia, dia sering membawa istri atau salah seorang anaknya. Sementara Dantzel benar-benar memperhatikan anak-anaknya saat suaminya tidak berada di rumah, dia sangat bersyukur atas dedikasi suaminya kepada mereka saat dia beristirahat dari karier dan pemanggilannya yang sibuk. “Saat dia di rumah, dia di rumah!” dia pernah memberi tahu Presiden Harold B. Lee (1899–1973), yang pada saat itu adalah Presiden Kuorum Dua Belas Rasul.15 Presiden Lee sering mengulangi kalimat ini saat memberikan nasihat kepada para pemimpin imamat yang sibuk untuk fokus pada keluarga mereka.

Mengikuti Nabi

Saya adalah seorang saksi dan bagian kecil dalam sebuah episode penting dalam kehidupan profesional Dr. Russell M. Nelson dan istrinya, Dantzel. Ini terjadi sebagai bagian dari pertemuan pertama saya dengan keluarga Nelson pada tahun 1965, lebih dari 52 tahun lalu. Dalam autobiografinya, Dr. Nelson menceritakan bagaimana dia ditawari jabatan guru besar bidang pembedahan dan ketua Divisi Bedah Kardiovaskular dan Thoracic di Universitas Chicago. Penawaran ini, dia menulis, “membuat sumber daya tersedia bagi saya dalam bentuk dukungan finansial, laboratorium penelitian, dan dukungan staf yang akan memenuhi impian akademisi mana pun. Sebagai bujukan lebih lanjut, tawaran tersebut mencakup empat tahun kuliah untuk semua dari sembilan anak kami di institusi pilihan mereka, dengan semua tagihan yang akan dibayar oleh Universitas Chicago.” Dekan tersebut mengatakan kepada Dr. Nelson, “Salah satu alasan kami menginginkan Anda adalah kami tahu Anda adalah orang Mormon yang baik. Kami ingin Anda di fakultas kami. Kami memerlukan Anda di sini untuk membawa pengaruh ke Universitas ini yang dapat dibawa oleh seorang Mormon.”16

Sebagai bagian dari rekrutmen agresifnya terhadap dokter yang luar biasa ini, dekan tersebut menelepon saya agar saya membantu membujuk keluarga Nelson untuk pindah ke Chicago. Saya saat itu adalah seorang guru besar hukum di Universitas Chicago dan mengenal dekan kedokteran karena kami melayani bersama di senat fakultas universitas. Dekan itu meminta kepada saya agar keluarga Nelson bisa makan malam di rumah kami. Dia mendesak saya untuk menceritakan semuanya tentang Gereja di Chicago karena dia tahu ini adalah pertimbangan penting bagi mereka.

Jadi, mendiang istri saya, June, dan saya bertemu dengan Dantzel dan Russell Nelson dan meminta mereka makan malam dan kunjungan yang menyenangkan di rumah kami di Chicago pada hari Minggu, 21 November 1965. Kami berusaha yang terbaik untuk membujuk mereka pindah ke Chicago. Saya kemudian mengetahui dari autobiografinya bahwa mereka “sangat tertarik dengan tawaran ini dan bahkan memilih rumah di salah satu pinggiran kota Chicago di mana [mereka] dapat membesarkan keluarga mereka.”17

Apa yang terjadi selanjutnya hanyalah satu ilustrasi bagaimana ilham Tuhan mengarahkan keputusan dan persiapan Russell M. Nelson. Kembali di Salt Lake City, dia meminta nasihat dari Presiden David O. McKay (1873–1970) untuk membimbing keluarga Nelson dalam keputusan penting mereka. Nabi berdoa, dan jawabannya datang: “Tidak.”

Gambar
David O. McKay; Russell M. Nelson looking at model of heart

Presiden McKay berkata: “Anda sudah tinggal di kota terbaik di seluruh dunia. Anda memiliki cara hidup yang tidak bisa disamai di mana pun di dunia ini. Di sini anak-anak perempuan Anda akan mendapatkan lingkungan terbaik yang bisa diberikan kepada mereka. Mereka lebih penting bagi Anda daripada ketenaran atau masa depan yang bisa datang kepada Anda di universitas mana pun. Tidak, Brother Nelson, tempat Anda adalah di sini di Salt Lake City. Orang-orang akan datang dari seluruh dunia kepada Anda karena Anda berada di sini. Menurut saya Anda tidak harus pergi ke Chicago.”18

Penuh iman, Dr. Nelson menolak tawaran Chicago dan tetap tinggal di Salt Lake City. Di sana, di tahun-tahun selanjutnya, dia melakukan operasi jantung terbuka dan memperpanjang hidup banyak pasien yang bersyukur, termasuk Presiden Kimball, Penatua Richard L. Evans (1906–1971), Presiden Boyd K. Packer (1924–2015), dan banyak pemimpin lainnya Gereja serta anggota dan keluarga mereka.

Bagi June dan saya, pertemuan di Chicago itu merupakan awal persahabatan yang panjang dan berharga dengan Russell dan Dantzel Nelson. Enam tahun kemudian dia dibebastugaskan sebagai presiden pasak dan dipanggil sebagai Presiden Umum Sekolah Minggu. Pada tahun yang sama, saya ditunjuk sebagai presiden Universitas Brigham Young. Selama bertahun-tahun, kami telah melayani bersama dalam Kuorum Dua Belas Rasul, dan sekarang kami akan melayani bersama dalam Presidensi Utama dalam sebuah persahabatan yang dimulai di Chicago antara dua akademisi dan istri mereka 52 tahun lalu.

Hati yang Berubah

Pada tanggal 7 April 1984, Dr. Nelson ditahbiskan sebagai seorang Rasul dan ditetapkan sebagai anggota Kuorum Dua Belas Rasul. “Dalam waktu singkat,” katanya, “fokus empat puluh tahun terakhir dalam dunia kedokteran dan pembedahan berubah untuk mencurahkan sisa hidup saya dalam pelayanan penuh waktu kepada Tuhan dan Juruselamat saya, Yesus Kristus.”19

Gambar
Russell M. Nelson with other members of the Quorum of the Twelve Apostles

Atas pemanggilannya pada kerasulan, Penatua Nelson menyatakan, “Pekerjaan yang saya lakukan sekarang adalah alasan terpenting di dunia ini. Ini mencakup semua, ini memuaskan, dan ini menantang. Dan saya harus melakukan yang terbaik, karena saya memiliki pertanggungjawaban atas tugas pengawasan ini.”20

Sejak menjadi seorang Rasul, dan sebagai Presiden Kuorum Dua Belas Rasul sejak tahun 2015, Presiden Nelson terus melakukan perjalanan ke seluruh dunia—membagikan firman tentang kehidupan kekal dan perubahan hati. Salah satu tugas pertamanya adalah membuka pintu negara-negara Eropa Timur untuk Injil. “Dalam … lima tahun, saya melakukan 27 perjalanan ke 31 negara di Eropa,” kata Presiden Nelson. “Sebelum Presiden [Ezra Taft] Benson meninggal, … saya dapat melaporkan kepadanya bahwa kami telah menyelesaikan tugas kami: kita sekarang memiliki Gereja yang didirikan di setiap negara di Eropa Timur.”21

Gambar
Russell M. Nelson greeting Saints in Moscow, Russia

Presiden Nelson juga telah mendedikasikan 27 negara untuk pemberitaan Injil, termasuk Bulgaria, Kroasia, El Salvador, Etiopia, Polinesia Prancis, Kazakhstan, dan Rusia. Pernah, dalam rentang empat hari, dia mendedikasikan enam negara yang terpisah.22 Dalam pelayanan kerasulannya, dia sekarang telah mengunjungi 133 negara.23

Sebagai anggota Kuorum Dua Belas, Penatua Russell M. Nelson melayani selama bertahun-tahun sebagai ketua masing-masing dari tiga dewan utama: Misionaris, Bait Suci dan Sejarah Keluarga, serta Pelaksana Keimamatan (sekarang Pelaksana Keimamatan dan Keluarga).

Gereja telah mengalami banyak perubahan yang signifikan selama tahun-tahun Penatua Nelson di Kuorum Dua Belas, di mana dia telah melayani di bawah lima Presiden Gereja. Sejak tahun 1984, jumlah anggota Gereja telah bertambah menjadi lebih dari dua kali lipat, dari sekitar 6 juta anggota menjadi lebih dari 16 juta. Kuorum Dua Belas Rasul dan Presidensi Utama telah merilis dua pernyataan resmi: “Keluarga: Maklumat kepada Dunia” pada tahun 1995 dan “Kristus yang Hidup” pada tahun 2000. Jumlah bait suci yang beroperasi meningkat dari 30 pada tahun 1984 menjadi 159 pada tahun 2017. Pada tahun 2010, ketika Penatua Nelson dipanggil sebagai ketua Dewan Pelaksana Misionaris, Gereja memiliki 58.000 misionaris. Sekarang, setelah peningkatan yang besar ketika usia pelayanan diturunkan, jumlahnya telah stabil sekitar 67.000.

Kualitas Pribadi

Sebagian besar dari apa yang baru saja diulas tentang Dokter, Penatua, dan sekarang Presiden Nelson, adalah masalah catatan publik. Sekarang saya akan mengomentari beberapa kualitas pribadinya yang luar biasa, yang saya amati selama ini.

Pertama, Russell M. Nelson adalah orang yang sangat baik dan teman serta rekan kerja yang baik. Dia sangat baik hati dan penyayang dalam semua hubungan pribadinya. Dia adalah teladan yang luar biasa, tekun dan cermat dalam memenuhi tanggung jawabnya—keluarga, gereja, dan profesional. Dan dia adalah orang yang menyenangkan untuk berada di dekatnya.

Gambar
Russell M. Nelson on a swing

Dalam gaya kepemimpinannya, dia selalu menyenangkan dan mudah didekati. Itu adalah kualitas yang paling diinginkan dari para pemimpin senior. Bersama dia, kami tidak pernah ragu untuk mengemukakan topik tertentu atau merasa bahwa melakukannya adalah hal yang mengganggunya. Kami tidak pernah takut untuk berbicara kepadanya tentang masalah tertentu. Presiden Nelson sangat terbuka, sangat mudah didekati, dan sangat mudah untuk diajak bicara.

Dalam pengambilan keputusannya, Presiden Nelson peduli terhadap dampak keseluruhannya. Dia pandai memikirkan tentang kemungkinan dampak dari suatu keputusan atau kebijakan atau penerapan doktrin pada berbagai kelompok anggota—yang berusia lanjut, kaum muda, yang kurang aktif, pemimpin Gereja, dan lain-lainnya. Saya telah melihat kualitas itu dalam kepemimpinan orang lain, namun pandangan Presiden Nelson mengenai hal ini luar biasa. Mungkin itu berasal dari pengalamannya sebagai dokter yang tidak bisa meresepkan obat untuk satu bagian tubuh tanpa mempertimbangkan pengaruhnya terhadap bagian-bagian lain.

Presiden Nelson adalah seorang delegator yang sangat baik, lebih baik dalam hal ini daripada kebanyakan pemimpin yang saya amati di lingkungan profesional dan Gereja. Itu juga mungkin terkait dengan pekerjaan sebagai ahli bedah, yang melakukan tugas unik setelah (dan sebelum) orang lain melakukannya.

Kualitas lain yang signifikan dari Presiden Nelson adalah kesabarannya. Dia menghindari konfrontasi saat memecahkan masalah atau menyelesaikan sesuatu. Dia dengan bijaksana meninggalkan taktik “ayo kita selesaikan sekarang” demi membiarkan sedikit waktu untuk melihat apakah semuanya berjalan dengan sendirinya. Kualitas itu akan sangat penting dalam kepemimpinannya, sama seperti selama dua setengah tahun dia melayani sebagai Presiden Kuorum Dua Belas.

Setelah memuji kesabaran Presiden Nelson, saya juga harus memuji kualitasnya yang kontras. Dia tidak ragu untuk membuat keputusan. Ketika waktunya tepat dan masalahnya siap untuk diputuskan, dia membuat keputusan dengan segera dan tegas. Dia memiliki persepsi yang baik kapan sebuah pokok bahasan memerlukan kesabaran dan diskusi yang lebih banyak dan kapan kita harus memilih di antara alternatif dan melanjutkan pekerjaan Tuhan. Rekannya dalam kepemimpinan menyukai itu.

Presiden Nelson juga merupakan pemersatu. Dia membawa sudut pandang yang kontras ke dalam keselarasan dan orang-orang yang berbeda pendapat menjadi satu kesatuan. Sungguh luar biasa kualitas seorang pemimpin dari para anggota yang berkomitmen terhadap doktrin ilahi yang sama namun berasal dari budaya dan tradisi yang berbeda.

Gambar
Russell M. Nelson with young adults

Russell M. Nelson memiliki karunia diplomasi alami yang telah saya amati secara langsung. Dia menggunakan itu dalam kegiatan profesionalnya, bahkan di Tiongkok. Sejak pemanggilannya dalam Dua Belas, dia telah membuka pintu bagi Gereja di Eropa Timur dalam keseluruhan suksesi keadaan yang menakjubkan. Selain itu, dia telah mengunjungi 133 negara yang berbeda sebagai hamba Tuhan. Sungguh persiapan yang luar biasa untuk posisi hebat di mana sekarang dia dipanggil!

Kualitas hebat lainnya dari Presiden Nelson—mengejutkan bagi beberapa orang—adalah keahliannya sebagai penulis. Komunikasi tertulisnya adalah contoh kejelasan, dan pengeditan yang dia lakukan terhadap tulisan orang lain selalu membantu. Para anggota Dua Belas saling bertukar konsep untuk mendapatkan saran perbaikan untuk naskah ceramah-ceramah penting. Dalam proses itu, saya telah belajar bahwa tidak ada yang memberikan saran perbaikan yang lebih baik untuk ceramah-ceramah saya daripada Presiden Nelson. Sebagai orang yang telah menghabiskan kehidupan profesionalnya dengan berbicara, saya tercengang setelah diedit dengan sangat cemerlang oleh seseorang yang kehidupan profesionalnya bekerja dengan tubuh. Saya lega mengetahui bahwa tulisannya yang patut dicontoh adalah hasil kerja keras. Suatu ketika, saat saya diminta untuk memeriksa salah satu dari naskahnya, saya melihat bahwa itu adalah drafnya yang kedelapan. Jika saya mengetahui catatan publikasi profesional Dr. Nelson yang luar biasa, saya tidak akan terkejut bahwa tidak ada penulis yang lebih baik di Kuorum Dua Belas.

Gambar
Russell M. Nelson on family ski outing

Sebagian besar tertarik dengan usia presiden baru kita—93! Kami yang bekerja sama dengan dia hanya khawatir dengan kemampuan kami sendiri untuk mengikutinya. Dia sangat aktif, secara fisik dan mental. Daya ingatnya sangat mengesankan. Dia sering main ski dengan sedikit istirahat. Dia masih menggunakan mesin penyapu salju, baik di jalan masuk rumahnya maupun tetangganya.24 Saya telah merasakan betapa dia memiliki energi yang luar biasa setiap hari Kamis. Ketika kami menyelesaikan pertemuan kami di Bait Suci Salt Lake, beberapa orang menggunakan lift ke lantai bawah dan beberapa berjalan menuruni beberapa anak tangga dari ruang atas kami. Presiden Nelson selalu bergegas menuruni tangga. Saya selalu berusaha mengikuti dia namun tidak bisa melakukannya.

Berkomitmen pada Juruselamat

Presiden Nelson telah mengatakan, “Setiap hari dari pelayanan seorang Rasul merupakan hari pembelajaran dan persiapan untuk lebih banyak tanggung jawab di masa depan.”25 Baginya, waktu persiapan untuk memimpin Gereja kini sudah berakhir, dan dia telah menerima jubah sakral Presiden Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Persiapannya menuntun kita untuk berharap pada apa selama periode kepemimpinannya?

Hal terpenting adalah komitmennya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang adalah pemimpin Gereja-Nya. Seperti yang Presiden Nelson katakan dalam pesannya pada bulan Januari, yang dikutip sebelumnya, “Kami … akan terus mengupayakan untuk mengetahui kehendak-Nya dan mengikutinya.”26 Sementara itu, ajaran terilhami Presiden Nelson mengidentifikasi kemungkinan pokok bahasan untuk ditekankan.

Saat konferensi umum bulan Oktober 2017, Presiden Nelson mengingatkan para anggota Gereja tentang pentingnya Kitab Mormon. Dia membagikan hasil studi pribadinya tentang Kitab Mormon, termasuk daftar tentang apa Kitab Mormon itu, apa yang ditegaskannya, apa yang disanggahnya, apa yang digenapinya, apa yang diperjelasnya, dan apa yang diungkapkannya. Dia mendesak para anggota untuk menelaah dan merenungkan kitab itu setiap hari.27

Gambar
Russell M. Nelson and his counselors during press conference

Pada tanggal 16 Januari 2018, dua hari setelah Presiden Nelson ditetapkan sebagai Presiden Gereja, dia mengumumkan bahwa Presidensi Utama yang baru akan memulai pelayanannya “dengan akhir dalam pikiran.” “Akhir” itu adalah keselamatan individu dan pemeteraian keluarga di rumah Tuhan. “Untuk alasan ini, kami berbicara kepada Anda dari sebuah bait suci,” Presiden Nelson berkata dari ruang tambahan Bait Suci Salt Lake.

“Akhir yang kita masing-masing upayakan adalah agar diberkahi dengan kuasa di dalam rumah Tuhan, dimeteraikan sebagai keluarga, setia pada perjanjian-perjanjian yang dibuat di dalam bait suci yang menjadikan kita memenuhi syarat untuk karunia terbesar Allah—yaitu kehidupan kekal. Tata cara bait suci dan perjanjian yang Anda buat di sana merupakan kunci untuk memperkuat kehidupan Anda, pernikahan dan keluarga Anda, serta kemampuan Anda untuk menangkal serangan lawan. Peribadatan Anda di bait suci dan pelayanan Anda di sana bagi leluhur Anda akan memberkati Anda dengan peningkatan wahyu dan kedamaian pribadi serta akan membentengi komitmen Anda untuk tetap berada di jalan perjanjian.”28

Presiden Nelson juga mengeluarkan seruan agar para Orang Suci tetap berada di jalan perjanjian: “Komitmen Anda untuk mengikuti Juruselamat dengan membuat perjanjian dengan-Nya dan kemudian menepati perjanjian-perjanjian itu akan membukakan pintu bagi setiap berkat dan privilese rohani yang tersedia bagi pria, wanita, dan anak di mana pun.” Bagi mereka yang telah menyimpang dari jalan tersebut, dia berkata: “Saya mengundang Anda dengan segala pengharapan di hati saya: mohon kembalilah. Apa pun kekhawatiran Anda, apa pun tantangan Anda, ada tempat bagi Anda dalam Gereja Tuhan ini. Anda dan generasi-generasi yang belum dilahirkan akan diberkati oleh tindakan Anda sekarang untuk kembali ke jalan perjanjian.”29

Inilah petunjuk penting lainnya: “Tulisan suci yang telah menjadi legenda hidup bagi saya ada di bagian 88 dari Ajaran dan Perjanjian, di mana Tuhan berfirman, ‘Aku akan mempergegas pekerjaan-Ku pada waktunya,’” kata Presiden Nelson. “Dan saya telah hidup … untuk melihat pergegasan ini.”30 Sekarang dia akan membimbingnya.

Presiden Russell M. Nelson selalu bersaksi tentang keilahian Yesus Kristus dan kebenaran rencana keselamatan yang Bapa Surgawi dan Putra Terkasih-Nya telah berikan kepada kita untuk memberi tahu dan membimbing kita. Saat Presiden Nelson memimpin Gereja ke masa depan, para Orang Suci Zaman Akhir dapat merasa terhibur karena mengetahui bahwa dia akan membimbing mereka sesuai dengan kehendak surga. “Saya menyatakan pengabdian saya kepada Allah Bapa Kekal kita dan kepada Putra-Nya, Yesus Kristus,” dia berkata. “Saya mengenal Mereka, mengasihi Mereka, dan berikrar untuk melayani Mereka—dan Anda—dengan setiap hembusan napas kehidupan saya yang tersisa.”31

Saya mengasihi hamba Tuhan ini, rekan dan teman lama saya, Presiden Russell M. Nelson. Bersama sesama anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, saya menghargai ajarannya dan menantikan kepemimpinannya yang diilhami sebagai nabi kita. Saya bersaksi bahwa dia telah dipanggil oleh Allah untuk memimpin Gereja di zaman kita.

Catatan

  1. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” Liahona, April 2018, 6.

  2. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” 7.

  3. Sylvia Webster dan Russell Nelson Jr., dalam Sarah Jane Weaver, “Get to Know President Russell M. Nelson, a Renaissance Man,” Church News, 16 Januari 2018, lds.org/church/news.

  4. Sylvia Webster, dalam Sarah Jane Weaver, “Get to Know President Russell M. Nelson.”

  5. Russell Nelson Jr., dalam Tad Walch, “Who Is President Russell M. Nelson? A Man of Heart, Compassion and Faith,” Deseret News, 16 Januari 2018, deseretnews.com.

  6. Lihat Russell M. Nelson, “Begin with the End in Mind” (Brigham Young University fireside, 30 September 1984), 2, speeches.byu.edu.

  7. Russell M. Nelson, “Begin with the End in Mind,” 3.

  8. Lihat Tad Walch, “Who Is President Russell M. Nelson?”

  9. Dalam Spencer J. Condie, Russell M. Nelson: Father, Surgeon, Apostle (2003), 140.

  10. Lihat Russell M. Nelson, “Berdiri Sebagai Generasi Milenial Sejati,” Liahona, Oktober 2016, 52–53.

  11. Dalam “Elder Russell M. Nelson of the Quorum of the Twelve Apostles,” Ensign, Mei 1984, 87.

  12. Russell Marion Nelson, From Heart to Heart: An Autobiography (1979), 114.

  13. Jeffrey R. Holland, dalam Tad Walch, “Who Is President Russell M. Nelson?”

  14. Dalam “Elder Russell M. Nelson of the Quorum of the Twelve Apostles,” 88.

  15. Dantzel White Nelson, dalam Lane Johnson, “Russell M. Nelson: A Study in Obedience,” Ensign, Agustus 1982, 23.

  16. Russell Marion Nelson, From Heart to Heart, 149.

  17. Russell Marion Nelson, From Heart to Heart, 149.

  18. David O. McKay, dalam Russell Marion Nelson, From Heart to Heart, 150.

  19. Dalam Spencer J. Condie, Russell M. Nelson: Father, Surgeon, Apostle, 186.

  20. Dalam Marvin K. Gardner, “Elder Russell M. Nelson: Applying Divine Laws,” Ensign, Juni 1984, 13.

  21. Russell M. Nelson’s Facebook page, video diposting pada 11 September 2014, facebook.com/lds.russell.m.nelson/videos.

  22. Lihat Russell M. Nelson’s Facebook page, video diposting pada 11 September 2014.

  23. Lihat Tad Walch, “Who Is President Russell M. Nelson?”

  24. Lihat Tad Walch, “Who Is President Russell M. Nelson?”

  25. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” 6.

  26. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” 6.

  27. Lihat Russell M. Nelson, “Kitab Mormon: Akan Seperti Apa Hidup Anda Tanpa Kitab Ini?Liahona, November 2017, 60–63.

  28. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” 7.

  29. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” 7.

  30. Russell M. Nelson’s Facebook page, video diposting pada 11 September 2014.

  31. Russell M. Nelson, “Sewaktu Kita Maju Bersama,” 7.