2006
Memelihara Pernikahan
Mei 2006


Memelihara Pernikahan

Pernikahan akan menjadi lebih bahagia jika dipelihara dengan lebih seksama.

Brother dan sister yang terkasih, terima kasih untuk kasih Anda kepada Tuhan dan Injil-Nya. Di mana pun Anda hidup, kehidupan Anda yang saleh menyediakan teladan yang baik di zaman ini yang penuh dengan kemerosotan moral dan kehancuran pernikahan.

Sewaktu para Pemimpin melakukan perjalanan keliling dunia, kadang-kadang kita melihat pemandangan yang mencemaskan. Dalam satu penerbangan baru-baru ini, saya duduk di belakang suami dan istri. Si istri kelihatan mengasihi suaminya. Sewaktu dia membelai tengkuk suaminya saya dapat melihat cincin kawinnya. Dia mendekatkan dirinya kepadanya dan menyandarkan kepalanya di bahu suaminya, mencari penemanannya.

Sebaliknya, si suami tampak sungguh-sungguh tidak menghiraukan kehadirannya. Dia berfokus hanya pada game player elektroniknya. Sepanjang penerbangan itu, perhatiannya ditujukan pada alat tersebut. Tidak sekali pun dia memandang istrinya, berbicara kepadanya, atau mengenali keinginannya untuk kasih sayangnya.

Ketidakpeduliannya membuat saya rasanya ingin berteriak: “Bukalah mata Anda! Tidak dapatkah Anda melihat? Perhatikanlah! Istri Anda mengasihi Anda! Dia membutuhkan Anda!”

Saya tidak banyak mengenal mereka. Saya belum pernah melihat mereka. Barangkali saya terlalu terkejut. Dan barangkali saja, jika orang ini mengetahui keprihatinan saya atas mereka, dia akan merasa kasihan terhadap saya karena tidak tahu bagaimana menggunakan mainan yang menarik semacam itu.

Namun hal-hal ini saya memang mengetahuinya: Saya tahu “bahwa pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah dan bahwa keluarga merupakan inti dalam rencana Sang Pencipta bagi tujuan kekal anak-anak-Nya.”1 Saya tahu bahwa bumi diciptakan dan bahwa Gereja Tuhan dipulihkan agar keluarga-keluarga dapat dimeteraikan sebagai kesatuan kekal.2 Dan saya tahu bahwa salah satu metode Setan yang paling licik dalam merendahkan pekerjaan Tuhan adalah dengan menyerang lembaga kudus pernikahan dan keluarga.

Pernikahan mendatangkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi kebahagiaan daripada hubungan manusia lain mana pun. Namun, beberapa pasangan nikah gagal dalam potensi penuh mereka. Mereka membiarkan romansa mereka menjadi usang, tidak menghargai satu sama lain, membiarkan minat-minat lain atau awan pengabaian menutupi pandangan mereka terhadap apa yang sesungguhnya dapat dicapai oleh pernikahan mereka. Pernikahan akan menjadi lebih bahagia jika dipelihara dengan lebih seksama.

Saya menyadari bahwa banyak anggota dewasa Gereja tidak menikah. Di luar kegagalan mereka sendiri, mereka mengatasi kesulitan hidup sendirian. Semoga kita semua diingatkan bahwa menurut cara dan waktu Tuhan, tidak ada berkat yang akan ditahan dari Orang-Orang Suci-Nya yang setia.3 Bagi mereka yang sekarang atau nanti akan menikah, saya menyarankan dua langkah yang dapat Anda ambil untuk memiliki sebuah pernikahan yang lebih membahagiakan.

1. Dasar Ajaran

Langkah pertama adalah memahami dasar ajaran bagi pernikahan. Tuhan berfirman bahwa pernikahan adalah ikatan pernikahan yang sah antara seorang pria dan seorang wanita: “Pernikahan ditetapkan oleh Allah kepada manusia.”

“Oleh karena itu, adalah sah menurut hukum bahwa dia mempunyai seorang istri, dan mereka berdua akan menjadi satu daging, dan ini dengan maksud supaya bumi dapat memenuhi tujuan penciptaannya.”4

Tren duniawi untuk menguraikan pernikahan dalam beberapa cara lain secara menyedihkan berfungsi untuk menghancurkan lembaga pernikahan. Pola semacam itu bertentangan dengan rencana Allah.

Dialah yang berfirman: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.”5

Tulisan suci lebih lanjut menegaskan bahwa “Dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan.”6

Pernikahan merupakan aliran sumber peraturan sosial, mata air kebajikan, dan landasan bagi permuliaan kekal. Pernikahan secara ilahi telah ditetapkan sebagai perjanjian abadi dan kekal.7 Pernikahan itu kudus jika dihargai dan dihormati dalam kesucian. Persatuan itu bukan sekadar antara suami dan istri; itu mencakup kerekanan dengan Allah.8 “Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain.”9 Anak-anak yang dilahirkan dari ikatan pernikahan adalah “milik pusaka daripada Tuhan.”10 Pernikahan hanyalah tunas dari kehidupan keluarga; peran sebagai orang tua adalah bunganya. Dan bahwa karangan bunga itu menjadi bahkan lebih indah apabila disemarakkan dengan cucu-cucu. Keluarga dapat menjadi sekekal kerajaan Allah itu sendiri.11

Pernikahan adalah sebuah perintah dan asas Injil yang mempermuliakan.12 Karena itu ditetapkan oleh Allah, hubungan intim dalam pernikahan adalah kudus. Namun terlalu sering, karunia ilahi ini direndahkan. Jika pasangan suami istri membiarkan bahasa yang tidak senonoh atau pornografi mencemarkan keintiman mereka, mereka menyakiti sang Pencipta mereka sementara mereka merendahkan dan melecehkan karunia ilahi mereka sendiri. Kebahagiaan sejati didasarkan pada kemurnian pribadi.13 Tulisan suci memerintahkan: “Jadilah engkau bersih.”14 Pernikahan hendaknya senantiasa menjadi sebuah perjanjian untuk mengangkat suami atau istri kepada permuliaan dalam kemuliaan selestial.

Pernikahan dimaksudkan oleh Tuhan agar bertahan melampaui kematian jasmani. Rencana-Nya menawarkan kelangsungan keluarga secara kekal dalam kerajaan Allah. Rencana-Nya menyediakan bait suci dan kesempatan untuk melaksanakan tata cara di dalamnya bagi mereka yang masih hidup dan yang telah meninggal dunia. Pernikahan yang dimeteraikan di sana membawa suami dan istri ke dalam tata tertib kesatuan agung yang sangat diperlukan bagi kesempurnaan pekerjaan Allah.15

Ajaran-ajaran yang terkait dengan pernikahan mencakup hak pilihan dan pertanggungjawaban pribadi. Kita semua bertanggung jawab bagi pilihan-pilihan kita. Pasangan suami istri yang diberkati dengan anak-anak bertanggung jawab kepada Allah untuk perawatan yang mereka berikan kepada anak-anak mereka.

Sewaktu saya bertemu dengan para pemimpin imamat, saya sering menanyakan tentang prioritas dari berbagai tanggung jawab mereka. Biasanya, mereka menyebutkan tugas-tugas Gereja mereka yang penting yang mana mereka telah dipanggil. Terlalu sedikit yang mengingat tanggung jawab mereka di rumah. Tetapi, jabatan-jabatan, kunci-kunci, pemanggilan-pemanggilan, dan kuorum-kuorum keimamatan dimaksudkan untuk mempermuliakan keluarga-keluarga.16 Oleh karena itu saudara-saudara, tugas keimamatan utama Anda adalah untuk memelihara pernikahan Anda—untuk merawat, menghargai, menghormati, dan mengasihi istri Anda. Jadilah berkat bagi dia dan anak-anak Anda.

II. Memperkuat Pernikahan

Dengan ajaran ini tertanam di dalam pikiran, marilah kita memikirkan langkah kedua—tindakan khusus yang akan menguatkan sebuah pernikahan. Saya akan menawarkan contoh saran-saran dan mengundang setiap pasangan secara pribadi untuk merenungkan serta menerapkannya sebagaimana dibutuhkan bagi keadaan khusus mereka sendiri.

Saran saya menggunakan tiga kata kerja tindakan: menghargai, berkomunikasi, dan merenungkan.

Menghargai—untuk mengatakan “Saya mengasihimu” dan “terima kasih”—tidaklah sulit. Namun pernyataan kasih dan penghargaan ini lebih ampuh daripada mengakui pemikiran atau tindakan yang baik. Itu merupakan tanda dari kesopanan yang manis. Sebagai pasangan yang penuh syukur bagi kebaikan dalam diri satu sama lain dan memberikan pujian yang tulus kepada satu sama lain, para istri dan suami akan berusaha menjadi orang yang dijelaskan dalam pujian tersebut.

Saran nomor dua—berkomunikasi dengan baik dengan pasangan Anda—juga penting. Komunikasi yang baik mencakup meluangkan waktu untuk merencanakan bersama. Pasangan suami istri membutuhkan waktu pribadi untuk mengamati, melihat, dan sungguh-sungguh mendengarkan satu sama lain. Mereka perlu bekerja sama—membantu satu sama lain sebagai pasangan yang setara. Mereka perlu memelihara keintiman rohani dan juga jasmani mereka. Mereka hendaknya berusaha meningkatkan dan memotivasi satu sama l ain. Persatuan pernikahan didukung ketika gol-gol dipahami bersama- sama. Komunikasi yang baik juga ditingkatkan melalui doa. Berdoa dengan menyebutkan secara khusus perbuatan baik pasangan (atau kebutuhan) dapat memelihara sebuah pernikahan.

Saran ketiga saya adalah untuk merenungkan. Kata ini memiliki makna yang mendalam. Itu berasal dari akar kata bahasa Latin: con-, artinya “dengan,” dan -templum, artinya “ruang atau tempat untuk merenung.” Itu akar melalui mana kata bait suci berasal. Jika pasangan-pasangan suami istri sering merenungkan—dengan satu sama lain di bait suci—perjanjian-perjanjian kudus akan dengan lebih baik diingat dan dipatuhi. Peran serta yang sering dalam pelayanan bait suci dan pembelajaran tulisan suci keluarga yang rutin memelihara sebuah pernikahan serta memperkuat iman dalam keluarga. Perenungan mengizinkan seseorang untuk mengantisipasi dan menjadi selaras antara satu dengan yang lain dan dengan Tuhan. Perenungan akan memelihara pernikahan dan kerajaan Allah. Tuhan berfirman, “Janganlah mencari hal-hal dari dunia ini tetapi berusahalah terlebih dahulu untuk membangun kerajaan Allah, dan untuk menegakkan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”17

Saya mengundang setiap pasangan nikah untuk memikirkan saran-saran ini dan kemudian memutuskan gol-gol khusus untuk memelihara hubungan mereka sendiri. Mulailah dengan keinginan yang sungguh-sungguh. Kenalilah tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memberkati persatuan dan tujuan rohani Anda tersebut. Di atas segalanya, janganlah mementingkan diri! Bangkitkan roh tidak mementingkan diri dan kemurahan hati. Rayakan dan peringati setiap hari bersama-sama sebagai karunia yang berharga dari surga.

Presiden Harold B. Lee mengatakan “bahwa pekerjaan Tuhan yang paling penting yang Anda dan saya pernah lakukan adalah di dalam dinding rumah kita sendiri.”18 Dan Presiden David O. Mckay menuturkan, “Tidak ada keberhasilan yang dapat menggantikan kegagalan dalam rumah tangga.”19

Ketika Anda sebagai suami dan istri mengenali rancangan ilahi dalam persatuan Anda—ketika Anda merasakan di dalam sanubari Anda bahwa Allah telah mendatangkan Anda bagi satu sama lain—visi Anda akan diperluas dan pemahaman Anda meningkat. Perasaan semacam itu terungkapkan dalam lirik sebuah lagu yang telah lama menjadi favorit saya:

Karena, kaudatang kepadaku,

Dengan kasih yang besar,

Dan pegang tanganku dan angkat mataku ke atas,

Kulihat dunia harapan dan sukacita yang lebih luas,

Karena kaudatang kepadaku.

Karena kaubicara kepadaku dengan manis,

Kutemukan mawar di dekat kakiku,

Aku dituntun ke arahmu lewat air mata dan sukacita,

Karena kaubicara kepadaku!

Karena Allah menjadikan kau milikku,

Aku ‘kan menghormatimu,

Lewat terang dan kegelapan, hingga segala waktu,

Dan berdoa agar kasih-Nya menjadikan kasih kita ilahi,

Karena Allah menjadikan kau milikku!20

Semoga setiap pernikahan dapat sedemikian dipelihara adalah doa saya, dalam nama Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49, alinea 1.

  2. Kapan pun tulisan suci memperingatkan “bumi akan ditumpas sama sekali,” peringatan itu berkaitan dengan pentingnya wewenang imamat untuk memeteraikan keluarga bersama dalam bait suci yang kudus (lihat A&P 2:3; Penglihatan Joseph F. Smith—mengenai Penebusan Orang yang Telah Meninggal:48; Joseph Smith 2:39).

  3. Lihat Joseph Fielding Smith, Doctrines of Salvation, dikumpulkan oleh Bruce R. McConkie, 3 jilid (1954–1956), 2: 76.

  4. A&P 49:15–16.

  5. Matius 19:5; lihat juga Markus 10:7–8.

  6. 1 Korintus 11:11.

  7. Lihat A&P 132:19.

  8. Lihat Matius 19:6.

  9. “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” alinea 6.

  10. Mazmur 127:3.

  11. Lihat A&P 132:19–20.

  12. Lihat Joseph Fielding Smith, The Way to Perfection, edisi ke-10 (1935), 232–233.

  13. Lihat Alma 41:10.

  14. A&P 38:42; lihat juga Yesaya 52:11; 3 Nefi 20:41; A&P 133:5.

  15. Lihat A&P 128:15–18.

  16. Lihat A&P 23:3.

  17. Terjemahan Joseph Smith terhadap Matius 6:33 (lihat Matius 6:33, catatan kaki a).

  18. Stand Ye in Holy Places (1974), 255.

  19. Dikutip dari J. E. McCulloch, Home: The Savior of Civilization (1942), 42; dalam Conference Report, April 1935, 116.

  20. “Because,” syair oleh Edward Teschemacher (1902).