Kebaktian Sedunia
Apa Cetak Biru dari Gereja Kristus?


Apa Cetak Biru dari Gereja Kristus?

Kebaktian CES untuk Dewasa Muda • 12 Januari 2014 • Universitas Brigham Young

Adalah menyenangkan untuk meluangkan malam ini bersama mereka yang adalah calon pemimpin dan orang tua dari Gereja ini. Karena itu, saya percaya masa depan Gereja ini aman dan cerah. Karenanya, saya ingin berbicara mengenai Gereja yang kelak akan Anda ketuai.

Di bagian pertama Ajaran dan Perjanjian, Tuhan membuat pernyataan yang berani dan signifikan berikut: “[Ini adalah] satu-satunya gereja yang sejati dan hidup di atas muka seluruh bumi” (A&P 1:30). Apa artinya ini? Ini bukanlah berarti bahwa gereja-gereja lain tidak memiliki sebagian kebenaran, karena mereka memang memilikinya. Ini bukan berarti bahwa gereja-gereja lain tidak memberikan kebaikan, karena mereka memberikan banyak kebaikan. Yang menjadi artinya adalah bahwa ini adalah satu-satunya gereja yang memiliki semua kebenaran yang pernah diungkapkan sejauh ini dalam dispensasi ini—satu-satunya gereja yang memiliki tata cara-tata cara yang perlu untuk permuliaan dan satu-satunya gereja yang memiliki imamat Allah untuk melaksanakan tata cara-tata cara tersebut dengan keabsahan yang ilahi. Bukti apa yang kita miliki tentang pernyataan yang tegas ini?

Beberapa tahun lalu istri saya dan saya membutuhkan rumah yang lebih besar bagi keluarga kami yang sedang tumbuh, maka kami menemukan lahan untuk membangun di atasnya. Kami meluangkan waktu mengusahakan cetak biru yang akan paling mengakomodasi kebutuhan keluarga kami. Istri saya merancang sebuah pintu lipat di antara ruang keluarga dan ruang tamu kami yang dapat dibuka untuk kegiatan besar keluarga dan remaja. Dengan sedikit ruang ekstra di atas garasi, kami merancang sebuah ruangan di mana anak-anak kami dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang sehat. Sebuah ruang kecil dibangun di belakang garasi untuk memungkinkan penyimpanan makanan dan benda lainnya. Ini dan elemen-elemen rancangan lainnya disertakan di dalam sebuah cetak biru. Rumah tersebut kemudian dibangun sesuai dengan rencana-rencana ini.

Sewaktu rumah dikonstruksi, kami secara berkala memberikan kepada pembangun rumah tersebut order perubahan yang merevisi cetak biru tersebut. Ketika rumah tersebut akhirnya rampung, itu selaras persis dengan cetak biru kami sebagaimana direvisi dari waktu ke waktu. Jika Anda mengambil cetak biru kami dan memadankannya dengan setiap rumah di dunia, berapa banyak rumah yang akan sepadan sempurna dengannya? Hanya satu—rumah kami. O, mungkin sesekali ada kemiripan di sana sini—kamar dengan ukuran yang sama, beberapa jendela yang serupa—tetapi fondasi demi fondasi, ruangan demi ruangan, jendela demi jendela, garis atap demi garis atap, hanya akan ada satu rumah yang secara sempurna sepadan dengan cetak biru tersebut—rumah kami.

Dengan cara serupa Kristus membangun sebuah rumah untuk mengakomodasi dengan paling baik kebutuhan rohani anak-anak-Nya. Itu disebut Gereja-Nya. Cetak biru rohani untuk Gereja ini dapat ditemukan dalam Perjanjian Baru. Secara berkala Juruselamat membuat suatu “order perubahan” pada cetak biru tersebut. Order perubahan semacam itu datang dalam bentuk wahyu. Misalnya, Juruselamat pada awalnya memerintahkan para Rasul-Nya untuk mengkhotbahkan Injil kepada bani Israel tetapi tidak kepada Orang Bukan Israel (lihat Matius 10:5–6). Namun, setelah Kenaikan Juruselamat, Dia memberikan kepada Petrus suatu order perubahan rohani—sebuah wahyu melalui cara penglihatan—bahwa Injil hendaknya kini diajarkan juga kepada Orang Bukan Israel (lihat Kisah Para Rasul 10). Pengalaman Petrus ini mengajarkan setidaknya dua asas pemerintahan dalam Gereja Kristus: satu, cetak biru dapat diubah, tetapi hanya melalui wahyu dari Kristus, dan kedua, wahyu semacam itu akan datang kepada nabi yang merupakan juru bicara Allah di bumi. Dengan kata lain, Gereja Allah akan diatur melalui wahyu ilahi dan melalui ketertiban.

Jika orang berhasrat untuk menemukan Gereja Kristus dewasa ini, dia dapat memadankan cetak biru rohani yang terdapat dalam Perjanjian Baru dengan setiap gereja Kristen di dunia sampai dia menemukan gereja yang sepadan dengan cetak biru tersebut—organisasi demi organisasi, ajaran demi ajaran, tata cara demi tata cara, buah demi buah, dan wahyu demi wahyu. Dengan melakukannya dia dapat menemukan beberapa gereja yang memiliki beberapa kemiripan—satu atau dua ajaran yang tumpang tindih, sebuah tata cara yang sama, beberapa jabatan yang menyandang nama serupa—tetapi dia hanya akan menemukan satu gereja, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, yang sepadan dengan cetak biru tersebut dalam setiap segi. Sekarang, saya ingin menguji pernyataan tegas itu.

Marilah kita membuka halaman pertama dari cetak birunya dan menemukan seperti apa “Organisasi” Gereja Kristus sebagaimana diungkapkan di dalamnya.

Pertama, Gereja Kristus dilandaskan pada rasul dan nabi. Ketika Paulus menulis kepada beberapa anggota baru Gereja, dia berkata bahwa mereka kini “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Efesus 2:20; cetak miring ditambahkan).

Para Rasul memahami kebutuhan mendesak untuk mempertahankan Kuorum Dua Belas Rasul tetap utuh. Ketika seorang Rasul, seperti Yudas, meninggal dan sebagian dari fondasi “tergerus,” ke-11 Rasul lainnya berkumpul bersama dan memilih seorang pengganti agar fondasinya menjadi utuh kembali (lihat Kisah Para Rasul 1:22–25).

Pola ini membuktikan pentingnya mempertahankan kuorum yang terdiri dari dua belas Rasul. Begitu pentingnya para Rasul ini bagi kesejahteraan Gereja sehingga Paulus memaklumkan berapa lama kita membutuhkan mereka: “Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman” (Efesus 4:13). Dan kemudian dia menjelaskan mengapa: Agar kita tidak akan “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran” (Efesus 4:14). Demikianlah, para Rasul amat diperlukan untuk menjaga ajaran murni.

Umpamakan sesaat saya menceritakan kisah kepada seseorang di satu ujung barisan di depan saya, dan kemudian dia membagikannya dengan orang di sampingnya, dan begitu seterusnya sampai itu menyusuri baris-baris sampai ke akhir bagian tersebut. Apa yang akan terjadi dengan kisah itu? Itu akan berubah. Itu selalu berubah; itu adalah sifat manusia. Begitu juga dengan ajaran yang diajarkan para Rasul sewaktu mereka pergi ke berbagai kota dan desa. Ketika ajaran beredar dari satu orang ke orang lainnya, itu mulai berubah. Selama para Rasul ada, mereka dapat mengoreksi ajaran melalui surat atau khotbah pribadi. Tetapi ketika para Rasul lenyap, tidak ada lagi sistem cek-dan-keseimbangan, tidak ada lagi tangan koreksi, dan segera ajaran menjadi terdistorsi atau hilang.

Untuk alasan ini dan yang lainnya, cetak biru mengungkapkan bahwa para rasul dan nabi membentuk landasan Gereja Kristus. Tahukah Anda tentang adanya order perubahan apa pun dalam Perjanjian Baru, wahyu apa pun yang merevisi cetak biru tersebut dan menyatakan bahwa para rasul tidak lagi dibutuhkan? Saya tidak. Jika demikian kasusnya, maka Gereja sejati Kristus dewasa ini seharusnya memiliki rasul dan nabi sebagai landasannya.

Untuk membantu Juruselamat dan para Rasul-Nya dalam mengkhotbahkan Injil kepada dunia, Juruselamat memilih pria-pria lainnya, yang disebut Tujuh Puluh, untuk mempersiapkan jalan. Kita membaca mengenai Tujuh Puluh ini dalam Lukas, pasal 10. Apakah Anda tahu gereja dewasa ini yang sepadan dengan cetak biru ini—yang memiliki jabatan Tujuh Puluh?

Cetak biru Perjanjian Baru mengungkapkan jabatan lainnya yang membentuk bagian dari organisasi Gereja Kristus: uskup (lihat 1 Timotius 3; Titus 1:7); penatua (lihat Kisah Para Rasul 14:23; Titus 1:5); diaken (lihat Filipi 1:1), pemberita-pemberita Injil (lihat Efesus 4:11), artinya bapa bangsa1; dan gembala-gembala (lihat Efesus 4:11), artinya orang-orang seperti uskup dan presiden pasak yang mengetuai suatu kawanan.2

Pasal-Pasal Kepercayaan keenam Gereja membuat rujukan pada cetak biru ini: “Kami percaya pada organisasi yang sama yang ada di dalam Gereja Zaman Dahulu, yaitu, rasul, nabi, gembala, pengajar, pemberita Injil, dan sebagainya” (Pasal-Pasal Kepercayaan 1:6; cetak miring ditambahkan). Dengan kata lain, kita percaya Gereja Yesus Kristus saat ini hendaknya memiliki organisasi yang sama yang ada dalam Gereja asli Kristus, yang hanya tunduk pada perubahan-perubahan karena wahyu. Karenanya, setiap jabatan ini hadir dalam Gereja kita dewasa ini.

Bagaimana Rasul Kristus dan pejabat lainnya dipilih? Apakah Juruselamat pergi ke sekolah teologi terbaik pada zaman tersebut dan memilih para siswa dengan peringkat tertinggi? Dia tidak melakukan itu. Alih-alih, cetak biru tersebut memberi tahu kita bahwa Dia memilih Petrus, seorang nelayan, dan Matius, pemungut cukai, dan kemudian Paulus, pembuat tenda. Masing-masing dipilih dari populasi umum—pada intinya itu merupakan pelayanan orang awam. Dewasa ini Gereja memiliki kuorum dua belas Rasul yang juga dipilih dari populasi umum Gereja. Yang seorang mungkin adalah guru, yang lainnya insinyur, lainnya lagi pengacara, dan seterusnya.

Apakah para Rasul Kristus dan pejabat lainnya membuat lamaran untuk pelayanan tersebut? Mereka tidak melakukan itu. Cetak biru tersebut memberi tahu kita bagaimana Kristus memilih para pejabat-Nya: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu,dan Aku telah menetapkan kamu“ (Yohanes 15:16; cetak miring ditambahkan). Ketika Kristus menahbiskan para Rasul-Nya, apa yang Dia berikan kepada mereka? Matius dan Lukas mencatat jawabannya: Dia “memberi kuasa kepada mereka” (Matius 10:1; lihat juga Lukas 9:1)—kuasa imamat untuk bertindak dalam nama-Nya dan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Itulah sebabnya cetak biru tersebut memberi tahu kita “[Putra Manusia] ... menyerahkan tanggung jawab kepada hamba-hamba-Nya” (Markus 13:34). Mengapa? Agar mereka dapat bertindak dalam nama-Nya dengan pengesahan dari-Nya. Setiap pria yang memegang imamat Allah dalam Gereja dewasa ini dapat menyusuri wewenang keimamatannya sampai ke Yesus Kristus, sumber dari segala wewenang dan kuasa, agar dia, juga, berhak atas pengesahan dari Kristus—stempel persetujuan-Nya—sebagaimana yang disyaratkan oleh cetak biru tersebut.

Apa nama gereja yang diorganisasi oleh Kristus? Jika kita dibaptiskan dalam nama Kristus, jika kita berdoa dalam nama Kristus, jika kita diselamatkan dalam nama Kristus, dan jika Dia adalah pendiri dan batu penjuru Gereja-Nya, apa yang Anda harapkan hendaknya menjadi nama Gereja-Nya? Gereja Yesus Kristus. Juruselamat, ketika berbicara kepada orang-orang pada zaman Kitab Mormon, mengajarkan rasionalisasi yang mendasari mengapa Gereja perlu menyandang nama-Nya: “Dan bagaimana mungkin itu gereja-Ku kecuali dinamai dengan nama-Ku?” Karena jika sebuah gereja dinamai dengan nama Musa maka itu menjadi gereja Musa; atau jika dinamai dengan nama seorang manusia maka itu menjadi gereja dari seorang manusia; tetapi jika dinamai dengan nama-Ku maka itu adalah gereja-Ku, jika demikian halnya bahwa mereka dibangun di atas Injil-Ku” (3 Nefi 27:8; cetak miring ditambahkan).

Untuk alasan inilah Paulus menegur beberapa anggota Gereja terdahulu—karena mereka menamai diri mereka menurut murid tertentu, alih-alih menurut nama Kristus. Demikianlah, Paulus menulis:

“Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.

Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (1 Korintus 1:12–13)

Dengan kata lain, kita tidak mengambil ke atas diri kita nama lain apa pun selain Yesus Kristus.

Demikianlah, cetak biru tersebut mengajarkan kepada kita bahwa Gereja Kristus hendaknya menyandang nama-Nya. Selalu terasa bagai mukjizat bagi saya bahwa Reformasi telah ada selama lebih dari 300 tahun sebelum masa Joseph Smith dan tidak seorang pun berpikir untuk menamai gerejanya mengikuti Yesus Kristus. Tentunya, sejak masa Joseph Smith, yang lain telah mengikutinya, tetapi dengan cara yang penuh mukjizat Tuhan melestarikan penggunaan nama-Nya sampai masa Joseph Smith dan Pemulihan Gereja Kristus.

Sekarang, mari kita beralih pada halaman kedua dari cetak biru tersebut. Apa “Ajaran-ajaran Gereja Kristus? Mari kita periksa beberapa:

Apakah Allah semata-mata roh atau apakah Dia juga memiliki tubuh berdaging dan bertulang? Apa yang diajarkan cetak biru tersebut?

Setelah Kebangkitan Kristus, Dia menampakkan diri kepada para murid-Nya yang keliru berpendapat bahwa Dia adalah roh (lihat Lukas 24:37). Untuk mengoreksi kesan keliru mereka, Dia berfirman, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Lukas 24:39; cetak miring ditambahkan).

Untuk melenyapkan keraguan apa pun mengenai sifat badani dari tubuh-Nya yang telah bangkit, Dia minta dari para murid-Nya, “Adakah padamu makanan di sini?” (Lukas 24:41). Kemudian tulisan suci mencatat:

“Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng.

Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka” (Lukas 24:42–43).

Dengan tubuh yang dimuliakan dan dibangkitkan yang berdaging dan bertulang, Kristus naik ke surga (lihat Kisah Para Rasul 1:9),3Kisah Para Rasul 1:9), di mana Dia duduk di sisi kanan Allah Bapa dan adalah “gambar wujud Allah” (Ibrani 1:3”). Ini merupakan kebenaran pasti yang diajarkan oleh Joseph Smith sebagai bagian dari Pemulihan Gereja Kristus: “Bapa memiliki tubuh dari daging dan tulang senyata milik manusia; Putra juga” (A&P 130:22).

Apakah Allah dan Yesus Makhluk yang sama, sebagaimana diajarkan oleh banyak dari dunia Kristen, atau dua makhluk yang terpisah? Apa yang cetak biru tersebut katakan?

Jumlah rujukan dalam Alkitab mengenai terpisahnya identitas serta terpisahnya peran Bapa dan Putra mencengangkan. Di Taman Getsemani, mengenali rasa sakit yang luar biasa yang akan menjadi tanggungan-Nya, Juruselamat menyatakan, “Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42). Ini merupakan tindakan penyerahan diri terhebat yang pernah dunia ketahui. Tetapi penyerahan diri apa yang ada ketika tidak ada Makhluk lain kepada Siapa Dia dapat menyerahkan diri—jika Dia dan Bapa adalah Makhluk yang satu dan sama? Mengapa Juruselamat berdoa kepada Bapa atau berseru, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15:34). Bagaimana Dia dapat ditinggalkan jika tidak ada Makhluk yang terpisah untuk meninggalkan-Nya? Bagaimana Stefanus melihat Yesus berdiri di sisi kanan Allah jika Mereka bukan dua Sosok? (Lihat Kisah Para Rasul 7:55–56).

Ketika Joseph Smith muncul dari hutan kecil pepohonan, dia telah mengetahui bagi dirinya sendiri kebenaran tersebut. Dia telah melihat Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, berdiri berdampingan; dia telah mendengar Bapa merujuk kepada yang lainnya sebagai “Putra Terkasih-[Nya]” (Joseph Smith—Sejarah 1:17(). Pada hari yang agung itu surga meremukkan mitos masa lalu buatan-manusia mengenai sifat Allah serta mengungkapkan dan mengukuhkan kebenaran sederhana sebagaimana aslinya diajarkan di dalam cetak biru: bahwa Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, memiliki kesatuan tujuan dan kehendak tetapi keterpisahan identitas.

Apa yang cetak biru tersebut katakan mengenai mereka yang tidak pernah memiliki peluang adil untuk mendengar Injil Yesus Kristus sementara berada di bumi? Apakah mereka dilaknat? Apakah kita tanpa pengetahuan yang diungkapkan sehubungan dengan keadaan rohani mereka?

Ini adalah pertanyaan monumental yang berdampak pada miliaran nyawa. Tentunya Allah telah berfirman mengenai pokok ini. Dan sesungguhnya, Dia memilikinya. Cetak biru tersebut memuat jawabannya.

Petrus menulis: “Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati, supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah” (1 Petrus 4:6). Ajaran ini hilang dalam Kemurtadan yang mengikuti kematian para Rasul Kristus, tetapi itu dipulihkan melalui Nabi Joseph Smith.

Adakah tiga surga atau satu surga? Selama bertahun-tahun dunia Kristen mengajarkan bahwa ada satu surga dan satu neraka, tetapi apa yang cetak biru asli ajarkan?

Paulus mengajarkan, “Kemuliaan matahari lain daripada kemuliaan bulan, dan kemuliaan bulan lain daripada kemuliaan buintang-bintang” (1 Korintus 15:41). Paulus selanjutnya mengukuhkan kebenaran dari surga bertingkat tiga ini ketika dia menuturkan kembali penglihatan dari orang yang “diangkat ke tingkat yang ketiga dari surga” (2 Korintus 12:2). Dapatkah ada surga tingkat ketiga jika tidak ada surga tingkat kedua atau pertama? Kembali, ajaran ini yang dipulihkan melalui Nabi Joseph Smith tepat selaras dengan cetak biru asli tersebut.

Apakah pernikahan berlanjut selama kekekalan atau berakhir pada kematian? Cetak biru tersebut memberikan jawabannya.

Sesuai dengan kuasa yang diberikan kepada para Rasul bahwa apa pun yang hendaknya mereka ikat di bumi akan terikat di surga (lihat Matius 18:18), Paulus menyatakan, “Dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan” (1 Korintus 11:11), yang berarti bahwa adalah ideal bagi pria dan wanita untuk terikat selamanya dalam hadirat Allah. Petrus meneguhkan kebenaran ini. Merujuk pada suami dan istri, dia menyatakan bahwa mereka hendaknya menjadi “teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan” (1 Petrus 3:7)—tidak terpisah, tidak secara individu, tetapi bersama-sama menjalani jalan sebagai para pewaris kehidupan kekal. Itulah ajaran yang diajarkan dalam cetak biru tersebut; dan itulah ajaran yang diajarkan dalam Gereja Kristus dewasa ini.

Halaman ketiga dari cetak biru berbunyi, “Tata Cara dalam Gereja Kristus.” Cetak biru tersebut amatlah spesifik dalam hal ini. Misalnya, apakah kita memberkati atau membaptis bayi dan anak kecil? Apa yang cetak biru tersebut ajarkan?

Juruselamat memberikan contoh yang jelas. Berbicara mengenai anak kecil, tulisan suci berbunyi, “Lalu Ia [Yesus] memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka” (Markus 10:16; cetak miring ditambahkan). Matius mengukuhkan bahwa, sehubungan dengan anak kecil, Juruselamat “meletakkan tangan-Nya atas mereka” (Matius 19:15). Cetak biru tersebut mengajarkan bahwa bayi dan anak kecil diberkati, bukan dibaptiskan. Kenyataannya, tidak ada satu pun laporan tentang baptisan bayi yang terjadi di mana pun dalam seluruh Perjanjian Baru. Mengapa? Karena itu bukanlah suatu tata cara dalam Gereja Kristus. Seseorang yang mencari Gereja Kristus dewasa ini akan mencari gereja yang memberkati bayi bukan membaptis mereka.

Apakah baptisan amat penting bagi keselamatan? Apa yang cetak biru tersebut ajarkan?

Setelah Kristus memberikan teladan dengan dibaptiskan, Dia menyatakan dengan persyaratan tegas, “Jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yohanes 3:5; cetak miring ditambahkan). Petrus mengajarkan yang serupa: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 2:38” ; cetak miring ditambahkan). Apa yang diajarkan dalam cetak biru tersebut adalah persis apa yang diajarkan dalam Gereja Kristus dewasa ini.

Apakah baptisan dilakukan dengan pemercikan, penuangan, atau pencelupan? Cetak biru tersebut memberikan setidaknya empat bukti bahwa baptisan harus dilakukan dengan pencelupan:

Pertama, Juruselamat, Teladan besar kita, naik “keluar dari air” (Matius 3:16), mengindikasikan bahwa Dia seharusnya pertama-tama telah masuk ke dalam air.

Kedua, Yohanes Pembaptis “membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air” (Yohanes 3:23 ; cetak miring ditambahkan). Mengapa dia akan melakukan perjalanan ke tempat dengan “banyak air” jika pemercikan atau penuangan merupakan mode baptisan yang diterima?

Ketiga, Paulus memberi tahu kita bahwa baptisan merupakan simbolisme dari kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus (lihat Roma 6:3–5). Sewaktu orang insaf baru berdiri di dalam air baptisan, dia melambangkan orang yang lama tersebut hampir mati. Sewaktu dia dicelupkan ke dalam air, dosa-dosanya “dikuburkan” dan diampuni melalui kuasa pembersihan yang simbolis dari air. Kemudian, sewaktu dia bangkit dari air, dia berdiri sebagai perlambangan dari orang yang baru atau yang dibangkitkan dalam Yesus Kristus. Semua simbolisme itu yang mendasari baptisan konsisten dengan pembaptisan melalui pencelupan, tetapi itu hilang—hilang total—dengan pemercikan atau penuangan.

Dan keempat, kata Bahasa Yunani yang darinya kata baptisan diterjemahkan berarti membenamkan atau menenggelamkan dalam air.

Will Durrant, sejarawan terkemuka dunia, tahu apa yang cetak biru tersebut ungkapkan dan dengan demikian mengamati: “Semenjak abad kesembilan metode pembaptisan Kristen terdahulu melalui pencelupan total secara bertahap telah digantikan oleh ... pemercikan karena lebih tidak berbahaya bagi kesehatan di iklim utara.”4

Tidaklah mengejutkan bahwa Joseph Smith menerima wahyu mengenai cara bagaimana baptisan hendaknya dilaksanakan yang secara sempurna konsisten dengan cetak biru Kristus tersebut (lihat A&P 20:73–74).

Apakah baptisan bagi yang mati suatu tata cara dalam Gereja asli Kristus? Memang demikian.

Anggota Gereja di Korintus berpartisipasi dalam suatu tata cara yang benar yang dikenal sebagai pembaptisan bagi yang telah meninggal. Namun, orang-orang ini meragukan kenyataan dari Kebangkitan. Merasakan ketidakkonsistenan dari apa yang mereka lakukan dibandingkan dengan apa yang mereka percayai, Paulus menggunakan partisipasi mereka dalam tata cara yang benar berupa pembaptisan bagi yang telah meninggal untuk membuktikan ajaran Kebangkitan yang benar: “Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?” (1 Korintus15:29).

Begitu seseorang menyeberangi jembatan ajaran dan mengakui bahwa baptisan adalah amat penting bagi keselamatan (yang memang demikianlah adanya), maka secara logis dia dituntun untuk percaya pada pembaptisan bagi yang telah meninggal—tidak bisa menghindar darinya. Jika tidak demikian, bagaimana orang menjawab pertanyaan sulit “Bagaimana dengan mereka yang mati tanpa kesempatan dibaptiskan?” Mereka yang dikonfrontasi dengan pertanyaan ini memiliki empat kemungkinan opsi untuk dipilih:

Pertama, pria dan wanita yang tidak dibaptis akan dilaknat dan pergi ke neraka. Namun, jawaban semacam itu adalah tidak konsisten dengan kebenaran tulisan suci bahwa “Allah tidak membedakan orang” (Kisah Para Rasul 10:34) dan bahwa Allah menghasratkan “semua orang diselamatkan” (1 Timotius 2:4).

Kedua, mungkin Allah tidak sungguh-sungguh dengan yang Dia firmankan—mungkin pembaptisan tidak benar-benar amat penting bagi keselamatan. Tetapi ini tidaklah realistis karena Allah selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang Dia firmankan: “Apa yang telah Aku Tuhan firmankan, telah Aku firmankan, dan Aku tidak memaafkan diri-Ku” (A&P 1:38; lihat juga Mosia 2:24).

Ketiga, beberapa orang percaya bahwa kondisi baru yang disebut “baptisan dengan hasrat” dapat menggantikan baptisan dengan air. Dengan kata lain, jika seseorang berhasrat untuk mengikuti Yesus tetapi tidak memiliki kesempatan untuk dibaptiskan dalam kefanaan, maka hasrat layaknya menjadi pengganti yang dapat diterima alih-alih air baptisan. Masalah dengan opsi ini adalah bahwa itu tidak memiliki dukungan tulisan suci. Tulisan suci tidak mengatakan, “Jika seseorang dilahirkan dari hasrat,” tetapi alih-alih, “Jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yohanes 3:5 ; cetak miring ditambahkan).

Opsi keempat adalah bahwa Allah bersungguh-sungguh dengan apa yang Dia firmankan ketika Dia memerintahkan semua orang untuk dibaptis, dan karena itu Dia dengan penuh kasih karunia menyediakan jalan bagi semua orang untuk dibaptiskan bahkan jika tidak ada kesempatan yang muncul dalam kehidupan fana. Itulah baptisan bagi yang telah meninggal. Itulah opsi yang konsisten dengan cetak biru tersebut.

Apa yang cetak biru tersebut katakan mengenai cara yang melaluinya karunia—bukan kehadiran sementara, tetapi karunia permanen—dari Roh Kudus diberikan setelah seseorang dibaptiskan? Apakah itu secara otomatis turun ke atas seseorang setelah pembaptisannya? Apakah itu datang bagaikan hembusan angin, atau apakah ada tata cara ilahi, prosedur ilahi yang harus diikuti untuk menerima karunia ini? Cetak biru tersebut memberikan jawabannya.

Setelah Filipus membaptiskan beberapa orang insaf baru di Samaria, Petrus dan Yohanes tiba. Tulisan suci kemudian mengungkapkan cara bagaimana tata cara itu harus dilaksanakan: “Kemudian [Petrus dan Yohanes] menumpangkan tangan di atas mereka,lalu mereka menerima Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 8:17; cetak miring ditambahkan).

Prosedur yang sama ini diikuti setelah Paulus membaptiskan orang insaf baru di Efesus:

“Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.

Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka,turunlah Roh Kudus ke atas mereka” (Kisah Para Rasul 19:5–6; cetak miring ditambahkan).

Sekali lagi cetak biru tersebut dan Gereja Kristus yang dipulihkan berada dalam keselarasan yang sempurna.

Halaman berikutnya dari cetak biru tersebut dapat berbunyi: Buah dari Gereja Kristus. Juruselamat memberikan ujian ini untuk kebenaran: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:20). Apa saja buah dari Gereja Kristus sebagaimana yang dibuktikan dalam cetak biru tersebut?

Satu, Orang-Orang Suci masa awal tersebut berupaya untuk menjadi umat yang sehat. Paulus mengajarkan bahwa tubuh jasmani kita adalah “bait suci” yang mewadahi roh kita dan, karenanya, harus diperlakukan sebagai kudus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16; lihat juga 1 Korintus 6:19). Karena hal ini para anggota Gereja Kristus memiliki hukum-hukum kesehatan tertentu yang mereka patuhi, seperti pembatasan tertentu dalam meminum anggur terdapat dalam Efesus 5 dan 1 Timotius 3. Sejalan dengan hukum ilahi berupa memperlakukan tubuh kita seperti bait suci ini, Joseph Smith menerima hukum kesehatan dari Tuhan bagi para anggota Gereja Kristus yang dipulihkan, dikenal sebagai Firman Kebijaksanaan. Sebagai hasil dari menjalankan hukum kesehatan ini, studi berulang telah mengukuhkan bahwa para anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci berada di antara orang yang tersehat di dunia. Ini adalah satu di antara buah dari menjalankan hukum kesehatan Kristus.

Buah kedua dari Gereja Kristus adalah mukjizat-mukjizatnya dan karunia-karunianya dari Roh. Itu tercatat di halaman demi halaman dalam Perjanjian Baru. Itu merupakan bukti bahwa kuasa Allah ada dalam Gereja Kristus (lihat Ibrani 2:4). Tetapi sayangnya, dengan munculnya Kemurtadan, mukjizat berangsur sirna—sejarawan siap membenarkannya, dan para tokoh reformasi mengakuinya. Paul Johnson, seorang sejarawan terkemuka mengamati, “Telah diakui bahwa setidaknya sejak zaman imperial [artinya zaman Konstantin] bahwa ‘masa mukjizat’ telah berakhir, dalam pengertian bahwa pemimpin Kristiani tidak lagi menyebarkan Injil, seperti para rasul, dengan bantuan kuasa supranatural.”5

Mengapa tiba waktunya ketika tidak ada lagi mukjizat dan karunia Roh? Karena pohon yang menghasilkan buah, yakni gereja Kristus, tidak lagi berada di bumi, dan iman orang-orang lenyap. John Wesley mengamati absennya karunia-karunia Roh dari Gereja pada zamannya: “Tampaknya karunia-karunia Roh Kudus yang luar biasa ini lumrah berada dalam Gereja selama tidak lebih daripada dua atau tiga abad.”6

Cukuplah untuk mengatakan, saya dapat bersaksi, seperti banyak dari Anda, bahwa ini merupakan masa mukjizat dan karunia Roh dalam Gereja Kristus yang dipulihkan, sama seperti itu adanya dalam Gereja asli-Nya.

Ada buah ketiga—cetak biru dari Gereja Kristus mencatat banyak laporan mengenai malaikat dan penglihatan. Sebagian orang memandang dengan skeptis dewasa ini Gereja yang mengakui malaikat dan penglihatan, tetapi dalam melakukan itu melupakan bahwa malaikat dan penglihatan adalah bagian penting dari Gereja asli Kristus: malaikat mengumumkan kelahiran Kristus kepada Maria; malaikat datang kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes di Gunung Perubahan Rupa; malaikat membebaskan Petrus dan Yohanes dari penjara; malaikat berbicara kepada Kornelius; malaikat memperingatkan Paulus tentang kecelakaan kapal yang akan terjadi; malaikat datang kepada Yohanes Pewahyu; penglihatan Stefanus mengenai Bapa dan Putra; penglihatan Yohanes mengenai zaman terakhir; dan banyak lagi. Pertanyaannya seharusnya bukanlah “Bagaimana Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir dapat menjadi gereja yang sejati dengan pengakuannya akan malaikat dan penglihatan”? Alih-alih, pertanyaannya seharusnya adalah “Bagaimana gereja apa pun dewasa ini dapat mengaku menjadi Gereja sejati Kristus kecuali itu memiliki malaikat dan penglihatan—sama seperti kasusnya dalam Gereja asli Kristus, sama seperti yang diungkapkan dalam cetak biru-Nya?

Ada banyak buah lain yang konsisten dengan Gereja asli Kristus:

Itu dahulu gereja misionaris—para Rasul diperintahkan untuk “karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19). Dewasa ini kita memiliki 80.000 misionaris lebih yang memenuhi perintah itu dan menghasilkan buah dari melakukannya.

Itu dahulu gereja bermoral—cetak biru tersebut mengajari kita bahwa Orang Suci terdahulu dalam Gereja Kristus diperintahkan untuk berpakaian sopan dan untuk menahan diri dari hubungan pranikah. Berapa banyak Gereja yang bukan saja mengajarkan standar-standar moral itu tetapi juga menjalankannya?

Gereja asli Kristus adalah gereja yang berpusat pada keluarga. Suami diperintahkan untuk mengasihi dan setia kepada istri mereka (lihat Efesus 5:23–25), anak diperintahkan untuk mematuhi orang tua mereka (lihat Efesus 6:1), dan uskup diperintahkan untuk mengatur rumah tangga mereka sendiri dengan baik (lihat 1 Timotius 3:4–5). Dewasa ini Gereja kita, seperti Gereja asli Kristus, dikenal sebagai gereja yang berpusat pada keluarga. Buah dari Gereja Kristus secara cermat dicatat dalam Alkitab, dan sepadan dengan Gereja Kristus yang dipulihkan dewasa ini.

Kristus menegakkan Gereja-Nya di bumi, tetapi halaman terakhir dari cetak biru tersebut mengungkapkan itu memiliki tautan dengan surga—yakni, “Wahyu Ilahi.” Tanpa tautan ini Gereja tidak lebih daripada sebuah organisasi yang didorong oleh manusia yang diatur melalui kuasa nalar. Nabi Amos memaklumkan, “Sungguh, Tuhan Allah tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi” (Amos 3:7). Paulus mengukuhkan bahwa wahyu merupakan bagian integral Gereja dan dimaksudkan untuk berkesinambungan, karena dia memaklumkan, “Aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan pernyataan-pernyataan yang kuterima dari Tuhan” (2 Korintus 12:1; lihat juga Kisah Para Rasul 1:2).

Konsisten dengan ajaran fundamental itu, Gereja Kristus dewasa ini ditautkan ke surga melalui wahyu yang berkesinambungan. Pernyataan kepercayaan Gereja dalam hal ini, dikenal sebagai Pasal-Pasal Kepercayaan kesembilan, berbunyi sebagai berikut: “Kami percaya segala yang telah Allah ungkapkan, segala yang sekarang Dia ungkapkan, dan kami percaya bahwa Dia masih akan mengungkapkan banyak hal yang besar dan penting berkaitan dengan Kerajaan Allah.”

Jika orang akan memadankan cetak biru Gereja asli Kristus dengan setiap gereja di dunia dewasa ini, dia akan mendapati bahwa pokok demi pokok, organisasi demi organisasi, ajaran demi ajaran, tata cara demi tata cara, buah demi buah, dan wahyu demi wahyu, itu hanya akan sepadan dengan satu—Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

Jika orang menolak Gereja ini setelah menelaah cetak biru tersebut, maka kemungkinan itu akan menghambatnya dari gereja lain mana pun karena dia mengetahui terlalu banyak. Dia akan menjadi seperti Petrus, yang ditanyai oleh Juruselamat, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yohanes 6:67). Petrus menanggapi dengan suatu jawaban yang seharusnya diukir dalam setiap hati dan diabadikan dalam setiap rumah: “Kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yohanes 6:68).

Jika seseorang berpaling dari Gereja, ke mana dia akan pergi untuk belajar mengenai kebenaran yang dipulihkan mengenai sifat Allah sebagaimana diungkapkan di Hutan Sakral, kegenapan yang lebih lengkap mengenai Pendamaian sebagaimana diajarkan dalam Kitab Mormon, pengkhotbahan Injil kepada yang mati, ketiga tingkatan kemuliaan, dan keluarga kekal? Ke mana dia akan pergi untuk mendapatkan tata cara yang dapat menyelamatkan dan mempermuliakannya? Ke mana dia akan pergi untuk memeteraikan istri dan anak-anaknya kepadanya untuk kekekalan? Ke mana dia akan pergi ketika dia menginginkan berkat keimamatan berupa penghiburan atau penyembuhan untuk seorang anggota keluarga? Ke mana dia akan pergi untuk menemukan seorang nabi Allah? Dia akan mencari dengan sia-sia ajaran-ajaran itu dan tata cara-tata cara itu dan kuasa-kuasa itu dan nabi-nabi itu, karena itu keunikan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

Seseorang tidak dapat memiliki ajaran dan tata cara sebagaimana dipulihkan melalui Nabi Joseph Smith tanpa menerima Joseph Smith dan landasan sejarah yang merupakan dasar bagi yang semacam itu. Itu tidak dapat dipisahkan. Itu berjalan berdampingan. Anda tidak dapat menyebut buahnya baik dan kemudian menyebut pohonnya buruk. Juruselamat mengajarkan kebenaran itu dahulu kala: “Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, atau pun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” (Matius 7:18). Karenanya, jika buah ajaran yang telah kita bahas malam ini adalah baik, maka pohon yang darinya itu berasal—Joseph Smith dan landasan sejarah yang menyertai kebenaran yang diungkapkan itu—adalah baik juga. Anda tidak dapat memiliki salah satu tanpa yang lainnya.

Dalam satu ceramah konferensi umum beberapa tahun lalu, Penatua B. . H. Robert akan berbicara tentang pencapaian Joseph Smith, dan kemudian, dia mengatakan kepada para pengecam Joseph, menuturkan, “Padankan! Padankanlah, saya katakan, atau dengan tangan di bibir tetap diam ketika namanya diucapkan.”7

Kekhawatiran sejarah atau sosial yang beberapa orang mungkin miliki, dugaan konflik ilmiahnya—ini merupakan pertunjukan sampingan; panggung utamanya adalah ajaran, tata cara, kuasa imamat, dan buah lainnya dari Gereja kita, yang banyak darinya telah dibahas malam ini. Tetapi beberapa mungkin akan menanggapi, “Saya percaya semua ini, tetapi bagaimana saya menanggapi para pengecam dan pertanyaan-pertanyaan spesifik mereka?”

Seorang pengacara tahu bahwa setelah jaksa penuntut menyajikan saksi kuncinya, kasus terhadap terdakwa telah dibeberkan dalam kemungkinan sorotan yang paling buruk. Seseorang yang cepat memberikan penilaian pada titik itu dapat memutuskan terdakwa bersalah, tetapi kemudian sebuah fenomena menarik dalam ruang sidang terjadi. Pembela menyelenggarakan pemeriksaan-silang terhadap saksi yang sama ini, dan yang berikut sering kali terjadi: Jawaban definitif dari saksi tersebut mulai melemah di bawah tekanan pemeriksaan-silang. Saksi yang tampaknya begitu tak termakzulkan kini memiliki sejumlah ketidak-konsistenan, mungkin bahkan lubang menganga dalam ingatannya akan peristiwa-peristiwa. Kisah saksi yang sebelumnya tampaknya sangat mantap mulai menjadi retak dan remuk dengan setiap pertanyaan baru yang diajukan kepadanya. Saksi tersebut mampu menangani pertanyaan empuk dari jaksa penuntutnya, tetapi ketika pertanyaan keras dari oposisi datang, dia tidak dapat bertahan terhadap intensitas atau sifat penyidikannya. Ketika pemeriksaan-silang selesai saksi tersebut telah sangat didiskreditkan. Pengamat yang sebelumnya siap untuk “menggantung” si terdakwa kini melihat dengan pasangan mata yang berbeda ketidakbersalahan mutlak orang tersebut.

Demikian pula, beberapa pengecam melemparkan pertanyaan satu arah kepada Gereja yang dimaksudkan untuk menempatkan Gereja pada kemungkinan sorotannya yang terburuk. Tetapi pertanyaan berjalan dua arah..8 Saksi kunci jaksa penuntut tidaklah kebal terhadap pemeriksaan-silang, dan para pengecam tertangguh Gereja pun juga tidak. Saya tidak pernah mendapatkan pencela mana pun yang dapat memberi saya jawaban yang memuaskan terhadap “pemeriksaan-silang” atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

Pertama, bagaimana Joseph Smith mengetahui harus memulihkan ajaran dan tata cara dari Alkitab, seperti ajaran tentang keberadaan prafana, sifat sejati Allah, Injil dikhotbahkan kepada yang telah meninggal, baptisan bagi yang telah meninggal, dan banyak lainnya yang dibahas malam ini, ketika ajaran dan tata cara semacam itu tidak diajarkan oleh gereja kontemporer lainnya pada zamannya? Mengapa Joseph Smith adalah satu-satunya orang yang menemukannya dan memulihkannya? Bahkan ketika dia dianggap seorang jenius teologi, tidak adakah jenius-jenius lainnya semacam itu selama 1.800 tahun setelah pelayanan Juruselamat yang juga dapat melakukan itu?

Kedua, jika Gereja ini bukan Gereja Kristus, maka mengapa Gereja ini memiliki buah-buah yang sama seperti Gereja asli Kristus, yakni, mukjizat dan karunia dari Roh, wahyu terkini dari rasul dan nabi, malaikat dan penglihatan, umat yang sehat, umat yang bermoral, umat yang mengutamakan pekerjaan misionaris, serta umat yang secara intens berpusat pada keluarga? Bukankah Juruselamat memberikan ujian untuk kebenaran?—“Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka”(Matius 7:20)

Tentunya, banyak pertanyaan lain saat pemeriksaan-silang dapat diajukan. Meskipun demikian, ada pertanyaan tertentu yang berada di atas segala yang lain—pada intinya, itulah yang membentuk pokok dari suatu isu. Memadailah untuk mengatakan saja, beberapa pertanyaan adalah lebih penting daripada yang lainnya dalam menemukan kebenaran. Jika Anda mengetahui bahwa Joseph Smith memulihkan ajaran dan tata cara alkitab yang dirujuk di atas, jika Anda mengetahui bahwa Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir memiliki buah yang sama dengan Gereja asli Kristus, atau jika Anda mengetahui bahwa Kitab Mormon memiliki asal mula ilahi, maka Anda mengetahui bahwa Joseph Smith adalah seorang nabi. Dan jika Joseph Smith adalah seorang nabi, maka ini adalah satu-satunya Gereja yang sejati dan hidup di atas selulruh muka bumi—semua pertanyaan lainnya memudar jika dibandingkan dengannya. Itu bagaikan Mahkamah Tinggi yang memutuskan suatu isu. Semua keputusan pengadilan yang lebih rendah yang bertentangan menjadi tidak penting. Demikian juga, semua pertanyaan pengecam, betapa pun menyidik atau membingungkan atau menghibur adanya, tidak lagi merupakan faktor utama dalam persamaan kebenaran itu. Mengapa? Karena Anda telah menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci—pertanyaan-pertanyaan kritis—yang merupakan pilar landasan untuk mengetahui kebenaran.

Memadailah untuk mengatakan, saya dapat bertoleransi terhadap sejumlah ketidaksempurnaan manusiawi, bahkan di antara para nabi Allah; itu memang dapat diharapkan dalam makhluk-makhluk fana. Saya dapat bertoleransi terhadap beberapa dugaan temuan ilmiah yang bertentangan dengan Kitab Mormon; waktu akan mengoreksi hal itu. Dan saya dapat bertoleransi terhadap beberapa yang tampaknya merupakan anomali sejarah; itu tidak berarti dalam keseluruhan lanskap kebenaran. Tetapi saya tidak dapat hidup tanpa kebenaran ajaran dan tata cara yang dipulihkan oleh Joseph Smith, saya tidak dapat hidup tanpa imamat Allah untuk memberkati keluarga saya, dan saya tidak dapat hidup tanpa mengetahui istri serta anak-anak saya dimeteraikan kepada saya untuk kekekalan. Itulah pilihan yang kita hadapi—beberapa pertanyaan yang tak terjawab di satu sisi versus sejumlah kepastian ajaran dan kuasa Allah di sisi yang lain. Dan bagi saya, dan saya harap bagi Anda, pilihannya adalah pilihan yang mudah dan rasional.

Saya memberikan kesaksian bahwa Gereja yang satu hari kelak akan Anda ketuai menyandang nama Kristus karena itu memiliki organisasi yang disetujui-Nya secara ilahi, ajaran-Nya, tata cara-Nya, kuasa-Nya, buah-Nya, dan wahyu konstan-Nya, yang semuanya dirujuk dalam cetak biru-Nya yang ilahi. Semoga kita memiliki mata rohani untuk melihat korelasi antara cetak biru itu dengan Gereja Kristus yang telah dipulihkan dewasa ini, karena itu adalah salah satu saksi Allah yang mendesak bagi kita. Mengenai ini saya bersaksi dan berdoa dalam nama Yesus Kristus, amin.

© 2014 oleh Intellectual Reserve, Inc. Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Persetujuan Bahasa Inggris: 9/13. Persetujuan penerjemahan: 9/13. Terjemahan dari What Is the Blueprint of Christ’s Church? Bahasa Indonesia. PD50051805 299

Catatan

  1. The Prophet Joseph Smith mengajarkan: “Seorang pemberita Injil adalah seorang bapa bangsa” ( Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith [2007], 140).

  2. Gembala merupakan istilah umum, bukan spesifik, untuk seseorang yang mengawasi kawanan.

  3. Beberapa orang menyarankan bahwa tubuh Kristus yang telah bangkit hanya sebuah manifestari fisik sementara untuk kepentingan manusia fana dan bahwa ketika Dia naik ke surga Dia meletakkan tubuh jasmani-Nya agar Dia tidak terbebani dengan “keterbatasan” yang bersifat jasmani. memenuhi kebutuhan badaniah. Dengan demikian, mereka mengklaim, Kristus adalah roh di surga saat ini. Tetapi tidakada bukti tulisan suci bahwa tubuh jasmani Kristus yang telah dibangkitkan bersifat sementara atau bahwa Dia pernah meletakkannya. Tidak ada keraguan yang mengantisipasi argument ini, Rasul Paulus menyatakannya. Dia mengajarkan bahwa akanlah mustahil bagi Kristus untuk meletakkan tubuh-Nya yang telah dibangkitkan: “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia” (Roma 6:9; cetak miring ditambahkan). Tulisan suci ini menyatakan bahwa Krsitus tidak dapat mati setelah Kebangkitan-Nya. Karena kematian adalah pemisahan tubuh dan roh (lihat Yakobus 2:26), tulisan suci ini mengajarkan bahwa Kristus tidak dapat meletakkan tubuh jasmani-Nya sebelum naik ke surga; jika demikian, Dia pastilah akan mengalami kematian kedua pada saat Kenaikan-Nya ke surga—suatu peristiwa yang Paulus katakan tidak dapat terjadi.

  4. Will Durrant, The Story of Civilization: The Age of Faith (1950), 738.

  5. Paul Johnson, A History of Christianity (1976), 162; cetak miring ditambahkan.

  6. John Wesley, The Works of John Wesley, edisi ke-3, 14 jilid (dicetak ulang dari edisi tahun1986 hingga tahun 1872), 7:26.

  7. B. H. Roberts, quoted in Truman G. Madsen, Defender of the Faith: The B. H. Roberts Story (1980), 351.

  8. Anda mungkin ingat bahwa Juruselamat, yang baru saja membersihkan bait suci dan kemudian kembali untuk mengajar di sana, dihampiri oleh para pengecam-Nya dan ditanyai: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal ini?” Juruselamat, yang memahami pertanyaan itu, menanggapi dengan berfirman, intinya, “[Aku akan menjawab pertanyaanmu jika engkau terlebih dahulu menjawab pertanyaan-Ku]. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” Para pengecam yang merasakan bahayanya menjawab pertanyaan-Nya, mengatakan mereka tidak dapat menjawab—yang terhadapnya Juruselamat menanggapi “Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu” (lihat Matius 21:23–27).”