2016
Mengenal Tubuh Ke-Allah-an
Januari 2016


Mengenal Tubuh ke-Allah-an

Dari sebuah ceramah, “Tubuh Ke-Allah-an,” yang disampaikan selama seminar untuk para presiden misi baru di Pusat Pelatihan Misionaris Provo tanggal 23 Juni 2013.

Kita harus mengenal Makhluk-Makhluk Ilahi dalam setiap cara semampu kita. Kita harus mengasihi Mereka, mendekat kepada Mereka, mematuhi Mereka, dan berusaha untuk menjadi seperti Mereka.

Gambar
Painting of the first vision by Walter Rane. The Father and Son appear to Joseph Smith in the sacred grove.

Penglihatan Pertama, oleh Walter Rane

Nabi Joseph Smith menuturkan, “Adalah asas utama Injil untuk mengetahui dengan suatu kepastian karakter Allah.”1 Lebih lanjut, dia menambahkan, “Saya ingin Anda mengenal Dia, dan menjadi akrab dengan-Nya.”2 Kita harus memiliki gagasan yang benar tentang … kesempurnaan, dan sifat-sifat-Nya” dan kekaguman terhadap “keunggulan dari sifat-Nya.”3

Saya ingin memperluas tantangan Nabi kepada kita dan mengatakan bahwa kita dan para misionaris kita, anggota kita, serta simpatisan kita harus mengetahui dengan kepastian karakter dari para anggota tubuh Ke-Allah-an. Kita harus memiliki gagasan yang benar tentang kesempurnaan dan sifat-sifat individu Mereka serta kekaguman terhadap keunggulan karakter pribadi Mereka.

Bukanlah kebetulan bahwa pasal pertama dari kepercayaan kita adalah “Kami percaya kepada Allah, Bapa Yang Kekal, dan kepada Putra-Nya, Yesus Kristus, dan kepada Roh Kudus” (Pasal-Pasal Kepercayaan 1:1). Pesan ini jelas bagi semua yang mengajarkan Injil. Tidak ada alasan dalam membahas kebenaran lain yang kita percayai jika kita belum menanamkan dalam pikiran kita dan dalam pikiran mereka yang kita ajar peranan penting dari tubuh Ke-Allah-an dalam ajaran kita dan dalam tujuan kekal kita. Kita harus mengenal Makhluk-Makhluk Ilahi dalam setiap cara semampu kita. Kita harus mengasihi Mereka, mendekat kepada Mereka, mematuhi Mereka, dan berusaha untuk menjadi seperti Mereka.

Ketika kita membawa orang ke dalam Gereja, kita tidak membaptiskan mereka ke dalam Gereja seseorang, apakah orang itu Joseph Smith atau Brigham Young atau Thomas S. Monson—meskipun kita menghormati para nabi tersebut. Dan kita tidak membaptiskan mereka ke dalam Gereja dari keluarga-keluarga yang bahagia atau Paduan Suara Mormon Tabernakel.

Ketika kita membawa orang ke dalam Gereja, kita membaptis mereka dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Dalam melakukannya, kita menuntun mereka kembali ke hadirat Bapa melalui pelayanan, Pendamaian, dan kasih karunia Putra-Nya, dengan pengaruh Roh Kudus yang membimbing kita menuju gol ini. Kita harus senantiasa mengingat dalam benak kita kepentingan utama dari tubuh Ke-Allah-an sebagai sarana dan cara untuk meraih gol tersebut dan sewaktu kita melakukan pekerjaan keselamatan.

Jika, sebagaimana Raja Benyamin menasihati, kita sungguh-sungguh mengenal Makhluk-Makhluk Ilahi ini yang kita layani dan memastikan Mereka bukanlah orang asing bagi kita dan tidak pernah jauh dari pemikiran dan maksud hati kita (lihat Mosia 5:13), maka kita dapat memiliki hasil yang Raja Benyamin miliki. Dan apakah itu? Rakyatnya mengalami “suatu perubahan yang hebat” “tidak lagi memiliki watak untuk berbuat melakukan yang jahat, tetapi melakukan yang baik secara berkelanjutan,” dan “bersedia … untuk melakukan kehendak [Allah] untuk masuk ke dalam suatu perjanjian, dan untuk patuh pada perintah-perintah-Nya dalam segala hal yang Dia [akan perintahkan kepada [mereka], sepanjang sisa hidup [mereka]” (Mosia 5:2, 5).

Gambar
Large out door scene with a market square/campsite in the foreground and green hills in the background. In the right foreground there is the side of alarge stuped tent; the tent has an awning supported by ropes and poles. Hanging from the awning is a series of poles. Underneath the awning is a mother with several children all in highly colored tunics and skirts. In the left foreground is another family. This family has a father with a daughter in hi lap, two women beside him (one with a child in her lap) and a young boy with no shirt. Behind the man is another figure with a bowed head. Threre are several other figures and tents in the picture, but they are across the ones in the foreground. A large tower is the focus of the painting. The tower appears like scaffolding with a shaded top. On top of the tower are three men. One wears a blue robe and speaks with outstretched arms. The other two seem to be recording his words. Behind the tower is a stone building with step shapped sides. "Walter Ranes '03" appears in the lower right corner in red. The Reverse side reads, "Walter Rane 2003/ In the Service of Your God Mosiah 2:17/ King Benjamin Addresses his People".

Kiri: Dalam Pelayanan Allahmu, oleh Walter Rane, seizin dari Museum Sejarah Gereja; detail dari Pembaptisan, oleh J. Kirk Richards

Itulah dampak dari ajaran Raja Benyamin terhadap jemaatnya, dan itu merupakan sebuah definisi tulisan suci yang sempurna tentang pertumbuhan nyata dalam keinsafan kita sewaktu kita menegakkan Gereja di “seluruh dunia” (Markus 16:15).

Sebagaimana Juruselamat Sendiri mengajar, pekerjaan misionaris—pekerjaan keselamatan—bagaikan sebuah pukat yang kita tebarkan semakin luas ke bangsa, budaya, dan umat di dunia. Dengan demikian, kita akan mengumpulkan, sebagaimana perumpamaan menyatakan, ikan “berbagai-bagai jenis” (Matius 13:47). Banyak dari “ikan” di bagian-bagian besar dunia tidak mengetahui siapa Allah atau seperti apa sesungguhnya peranan-Nya sebagai Bapa; mereka tidak mengetahui siapa Yesus Kristus itu sesungguhnya atau mengapa Dia adalah satu-satunya nama yang diberikan di bawah kolong langit di mana kita dapat diselamatkan (lihat Kisah Para Rasul 4:12); mereka tidak mengetahui siapa Roh Kudus itu atau mengapa anggota tubuh Ke-Allah-an ini “diutus untuk mengajarkan kebenaran” (A&P 50:14).

Pengetahuan tentang Tubuh Ke-Allah-an

Tentunya, ada banyak hal lain yang ikan-ikan yang dikumpulkan dari berbagai-bagai jenis ini tidak ketahui, bahwa jika mereka ingin memeluk Injil yang dipulihkan dan benar-benar menemukan keselamatan bagi jiwa mereka, itu akanlah harus dimulai dengan beberapa pengetahuan dan pemahaman tentang para anggota tubuh Ke-Allah-an. Akhirnya, “peribadatan yang sejati dan menyelamatkan ditemukan hanya di antara mereka yang mengetahui kebenaran tentang … tubuh Ke-Allah-an dan yang memahami hubungan sejati yang manusia miliki dengan setiap anggota dari [apa yang seorang Pemimpin telah sebut] Presidensi Kekal itu.”4

Penatua Bruce R. McConkie (1915–1985) dari Kuorum Dua Belas Rasul mengingatkan kita bahwa Lusifer memahami signifikansi dari ajaran seperti itu, bahkan jika kita tidak memahaminya. Dia menyatakan:

“Tidak ada keselamatan dalam memercayai … ajaran palsu, terutama suatu pandangan palsu atau tidak bijaksana mengenai tubuh Ke-Allah-an atau salah satu anggotanya .…

Oleh karena itu iblis akan sebaliknya menyebarluaskan ajaran palsu tentang Allah dan tubuh Ke-Allah-an, dan menimbulkan perasaan palsu mengacu kepada salah satu dari Mereka, daripada nyaris hal lain apa pun yang dapat dia lakukan”5

Jadi tidak ada simpatisan dapat datang ke dalam Gereja ini dengan kesaksian yang nyata, keinsafan yang nyata, dengan apa yang kita cari dan meminta pertumbuhan nyata dalam diri setiap orang insaf, kecuali dia telah memiliki setidaknya awal dari beberapa pengalaman pribadi, rohani dan sejati dengan Allah. Jenis pengalaman sejati itu hanya dapat datang ketika ada suatu kesadaran bahwa Dia adalah makhluk yang nyata, orang yang sebenarnya, Bapa harfiah yang berdaging dan bertulang yang berbicara dan melihat dan merasakan, yang mengetahui semua nama anak-Nya dan semua kebutuhan mereka, yang mendengar doa-doa mereka, dan yang menginginkan semua anak-Nya dalam Gereja-Nya. Simpatisan ini perlu mengetahui Dia memiliki sebuah rencana bagi keselamatan mereka dan bahwa Dia telah memberikan perintah-perintah mengenai bagaimana kita menemukan jalan pulang kepada-Nya.

Allah yang memedulikan mereka selembut seperti kepedulian orangtua terhadap seorang anak tidak dapat berupa sebuah konsep abstrak atau penguasa alam semesta yang tidak hadir. Dia pastilah dikenali karena jati diri-Nya yang sesungguhnya—seorang Bapa yang penuh belas kasihan dan memiliki rasa iba, yang menurut rupa-Nya setiap anak-Nya telah diciptakan dan yang di hadapan-Nya kita semua kelak akan berdiri sekali lagi—dan kemudian berlutut! Sedikit dari simpatisan kita akan mengetahui Allah yang seperti itu sekarang, di dalam atau di luar Kekristenan modern.

Dalam hal itu, adalah sangat signifikan bahwa pelajaran 1 dalam Mengkhotbahkan Injil-Ku dimulai dengan pernyataan sederhana bahwa “Allah adalah Bapa Surgawi kita.”6 Dalam pelajaran itu tekad pertama yang para misionaris harus buat adalah setiap orang yang diajar memahami mengenai sifat sejati Allah.

Jika misionaris dapat menanamkan pemahaman yang benar tentang Allah dalam pikiran dan hati dari simpatisan mereka di awal pengajaran mereka, segala sesuatunya akan berjalan dengan lebih mulus dalam semua petunjuk yang mengikuti.

Misi dan Pesan Yesus Kristus

Gambar
Jesus Christ being baptized by John the Baptist.

Kiri: Dalam Pelayanan Allahmu, oleh Walter Rane, seizin dari Museum Sejarah Gereja; detail dari Pembaptisan, oleh J. Kirk Richards

Demikian juga, elder, sister, dan simpatisan harus lebih banyak menghargai lebih dari sebelumnya keagungan misi dan pesan Yesus Kristus, yang datang dari Bapa dan mengajarkan apa yang Bapa ajarkan kepada-Nya. Semua harus menyadari bahwa Yesus datang ke dalam kefanaan untuk memperlihatkan kepada kita jalan, kebenaran, dan hidup. Sesungguhnya, Dia adalah satu-satunya jalan, seluruh kebenaran, dan kehidupan yang sempurna. Dengan demikian, Dia adalah satu-satunya anak dalam keluarga manusia yang kepada-Nya Bapa dapat sepenuhnya dan seutuhnya menyatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Matius 17:5).

Kita harus memiliki iman kepada Kristus, percaya bahwa Dia telah menebus kita dari kematian secara jasmani dan neraka secara rohani, menerima Pendamaian-Nya sebagai satu-satunya sarana mendamaikan diri kita sendiri di hadapan Allah, dan mengakui bahwa tidak ada jalan lain menuju keselamatan. Dunia, jika harus ditebus, harus menekuk lututnya dan dengan lidah mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Putra yang hidup dari Allah yang hidup. Kita perlu mengajarkan dengan iman dan semangat “ajaran Kristus” (Ibrani 6:1; 2 Yohanes 1:9; 2 Nefi 31:2, 21; 32:6; Yakub 7:2, 6) sebagaimana dinyatakan dalam tulisan suci dan dirangkum dalam pelajaran 3 dari Mengkhotbahkan Injil-Ku.

Simpatisan yang kita coba temukan di dunia ini perlu mengetahui bahwa Roh Kudus adalah anggota dari tubuh Ke-Allah-an dengan siapa mereka akan memiliki hubungan yang paling sering dan paling intim sewaktu mereka menerima para misionaris dan berdoa memohon bimbingan surgawi perihal pesan mereka. Anggota tubuh Ke-Allah-an inilah yang akan menuntun simpatisan pada kebenaran dan selanjutnya akan bersaksi tentang kebenaran ketika mereka menghadapinya. Simpatisan harus diajar untuk mengenali Roh ketika itu menyatakan dirinya sendiri selama berlangsungnya pelajaran. Tentu saja misionaris harus memahami peranan ilahi Roh Kudus dalam proses keinsafan dan harus berupaya untuk membawa Roh bersama mereka di sepanjang waktu.

“Kepada apa kamu ditahbiskan?” Tuhan bertanya. Untuk mengkhotbahkan Injil-Ku melalui Roh, bahkan Penghibur yang diutus untuk mengajarkan kebenaran .…

Karenanya, dia yang berkhotbah [melalui Roh] dan dia yang menerima [melalui Roh], saling mengerti, dan keduanya diteguhkan dan bersukacita bersama” (A&P 50:13–14, 22).

Kita dapat mutlak yakin bahwa tidaklah akan berjalan dengan baik—bagi misionaris ataupun bagi simpatisan mereka—jika kita tidak secara benar mengajarkan tentang tubuh Ke-Allah-an. Kita seharusnya tidak mengajarkan tentang para pemimpin fana sebelum kita mengajarkan dan bersaksi tentang Mereka yang Ilahi. Kita seharusnya tidak berusaha untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran tambahan sebelum kita mengajarkan kebenaran dasar. Kita seharusnya tidak tergesa-gesa dalam pembaptisan dan gol untuk membawa orang insaf baru sebelum kita mengajarkan iman yang sejati kepada Allah, menjelaskan perlunya pertobatan yang sejati kepada Kristus, dan memastikan bahwa kesaksian awal yang penting dan bertumbuh dari orang insaf itu tetap kuat dan membara melalui memelihara pengaruh Roh Kudus.

Kebingungan Orang Kristen

Perihal sifat yang berbeda dari Makhluk-Makhluk Ilahi ini, wahyu zaman akhir kita mengajarkan bahwa, “Bapa memiliki tubuh dari daging dan tulang senyata milik manusia; Putra juga; namun Roh Kudus tidak memiliki tubuh dari daging dan tulang, tetapi adalah Sosok dari Roh” (A&P 130:22).

Gambar
Jesus Christ depicted standing with His arms outstretched as an invitation for people to come to Him. Several people are gathered around Christ. Most of the people are looking up at Christ. An elderly man is kneeling on the ground. The man is clasping the robe of Christ and resting his head against Christ's side. Another elderly man is seated by Christ. He is resting his head on Christ's other side.

Detail dari Menyembuhkan Orang Buta, oleh Carl Heinrich Bloch

Tidak ada pernyataan dasar yang lebih jelas daripada itu! Tetapi sayangnya, hampir dua milenium dari sejarah Kristen telah menabur kebingungan yang mengerikan dan kesalahan yang nyaris fatal mengenai hal ini. Banyak evolusi dan versi kepercayaan agama telah sedemikian mendistorsi kejelasan sederhana dari ajaran sejati, menyatakan Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah abstrak, absolut, sukar dipahami, imanen, konsubstansial, sama kekalnya, dan tidak dapat dikenali; tanpa tubuh, bagian-bagian, atau hasrat; dan tinggal di luar ruang dan waktu.

Dalam kepercayaan semacam itu, ketiga anggota itu adalah sosok yang terpisah, namun mereka adalah makhluk tunggal, sering dibahas sebagai “misteri dari trinitas.” Mereka adalah tiga orang yang berbeda, namun bukan tiga Allah melainkan satu. Ketiga orang ini tidak dapat dipahami, namun itu satu Allah yang tidak dapat dipahami.

Kita setuju dengan kritik kita mengenai setidaknya pada pokok bahasan itu—bahwa formulasi untuk keilahian seperti itu sungguhlah tidak dapat dipahami .… Dengan definisi yang membingungkan tentang Allah yang dibebankan pada Gereja, agak membingungkan bahwa seorang biarawan abad keempat berseru, “Celakalah aku! Mereka telah mengambil Allahku dariku, … dan aku tidak tahu siapa untuk dikagumi atau diajak bicara.”7 Bagaimana kita harus memercayai, mengasihi, dan beribadat, atau bahkan berusaha untuk menjadi seperti, Dia yang tidak dapat dipahami dan tidak dapat dikenali? Bagaimana dengan doa Yesus bahwa “inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus?” (Yohanes 17:3; penekanan ditambahkan.

Bukanlah tujuan kita untuk selalu meremehkan kepercayaan siapa pun atau ajaran tentang agama apa pun. Kita memberikan kepada semua respek yang sama bagi ajaran mereka yang kita pun meminta demikian dari mereka. (Itu juga merupakan pasal dari kepercayaan kita). Memang tidak kurang dari sumber seperti Harper’s Bible Dictionary yang kukuh yang mencatat bahwa ‘ajaran resmi Trinitas sebagaimana didefinisikan oleh dewan-dewan gereja yang besar abad keempat dan kelima tidak terdapat dalam [Perjanjian Baru]”8.

Jadi kita sangat nyaman, sejujurnya, diketahui bahwa kita tidak memegang pandangan abad keempat atau kelima, yang tidak memercayai tubuh Ke-Allahan, juga tidak Orang-Orang Suci Kristen pertama yang menjadi saksi akan Kristus yang hidup.9 Kita adalah Perjanjian Baru—bukan Orang Kristen—penganut Nicene.

Kesatuan Tubuh Ke-Allah-an

Tetapi, saya sekarang secara cepat menekankan bahwa ketika kita telah menyatakan tentang perbedaan dari sosok Mereka, adalah sama pentingnya untuk menekankan betapa bersatunya Mereka dan betapa sungguh-sungguh Satu Ke-Allah-an itu. Saya rasa saya aman dalam mengatakan bahwa bagian dari alasan kita sedemikian disalahpahami oleh mereka dalam tradisi Kristen adalah karena dalam menekankan pribadi-pribadi individu dari tubuh Ke-Allah-an, kita tidak mengikuti itu cukup sering dengan mengakui serta menekankan kesatuan Mereka hampir dalam setiap cara lain yang dapat dibayangkan. Karena hal ini kita menuai kritikan tak berguna, dan kita telah menjadikan asas-asas Gereja kita lebih sulit untuk dipahami daripada yang semestinya.

Sesungguhnya, petikan “ajaran Kristus” yang luar biasa dalam 2 Nefi 31 berakhir dengan pernyataan ini: “Inilah ajaran Kristus, dan ajaran satu-satunya dan sejati dari Bapa, dan dari Putra, dan dari Roh Kudus, yang adalah satu Allah, tanpa akhir” (2 Nefi 31:21).

Kita semua telah membaca Doa Syafaat Juruselamat yang menakjubkan dalam Yohanes 17. Kita tahu itu menjadi suatu pernyataan akan kesatuan antara Bapa dan Putra dan antara Mereka dan kita, para murid fana Mereka. Bacalah secara sering, terutama karena Presiden David O. McKay (1873–1970) pernah menyebutnya “Doa terkuat … yang pernah diucapkan di dunia ini.”10 Kita harus berupaya untuk menjadi satu dengan Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sebagaimana Yesus berdoa kita akan menjadi.

Kesaksian Seorang Rasul

Saya menutup kesaksian saya tentang masing-masing dari Makhluk Ilahi ini, yang membentuk “Presidensi Kekal” yang telah dibicarakan. Saya bersaksi tentang Roh Kudus melalui Roh dari Roh Kudus, karena mempersaksikan dan bersaksi adalah dua dari peranan besarnya. Saya memberikan kesaksian bahwa Roh Kudus adalah guru, Penghibur, dan juru kuasa wahyu pribadi. Saya memberikan kesaksian bahwa Roh Kudus akan mendatangkan semua hal dalam ingatan kita—berkat khusus karena mengingat adalah salah satu dari perintah besar yang diberikan kepada kita, termasuk dalam doa sakramen (lihat A&P 20:77, 79).

Saya bersaksi bahwa melalui kuasa Roh Kudus, kita dapat menghalau kegelapan dari antara kita dan diperingatkan terhadap bahaya dan terhadap ketidakbenaran. Saya memberikan kesaksian bahwa Roh Kudus juga adalah Roh Kudus Perjanjian, yang meneguhkan dan mengesahkan perjanjian-perjanjian dan tata cara-tata cara serta pada akhirnya memeteraikan semua berkat-berkat keselamatan pada kehidupan kekal. Saya merasa takjub bahwa kita memiliki akses yang sudah siap kepada anggota tubuh Ke-Allah-an dan memilikinya secara terus-menerus dan berulang-ulang jika kita hidup layak akan itu. Saya menyatakan rasa syukur yang hampir tak dapat diungkapkan untuk karunia Roh Kudus.

Saya memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, Putra yang hidup dari Allah yang hidup, yang membayar tebusan pembebasan bagi jiwa Anda dan jiwa saya serta jiwa setiap pria, wanita, dan anak dari Adam hingga akhir dunia. Saya bersaksi bahwa asas utama Injil adalah iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan bahwa itu merupakan landasan dari dan pesan utama dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

Gambar
Jesus Christ depicted leaning on a rock in the Garden of Gethsemane. The image depicts the Atonement of Christ.

Kiri: Bukanlah Kehendak-Ku, Melainkan Kehendak-Mulah yang Terjadi, oleh Harry Anderson; kanan: detail dari Christus Consolator, oleh Carl Heinrich Bloch

Saya bersaksi bahwa setiap umat manusia yang dilahirkan ke dalam dunia ini dilahirkan dengan Terang Kristus dalam jiwanya. Saya memberikan kesaksian bahwa Dia adalah yang Pertama dan yang Terakhir, yang Awal dan yang Akhir, Alfa dan Omega bagi keselamatan kita. Saya menyatakan bahwa Dia adalah Yehova Agung, Akulah sang penebus, Anak Domba Allah yang dibunuh dari sebelum pelandasan dunia. Saya bersaksi bahwa di dalam Dia kegenapan tinggal dan bahwa Dia lahir, hidup, dan mati sebagai Manusia sempurna, tanpa dosa, tanpa cacat dan tanpa noda.

Saya bersyukur bahwa wewenang dari Yesus Kristus yang mengatur segala sesuatu yang bersignifikansi kekal dalam alam semesta ini, menyandang nama-Nya—Imamat Kudus menurut Tata Tertib Putra Allah. Jika saya harus hidup sampai seribu tahun, saya tidak dapat pernah cukup menyatakan kekaguman dan tidak mampu untuk disebut sebagai salah satu Rasul-Nya, saksi akan nama-Nya di seluruh dunia.

’Ku berdiri kagum pada kasih Sang Kristus,

Bingung pada kasih karunia bagiku.11

Saya memberikan kesaksian tentang Allah Bapa yang Kekal, Elohim yang Agung, Bapa saya dan Bapa Anda, yang memberi kita kehidupan rohani. Saya bersaksi bahwa Dia adalah Manusia Kekudusan, bahwa belas kasihan dan kebaikan, kasih serta rasa iba hanyalah awal untuk mencatat karakteristik utama dan kekal-Nya. Saya bersaksi bahwa Kristus datang untuk memperlihatkan kepada kita Bapa dan dengan demikian secara tepat disebut Putra Manusia (dari Kekudusan).

Saya memberikan kesaksian bahwa Allah Bapa kita adalah perancang rencana besar kebahagiaan dan apa yang disebut sebagai Injil Yesus Kristus juga dikenal sebagai “Injil Allah” (Roma 1:1; lihat juga ayat 2–3). Saya memberikan kesaksian bahwa Bapa dahulu dan sekarang adalah Pencipta segala sesuatu, bekerja melalui Yehova dan juru kuasa surgawi lainnya untuk merampungkan Penciptaan itu dan berbagi gelar Pencipta dengan Putra Terkasih-Nya. Saya bersaksi bahwa kita harus melayani Bapa dalam nama Putra sama seperti kita harus berdoa kepada Bapa dalam nama Putra.

Saya bersaksi bahwa Yesus Kristus datang untuk melakukan kehendak Bapa, mengajarkan ajaran Bapa, dan mengerjakan keselamatan-Nya Sendiri melalui Bapa. Saya memberikan kesaksian yang paling khusyuk bahwa Bapa sedemikian mengasihi dunia, anak-anak-Nya, sehingga Dia memberikan Putra terbaik-Nya, putra sempurna-Nya, Putra Tunggal Terkasih-Nya, agar siapa pun yang mau memercayai Dia akan memiliki kehidupan kekal (lihat Yohanes 3:36; 6:47; Helaman 14:8).

Saya bersyukur untuk Bapa, Putra, dan Roh Kudus, yang melalui nama-nama itu tata cara-tata cara sakral dan menyelamatkan dari pembaptisan hingga pemeteraian bait suci dilaksanakan dalam Gereja ini. Saya mengundang Anda masing-masing untuk mengenal lebih dalam Makhluk-Makhluk Ilahi ini.

Catatan

  1. Joseph Smith, dalam History of the Church, 6:305.

  2. Joseph Smith, dalam History of the Church, 6:305.

  3. Lectures on Faith (1985), 42.

  4. Bruce R. McConkie, “Our Relationship with the Lord” (Brigham Young University devotional, 2 Maret 1982), 1, speeches.byu.edu.

  5. Bruce R. McConkie, “Our Relationship with the Lord,” 1–2.

  6. Mengkhotbahkan Injil-Ku: Buku Panduan untuk Pelayanan Misionaris (2004), 31.

  7. Dalam Owen Chadwick, ed., Western Asceticism (1958), 235.

  8. Paul J. Achtemeier, edisi Harper’s Bible Dictionary (1985), 1099.

  9. Untuk pembahasan menyeluruh tentang isu ini, lihat Stephen E. Robinson, Are Mormons Christians? (1991), 71–89; lihat juga Robert L. Millet, Getting at the Truth: Responding to Difficult Questions about LDS Beliefs (2004), 106–122.

  10. David O. McKay, dalam Conference Report, Oktober 1967, 5.

  11. “‘Ku Berdiri Kagum,” Nyanyian Rohani, no. 82.