Ajaran-Ajaran Presiden
Imamat, Tanggung Jawab untuk Mewakili Allah


Bab 12

Imamat, Tanggung Jawab untuk Mewakili Allah

Imamat adalah asas kekal yang telah ada bersama Allah sejak permulaan dan akan ada sepanjang segala kekekalan. Kunci-kunci yang telah diberikan untuk digunakan melalui imamat berasal dari surga, dan kuasa imamat ini dilaksanakan di Gereja pada saat ini sebagaimana hal itu akan terus berlanjut di bumi ini.1

Pendahuluan

Ketika berceramah pada sesi imamat konferensi umum, Presiden McKay menceritakan sebuah pengalaman yang dia miliki saat melayani sebagai misionari di Skotlandia tahun 1898. Dia serta rekannya, Penatua Peter Johnston, berjalan di dekat sebuah bangunan yang menarik perhatian mereka karena bangunan itu memiliki sebuah batu lengkung di pintu depan dan prasasti yang tertulis di atas lengkungan itu. Presiden McKay mengenang:

“Saya mengatakan kepada rekan saya, ‘Itu tidak lazim! Saya ingin melihat apa tulisan di prasasti itu.’ Ketika saya berada cukup dekat, pesan itu terlintas dalam benak saya, bukan hanya di batu, tetapi pesan itu seolah berasal dari Tuhan yang sedang kita layani:

‘Siapa pun Engkau, Lakukan Bagianmu Dengan Baik’ ….

Allah menolong kita untuk mengikuti semboyan itu. Itu adalah ungkapan lain dari perkataan Kristus, ‘Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri,’ [lihat Yohanes 17:7] dan bahwa kesaksian itu menuntun kita semua pada bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan. Saya dengan rendah hati berdoa agar Imamat yang berkumpul di sini malam ini … mau mengambil bagi diri mereka sendiri tanggung jawab yang telah Allah berikan kepada mereka, dan melakukan tugas apa pun yang mungkin diberikan.”2

Presiden McKay telah diberkati dalam kehidupannya ketika beberapa pemegang imamat dengan benar menjalankan kuasa imamat mewakilinya. Pada bulan Maret 1916, Sungai Ogden meluap dan menyebabkan jembatan di dekat mulut lembah itu menjadi tidak stabil. Dia menceritakan kembali, “Kami [dia dan saudara lelakinya Thomas E.] melompat masuk ke dalam mobil Ford tua serta pergi menerjang hujan dan lumpur …. Saya melihat onggokan batu di jembatan itu, dan kelihatannya batu-batu itu akan tetap teronggok di situ seperti hari sebelumnya. Jadi [dengan berkelakar] saya berkata, ‘Saya akan menyeberangi jembatan itu. Apa kamu bisa berenang?’ Lalu saya menginjak gas mobil dan pergi menyeberangi jembatan itu, hanya mendengar Thomas E. mengatakan, ‘Awas! Ada tali!’ Penjaga yang pergi pukul tujuh telah merentangkan tali derek di jalan, dan penggantinya, penjaga siang hari, belum tiba. Saya menginjak rem tetapi sudah terlambat. Tali itu membentur kaca, terlempar kembali ke atas, dan mengenai dagu saya, melukai bibir saya, dan menghantam gigi bawah, serta melukai rahang atas saya. Thomas E. menundukkan kepalanya dan terluput dari cedera, tetapi saya dalam keadaan setengah tidak sadarkan diri ….

Kira-kira pukul sembilan pagi itu saya berada dalam kamar operasi …. Mereka menjahit rahang atas saya dan ada empat belas jahitan di bibir bawah serta pipi saya yang robek. Salah seorang yang merawat saya berkomentar, ‘Parah sekali; dia akan cacat seumur hidup.’ Memang benar saya nyaris tidak dapat dikenali. Ketika saya dibawa dengan kursi roda kembali ke kamar saya di rumah sakit, salah seorang perawat sambil menghibur berkata, ‘Brother McKay, Anda bisa memelihara jenggot,’ yang berarti saya dapat menyembunyikan bekas luka-luka saya …. Tiga teman dekat saya … dipanggil dan memberikan berkat kepada saya. Dalam memeteraikan pengurapan, [salah seorang dari mereka] mengatakan, ‘Kami memberkati Anda agar tidak akan cacat dan tidak akan merasakan sakit’ ….

Sabtu malam Dr. William H. Petty datang untuk memeriksa apakah gigi yang masih tersisa di rahang atas dapat diselamatkan. Lalu dia mengatakan, ‘Menurut saya, Anda kesakitan.’ Saya menjawab, ‘Tidak, saya tidak sakit sama sekali’ …. Hari Minggu pagi Presiden Heber J. Grant datang dari Salt Lake City …. Dia masuk ke kamar serta mengatakan, ‘David, jangan bicara; saya akan memberkati Anda’ ….

Bulan Oktober berikutnya, … saya duduk di bangku di dekat tempat biasanya Presiden Grant duduk. Saya memperhatikan saat dia sedang memandangi saya dengan seksama, dan kemudian mengatakan, ‘David, dari tempat saya duduk, saya tidak melihat satu bekas luka pun di wajah Anda!’ Saya menjawab, ‘Tidak, Presiden Grant, tidak ada bekas luka di wajah saya.’”3

Ajaran-ajaran David O. McKay

Imamat adalah kuasa dan wewenang untuk mewakili Allah.

Kapan pun imamat diberikan kepada manusia, itu dianugerahkan kepadanya bukan sebagai tanda kehormatan pribadi, meskipun memang demikian jika dia menghormatinya, tetapi sebagai wewenang untuk mewakili Tuhan dan tanggung jawab untuk membantu Tuhan dalam mendatangkan kebakaan serta hidup yang kekal bagi manusia [lihat Musa 1:39].4

Anda adalah kaum pria yang memegang imamat Allah, yang memegang wewenang Ilahi untuk mewakili Tuhan dalam jabatan apa pun yang telah ditugaskan kepada Anda. Ketika seorang pria, pria biasa ditetapkan dalam masyarakatnya sebagai polisi daerah, ada sesuatu yang ditambahkan kepadanya. Ketika seorang polisi bertugas di jalanan, di persimpangan, mengangkat tangannya, Anda berhenti. Ada sesuatu yang lebih dari dirinya daripada orang biasa, ada kekuasaan yang diberikan kepadanya. Demikian juga sepanjang kehidupan. Tidak seorang pun dapat diberi jabatan tanpa ditingkatkan. Itu suatu kenyataan. Jadi, demikian juga, kuasa imamat.5

Imamat secara alami adalah bagian dari tubuh Ketuhanan. Itu adalah wewenang dan kuasa yang sumbernya hanya berasal dari Bapa yang Kekal dan Putra-Nya Yesus Kristus ….

Dalam mencari sumber imamat, … kita dapat memahami tidak ada kondisi yang melebihi Allah sendiri. Di dalam Dia imamat itu berpusat. Dari Dialah itu berasal. Imamat, yang secara alami menjadi bagian dalam diri Bapa, sehingga Dia sendirilah yang dapat memberikannya kepada orang lain. Oleh karena itu, imamat, sebagaimana dipegang oleh manusia, harus didelegasikan melalui wewenang. Belum pernah ada manusia di dunia ini yang memiliki hak untuk [mengambil] bagi dirinya sendiri kuasa serta wewenang imamat. Ada beberapa orang yang ingin [mengambil] bagi diri mereka sendiri hak itu, tetapi Tuhan tidak pernah mengakuinya. Seperti halnya seorang duta dari pemerintah mana pun yang menjalankan wewenang yang hanya diberikan oleh pemerintahnya, demikian juga manusia yang diwenangkan untuk mewakili Tuhan melakukan hal yang sama hanya melalui kuasa dan hak-hak yang didelegasikan kepadanya. Tetapi, ketika wewenang semacam itu diberikan, wewenang itu mencakup, dalam batas-batas tertentu, semua kesempatan istimewa untuk memiliki kuasa resmi, melalui mana orang itu diberi kuasa oleh orang lain untuk bertindak dalam namanya. Semua tindakan resmi yang dilaksanakan selaras dengan kuasa resmi semacam itu sifatnya mengikat seolah-olah orang itu sendiri yang melaksanakan kuasa tersebut ….

Mengetahui kenyataan bahwa sang Pencipta adalah sumber kekal dan abadi dari kuasa ini, bahwa Dia sendiri yang dapat mengarahkannya, dan bahwa untuk memilikinya berarti memiliki hak, sebagai seorang wakil yang diwenangkan, akan komunikasi langsung dengan Allah, betapa masuk akal dan meneguhkannya hak istimewa serta berkat-berkat yang diperoleh dengan memiliki kuasa serta wewenang Imamat Melkisedek ini—itu adalah yang paling mulia yang dapat direnungkan pikiran manusia.

Seseorang yang bersekutu dengan Allahnya akan merasakan kehidupannya bertambah manis, daya memperbedakannya lebih tajam untuk memutuskan dengan cepat antara yang benar dan yang salah, perasaannya lembut serta penuh belas kasihan, namun rohnya kuat dan berani dalam mempertahankan hak; dia akan mendapati imamat sebagai sumber yang tidak pernah gagal—sumber air kehidupan yang memancar sampai kepada hidup yang kekal.6

Kuasa imamat menemukan ungkapan melalui kuorum-kuorum dan individu-individu.

Dengan tepat dikatakan, imamat sebagai kuasa yang didelegasikan merupakan sebuah prestasi individu. Tetapi, melalui pernyataan Ilahi kaum pria yang dipilih untuk melayani dalam jabatan-jabatan tertentu dalam keimamatan bersatu di dalam kuorum-kuorum. Karena itu, kuasa ini menemukan ungkapannya melalui kelompok-kelompok juga dalam individu-individu. Kuorum adalah kesempatan bagi kaum pria yang memiliki aspirasi yang sama untuk mengetahui, mengasihi, dan menolong satu sama lain.7

Jika imamat hanya berarti kehormatan pribadi, berkat atau peningkatan individu, tidak diperlukan lagi kelompok atau kuorum. Keberadaan dari kelompok seperti itu, ditetapkan oleh wewenang Ilahi, menyatakan ketergantungan kita terhadap satu sama lain, kebutuhan yang sangat penting untuk memperoleh bantuan dan pertolongan bersama. Kita, melalui hak Ilahi, adalah makluk sosial.8

[Tuhan] menyadari bahwa [para pemegang imamat] ini memerlukan kerekanan, penemanan, kekuatan dari kelompok; oleh karenanya Dia mengorganisasi kuorum-kuorum dan menentukan jumlah dalam setiap kuorum dari diaken sampai kuorum tujuh puluh.

Kelompok-kelompok itu bertemu bersama, pertama-tama, untuk mengajar dan meneguhkan, meningkatkan pengetahuan secara umum, dan khususnya untuk mengajar mengenai pengetahuan moral serta agama, mengenai iman dan kekudusan, tetapi juga untuk memperoleh kekuatan bersama, untuk bertindak dengan benar. Kelompok-kelompok itu memenuhi kebutuhan yang dirasakan di antara umat manusia secara umum … kuorum-kuorum Imamat—akan memenuhi kebutuhan dari setiap keinginan untuk penemanan, persatuan, dan pelayanan jika kaum pria melakukan tugas mereka.9

Para anggota dalam Imamat Harun, dan anggota dalam kuorum Imamat Melkisedek, kita memiliki tugas untuk membangun kuorum-kuorum kita; marilah kita tidak mengecewakan mereka dengan ketidakhadiran kita dalam pertemuan [imamat], atau dengan tidak siap, atau dengan mengabaikan tugas kita. Marilah kita merasakan, setiap dari kita, … bahwa adalah tugas kita untuk berbuat sesuatu untuk membangun Gereja, karena tugas Gereja adalah membangun kebenaran dan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Kaum pria pemegang imamat, marilah kita bersatu padu dalam pembangunan ini; marilah kita menjadi pelaku kebenaran; dan jangan biarkan siapa pun, dari imam besar sampai diaken, dalam gerakan besar imamat ini …, jatuh ke dalam golongan pelaku kejahatan atau penggerutu.10

Seorang pemegang imamat harus menyadari perbuatan serta perkataannya dalam semua keadaan.

Imamat adalah wewenang untuk mewakili Allah. Seorang pria yang diberi imamat adalah seorang wakil Tuhan yang diwenangkan dalam bidang tertentu apa pun yang ditugaskan untuk orang tersebut. Adalah tugas wakil dari kelompok individu atau organisasi mana pun agar berusaha mewakili kelompok individu atau organisasi tersebut dengan terhormat. Cara terbaik untuk menjadi wakil yang layak adalah hidup sedemikian rupa sehingga setiap orang mudah menerima bisikan Tuhan yang diwakilinya. Sekarang pikirkan apa artinya itu bagi kehidupan yang bajik.

“… Roh-Ku tidak selalu berjuang bersama manusia,” (A&P 1:33) firman Tuhan. Karenanya, setiap orang, yang memegang imamat ini harus hidup sedemikian rupa sehingga akan memenuhi syarat baginya untuk menerima ilham dari Tuhan. Perkenankan saya mengatakan mengenai hal ini bahwa persekutuan dengan Roh Kudus adalah senyata seperti hubungan Anda melalui radio dengan suara-suara dan musik yang tidak terdengar yang memenuhi udara. Getaran itu ada di sana.

Demikian juga dengan Roh Allah. Dia selalu siap membimbing dan mengajar mereka yang hidup selaras dengan menjalankan kehidupan yang benar dan dengan sungguh-sungguh mencari-Nya. Saya ulangi, adalah tugas setiap pria yang diwenangkan untuk mewakili-Nya agar hidup sedemikian rupa untuk menjadi tanggap terhadap Roh itu.11

Memegang imamat Allah melalui wewenang Ilahi merupakan salah satu karunia terbesar yang dapat datang kepada seorang pria, dan kelayakan adalah hal terpenting. Inti sari imamat adalah kekal. Dia yang melaksanakan tanggung jawab sebagai wakil Tuhan sangat diberkati. Dia hendaknya melaksanakan tanggung jawab itu sampai pada tingkat tertentu sehingga dia akan berhati-hati dalam perbuatan-perbuatan serta kata-katanya dalam semua keadaan. Tidak seorang pun yang memegang Imamat Kudus akan memperlakukan istrinya dengan tidak hormat. Tidak seorang pun yang memegang imamat gagal untuk memohon berkat bagi makanannya atau berlutut bersama istri serta anak-anaknya dan memohon bimbingan Allah. Rumah tangga diubah karena seorang pria memegang dan menghormati imamat. Kita tidak menggunakan imamat dengan bertindak sewenang-wenang, karena Tuhan telah mengatakan, “bila kita melakukannya untuk menutupi dosa kita, atau untuk memuaskan kesombongan dan keinginan kita yang sia-sia, atau berusaha mengatur atau menguasai atau memaksa jiwa anak-anak manusia, dalam bentuk apa pun yang menarik dirinya, Roh Tuhan menjadi sedih, dan bila Roh Tuhan telah menarik diri, berakhirlah imamat atau wewenang orang itu” (A&P 121:37).

Wahyu itu, yang diberikan oleh Tuhan kepada Nabi Joseph Smith, adalah salah satu pelajaran paling indah dalam ajaran atau ilmu jiwa serta pemerintahan yang pernah diberikan, dan kita hendaknya membacanya berulang kali dalam Ajaran dan Perjanjian 121.12

Tidak ada satu pun anggota Gereja ini, tidak satu pun suami atau ayah, memiliki hak untuk menggunakan bahasa yang buruk di rumahnya, atau pernah mengucapkan kata-kata makian kepada istri atau anak-anaknya. Melalui penahbisan dan tanggung jawab Anda, Anda tidak boleh melakukannya sebagai seorang pria yang memegang imamat dan setia terhadap roh yang ada dalam diri Anda. Anda berkontribusi bagi rumah tangga yang ideal melalui karakter Anda, dengan mengendalikan nafsu Anda, watak Anda, dengan menjaga tutur kata Anda, karena hal-hal itu akan memperlihatkan seperti apa rumah tangga Anda, dan itu akan terpancar di lingkungan tetangga Anda. Anda melakukan semampu Anda untuk mendatangkan damai dan keharmonisan, tidak peduli apa pun yang mungkin Anda alami.13

Saya berdoa agar kita dapat … merasakan nilai imamat, dan agar setiap diaken dalam Gereja ini akan menyadari bahwa ketika dia diberi Imamat Harun dia ditetapkan di antara hamba sesamanya, bahwa dia berbeda dengan orang lain. Dia tidak bisa bersumpah serapah tanpa menerima akibat-akibatnya seperti yang dilakukan anak-anak lelaki lainnya, dia tidak bisa ikut berolok-olok di lingkungan tetangganya seperti yang dilakukan anak-anak lelaki lainnya, dia berbeda. Itulah arti sebenarnya bagi seorang anak lelaki berusia dua belas tahun, dan, para uskup, itulah yang harus Anda jelaskan kepada mereka ketika Anda memilih mereka untuk menjadi diaken. Jangan hanya memanggil mereka serta menahbiskannya, tetapi berbicaralah dengan mereka dan biarkan mereka menyadari apa artinya diberi Imamat Harun. Di tempat mereka dibesarkan anak-anak lelaki yang dipilih dan diajar ini hendaknya dapat menggunakan pengaruh demi kebaikan ….

… Adalah kewajiban kita ketika kita menerima imamat untuk memberikan teladan kelayakan yang dapat ditiru oleh sesama kita. Bukan perkataan kita yang akan mempengaruhi mereka. Tetapi perbuatan kita. Kita sebagaimana adanya diri kita.4

Sejauh para anggota imamat layak menerima bimbingan Kristus dengan bersikap jujur dan tulus dalam berhubungan dengan sesama mereka, dengan menolak kejahatan dalam bentuk apa pun, dengan setia melaksanakan tugas, maka tidak ada kekuatan yang menentang di dunia ini yang dapat menghentikan kemajuan Gereja Yesus Kristus.15

Kuasa imamat menjadi produktif jika digunakan untuk melayani sesama.

Kita dapat menerima kuasa imamat yang mengalir seperti sumber air. Kekuatan seperti itu akan menjadi dinamis dan memberi kebaikan ketika kuasa imamat yang memerdekakan tersebut aktif di lembah, ladang, kebun, dan keluarga bahagia. Jadi asas kekuatannya dinyatakan hanya apabila imamat itu aktif dalam hidup seseorang, yang menaruh seluruh perhatian dan keinginannya kepada Allah, serta melayani sesama.16

Kehidupan kita terikat dengan kehidupan orang lain. Kita merasa sangat bahagia ketika kita berkontribusi terhadap kehidupan orang lain. Saya mengatakan itu karena imamat yang Anda pegang berarti bahwa Anda harus melayani sesama. Anda mewakili Allah di bidang yang ditugaskan kepada Anda. “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 16:25).17

Anda para penatua barangkali salah seorang yang Anda kasihi sedang sakit, dan sawah ladangnya perlu dipanen. Berkumpullah bersama dan panenlah. Salah satu anggota Anda memiliki putra yang sedang pergi ke misi, dan dana tunjangannya semakin menipis. Tanyakan apakah Anda dapat membantunya. Perhatian Anda tidak akan pernah dia lupakan. Perbuatan seperti itulah yang dipikirkan Juruselamat ketika Dia mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (lihat Matius 25:40). Tidak ada cara lain Anda dapat melayani Kristus. Anda dapat berlutut dan berdoa kepada-Nya, itu bagus. Anda dapat memohon kepada-Nya agar memberi Anda bimbingan-Nya melalui Roh Kudus—ya kita dapat melakukan itu dan harus melakukan itu. Kita harus melakukannya. Tetapi, kunjungan sehari-hari yang kita lakukan dalam kehidupan, pengendalian lidah kita, tidak membicarakan yang buruk tentang saudara kita, melainkan membicarakan yang baik tentang dia, hal-hal itulah yang menurut Juruselamat merupakan pelayanan sejati.18

“Siapa pun Engkau, Lakukan Bagianmu Dengan Baik.” Apakah Anda seorang diaken, lakukanlah tugas-tugas seorang diaken dengan baik. Apakah Anda seorang pengajar, lakukan pekerjaan Anda dengan baik. Seorang imam yang mengawasi Gereja, yang berkunjung bersama mereka—remaja putra di Gereja ini, jika kita dapat melakukan tugas-tugas sebagai pengajar dan imam, mengajar orang-orang tentang tugas mereka, sungguh itu suatu kekuatan untuk kebaikan bagi para remaja putra berusia delapan belas dan sembilan belas tahun. Pemimpin harus bersedia menerima teguran dan setia. Saudara-saudara sekalian tidak ada di dunia ini yang sedemikian kuat dalam membimbing kaum remaja selain meminta mereka bertindak dengan benar dalam melakukan bagian mereka di imamat.19

Para pemegang imamat memiliki tanggung jawab untuk mewakili Allah sebagai pengajar ke rumah.

Dikatakan dalam Efesus, pasal empat, bahwa Kristus memberikan rasul-rasul dan nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil dan gembala-gembala serta pengajar-pengajar; “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” [Efesus 4:12]. Para pengajar [ke rumah], di Gereja, yang memegang imamat kudus, telah diberi tanggung jawab untuk memperlengkapi Orang-orang Kudus, dan untuk pembangunan tubuh Kristus; oleh karena itu, menurut saya tidaklah berlebihan mengatakan bahwa itulah tugas mereka, tugas mereka, untuk membawa ke setiap rumah semangat Ilahi sebagaimana kita telah mengalaminya di sini pada sesi konferensi ini. Tidak ada tanggung jawab yang dapat diembankan kepada pria mana pun, selain menjadi pengajar bagi anak-anak Allah.

… Beberapa [pengajar ke rumah] merasa bahwa pemanggilan mereka kurang penting, bahwa tidak ada cukup martabat yang melekat pada jabatan itu, padahal kenyataannya adalah, bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih penting di Gereja. Kita tidak dapat mengatakan tentang satu pemanggilan apa pun di Gereja, yang lebih penting dari yang lainnya, karena semuanya diabdikan untuk kemajuan, untuk memberikan petunjuk, untuk keselamatan anak-anak Allah. Demikian pula dengan pemanggilan pengajar, tetapi jika ada pilihan yang diberikan, karena manfaat yang lebih besar dalam memenangkan orang-orang ini menuju keselamatan, maka itu jatuh kepada para pria yang memegang imamat Allah, yang datang langsung untuk berhubungan dengan para anggota Gereja ….

Hal pertama yang harus dilakukan, saudara-saudara sekalian, adalah mengoreksi diri Anda sendiri, untuk mengetahui apakah Anda siap atau tidak untuk mengajar. Tidak ada seorang pun yang dapat mengajar yang dia sendiri tidak tahu apa yang harus diajarkannya. Adalah tugas Anda untuk mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Penebus dunia, bahwa Joseph Smith adalah Nabi Allah, dan bahwa kepadanya pada masa kelegaan zaman akhir ini Allah Bapa dan Putra-Nya menampakkan diri sebagai manusia. Apakah Anda mempercayainya? Apakah Anda merasakannya? Apakah kesaksian itu terpancar dari diri Anda ketika Anda masuk ke dalam rumah? Jika demikian, pancaran itu akan memberikan hidup kepada orang-orang yang Anda ajar. Jika tidak, maka akan ada kelaparan, kekeringan, kekurangan lingkup kerohanian tempat para Orang Suci tumbuh ….

… Saudara-saudara, pesan, dan khususnya sikap dalam menyajikan pesan itu mungkin tidak sama ketika diberikan kepada orang yang telah meluangkan waktunya seumur hidup dalam pekerjaan yang setia di Gereja, dengan ketika diberikan kepada mereka yang baru dibaptiskan. Karena setiap keluarga berbeda satu sama lain …, jadi pesan dan metode kita, khususnya metode penyajian, dapat bervariasi. Saya mengemukakan ini untuk menanamkan ke dalam diri kita gagasan ini, bahwa adalah tugas kita untuk mengetahui mereka yang akan kita ajar.20

Tugas pengajar [ke rumah] tidak terlaksana bila dia hanya pergi sekali sebulan ke setiap rumah. Saya ingat ketika seorang uskup memberikan tugas kepada pengajar [ke rumah] untuk segera pergi ke sebuah rumah yang dirundung duka karena kehilangan orang yang dikasihi dan memastikan apa yang dapat dilakukan untuk membawa penghiburan kepada mereka yang sedang berduka itu serta membuat persiapan-persiapan untuk pemakaman. Adalah tugas pengajar [ke rumah] untuk memastikan bahwa tidak ada kebutuhan yang tidak terpenuhi; jika ada yang sakit di sana, untuk pergi dan melayani—untuk selalu mengawasi keluarga itu.

Saya percaya bahwa dalam pengajaran [ke rumah] ada satu kesempatan terbesar di seluruh dunia untuk membangkitkan dalam diri orang-orang yang terabaikan, kecewa, sedih, ditolak, dan berduka, kehidupan yang diperbarui serta keinginan untuk ikut kembali ke dalam kegiatan di Gereja Yesus Kristus. Melalui kegiatan semacam itu mereka akan dituntun kembali ke dalam lingkup rohani yang akan meneguhkan jiwa dan memberi mereka kekuatan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang saat ini sedang membelenggu mereka.

Memberi bantuan, semangat, dan ilham kepada setiap orang adalah tanggung jawab besar dan kesempatan istimewa bagi para pengajar [ke rumah].22

Saran Belajar dan Pembahasan

  • Apakah kuasa imamat itu? (lihat hlm. 136–137). Untuk tujuan apakah Tuhan mendelegasikan kepada kaum pria wewenang imamat? (lihat hlm. 138–139, 142–143). Apakah perbedaan antara hanya menerima wewenang imamat dengan memiliki kuasa imamat?

  • Pikirkan tentang sebuah pengalaman ketika kuasa imamat dilaksanakan atas nama Anda. Bagaimanakah ini mempengaruhi Anda atau anggota keluarga Anda? Bagaimanakah kita dapat menggunakan pengalaman-pengalaman semacam itu sebagai “kesempatan mengajar” bagi anak-anak serta cucu-cucu kita?

  • Mengapa penting agar pemegang imamat hidup dengan layak untuk dibimbing oleh Roh Tuhan? (lihat hlm. 139–142). Apakah berkat-berkat yang dijanjikan kepada mereka yang setia terhadap perjanjian-perjanjian dan tugas-tugas imamat? (lihat juga A&P 84:33–34).

  • Mengapa pengajaran ke rumah sedemikian penting di Gereja? (lihat hlm. 143–145). Apakah yang dapat kita lakukan untuk menjadi pengajar ke rumah yang lebih efektif? Bagaimanakah nasihat Presiden McKay kepada para pengajar ke rumah dapat diterapkan bagi para pengajar berkunjung? Apakah yang dapat kita lakukan untuk menolong rumah kita dan para pengajar berkunjung merasa diterima di rumah kita dan menjadi efektif dalam pemanggilan mereka?

  • Bagaimanakah doa, pembelajaran tulisan suci, dan menjadi lebih menyerupai Kristus menolong kita menghormati imamat? Dengan cara-cara apakah para ayah dan ibu dapat mempersiapkan para putra mereka untuk menerima imamat?

  • Bagaimanakah para wanita berbagi dalam berkat-berkat yang datang dari kuasa imamat?

  • Apakah tujuan dari kuorum-kuorum imamat? (lihat hlm. 138–139). Apakah tanggung jawab yang berhubungan dengan menjadi anggota kuorum? (lihat hlm. 138–139).

Tulisan suci Terkait: 1 Petrus 2:9; A&P 84:33–48; 121:34–46

Catatan

  1. Dalam Conference Report, Oktober 1967, 94.

  2. Dalam Conference Report, Oktober 1956, 91.

  3. Lihat Cherished Experiences from the Writings of President David O. McKay, dikumpulkan oleh Clare Middlemiss, edisi revisi (1976), 138–140; alinea diubah.

  4. Gospel Ideals (1953), 168.

  5. Dalam Conference Report, Oktober 1954, 83.

  6. Dalam Conference Report, Oktober 1965, 103–104.

  7. Dalam Conference Report, Oktober 1965, 104.

  8. Gospel Ideals, 168.

  9. Gospel Ideals, 180–181.

  10. Dalam Conference Report, April 1909, 68.

  11. Gospel Ideals, 180.

  12. Dalam Conference Report, Oktober 1967, 97.

  13. Dalam Conference Report, April 1969, 150–151.

  14. Dalam Conference Report, Oktober 1948, 174.

  15. Gospel Ideals, 167–168.

  16. Dalam Conference Report, Oktober 1965, 103–104.

  17. Dalam Conference Report, Oktober 1950, 112.

  18. Dalam Conference Report, Oktober 1955, 129.

  19. Dalam Conference Report, Oktober 1954, 84.

  20. Dalam Conference Report, Oktober 1916, 57–60; alinea diubah.

  21. Dalam Conference Report, April 1956, 86–87.

  22. Gospel Ideals, 196.