Perpustakaan
Ajaran Dasar Seminari dan Insitut Religi


Ajaran-Ajaran Dasar

Seminari dan Insitut Religi

1. Tubuh Ketuhanan

Ada tiga pribadi yang berbeda dalam Tubuh Ketuhanan: Allah Bapa yang Kekal; Putra-Nya, Yesus Kristus; dan Roh Kudus (lihat Kisah Para Rasul 7:55–56). Bapa dan Putra memiliki tubuh yang dapat diraba dari daging dan tulang, dan Roh Kudus adalah pribadi roh (lihat A&P 130:22–23). Mereka satu dalam tujuan dan ajaran. Mereka secara sempurna dipersatukan dalam mendatangkan rencana keselamatan ilahi Bapa Surgawi.

Allah Bapa

Allah Bapa adalah Penguasa Agung alam semesta. Dia adalah Bapa roh kita. Dia adalah sempurna, memiliki segala kuasa, dan mengetahui segala hal. Dia juga adalah Allah belas kasih, kebaikan, serta kasih amal yang sempurna.

Yesus Kristus

Yesus Kristus adalah Putra Sulung Bapa dalam roh dan adalah Putra Tunggal Bapa dalam daging. Dia adalah Yehova dari Perjanjian Lama serta Mesias dari Perjanjian Baru.

Dia menjalani kehidupan tanpa dosa dan menjadikan Kurban Tebusan sempurna bagi dosa-dosa seluruh umat manusia. Kehidupan-Nya merupakan teladan yang sempurna mengenai bagaimana seluruh umat manusia hendaknya hidup (lihat 3 Nefi 27:27). Dia adalah orang pertama di bumi ini yang dibangkitkan. Yesus Kristus akan datang lagi dalam kuasa dan kemuliaan serta akan memerintah di bumi selama Milenium.

Semua doa, berkat, dan tata cara keimamatan haruslah dilaksanakan dalam nama-Nya.

Roh Kudus

Roh Kudus adalah anggota ketiga dari Tubuh Ketuhanan. Dia adalah pribadi roh yang tidak memiliki tubuh dari daging dan tulang. Dia sering dirujuk sebagai Roh, Roh Kudus, Roh Allah, Roh Tuhan, atau Penghibur.

Roh Kudus memberikan kesaksian tentang Bapa dan Putra, menyatakan kebenaran tentang segala hal, dan menguduskan mereka yang bertobat serta dibaptiskan (lihat Moroni 10:5).

2. Rencana Keselamatan

Di kehidupan prafana, Bapa Surgawi memperkenalkan sebuah rencana untuk memungkinkan kita menjadi seperti Dia dan memperoleh kebakaan serta kehidupan kekal (lihat A&P 14:7; Musa 1:39). Tulisan suci menyebut rencana ini sebagai rencana keselamatan, rencana kebahagiaan yang besar, rencana penebusan, dan rencana belas kasih.

Rencana keselamatan mencakup Penciptaan, Kejatuhan, Kurban Tebusan Yesus Kristus, dan semua hukum, tata cara, serta ajaran Injil. Hak pilihan moral—kemampuan untuk memilih dan bertindak bagi diri kita—juga penting dalam rencana Bapa Surgawi. Karena rencana inilah, kita dapat disempurnakan melalui Kurban Tebusan, menerima kegenapan sukacita, serta hidup selamanya di hadirat Allah. Hubungan keluarga kita dapat langgeng di sepanjang kekekalan.

Kehidupan Prafana

Sebelum kita dilahirkan di bumi, kita tinggal di hadirat Bapa Surgawi kita sebagai salah seorang anak roh-Nya. Di kehidupan prafana ini kita berperan serta dalam sebuah dewan bersama anak-anak roh Bapa Surgawi lainnya. Di sidang itu Bapa Surgawi menyajikan rencana-Nya, dan Yesus Kristus prafana berjanji untuk menjadi Juruselamat.

Diberkati dengan karunia hak pilihan, kita membuat keputusan-keputusan penting, seperti keputusan untuk mengikuti rencana Bapa Surgawi (lihat 2 Nefi 2:27). Kita siap untuk datang ke bumi, dimana kita dapat terus maju.

Mereka yang mengikuti Bapa Surgawi dan Yesus Kristus diizinkan datang ke bumi untuk mengalami kefanaan dan maju ke arah kehidupan kekal. Lusifer, putra roh Allah yang lain, memberontak melawan rencana itu. Dia menjadi Setan, dan dia serta para pengikutnya diusir dari surga dan tidak memperoleh kesempatan istimewa menerima tubuh jasmani serta mengalami kefanaan.

Kehidupan Fana

Bagian fana dari keberadaan kita adalah waktu pembelajaran dimana kita dapat mempersiapkan diri bagi kehidupan kekal dan membuktikan diri kita untuk memastikan apakah kita akan menggunakan hak pilihan kita untuk melakukan semua yang telah Tuhan perintahkan kepada kita. Roh kita dipersatukan dengan tubuh jasmani kita, yang memberi kita kesempatan untuk tumbuh serta berkembang dalam cara-cara yang tidak mungkin dalam kehidupan prafana kita.

Kehidupan Setelah Kematian

Ketika kita meninggal, roh kita akan memasuki dunia roh dan menunggu Kebangkitan. Roh dari orang-orang yang saleh diterima dalam keadaan bahagia, yang disebut firdaus. Banyak dari mereka yang setia akan terus mengkhotbahkan Injil kepada mereka yang ada di penjara roh.

Penjara roh adalah tempat sementara di dunia pascafana bagi mereka yang meninggal tanpa memiliki pengetahuan tentang kebenaran atau mereka yang tidak patuh dalam kefanaan. Di sini para roh akan diajar Injil dan memiliki kesempatan untuk bertobat dan menerima tata cara-tata cara keselamatan yang dilakukan bagi mereka di bait suci. Mereka yang menerima Injil dapat tinggal di firdaus sampai Kebangkitan.

Kebangkitan adalah bersatunya kembali tubuh roh kita dengan tubuh jasmani kita yang berdaging dan bertulang (lihat Lukas 24:36–39). Setelah kebangkitan, roh dan tubuh tidak akan pernah lagi dipisahkan, dan kita akan menjadi kekal. Setiap orang yang lahir di bumi akan dibangkitkan karena Yesus Kristus telah mengatasi kematian (lihat Ayub 19:25–26; 1 Korintus 15:20–22). Orang-orang yang saleh akan dibangkitkan sebelum orang-orang yang jahat dan akan tampil dalam Kebangkitan Pertama.

Penghakiman Terakhir akan terjadi setelah Kebangkitan. Yesus Kristus akan menghakimi setiap orang untuk menentukan kemuliaan kekal yang akan dia terima. Penghakiman ini akan didasarkan pada kepatuhan setiap orang terhadap perintah-perintah Allah (lihat Wahyu 20:12–13).

Ada tiga kerajaan kemuliaan (lihat 1 Korintus 15:40–42). Yang tertinggi dari tiga kerajaan itu adalah kerajaan selestial. Mereka yang berani dalam kesaksian tentang Yesus dan patuh terhadap asas-asas Injil akan tinggal di hadirat Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus.

Yang kedua dari tiga kerajaan kemuliaan itu adalah kerajaan terestrial. Mereka yang ada dalam kerajaan ini adalah para pria dan wanita terhormat di bumi yang tidak berani dalam kesaksian tentang Yesus.

Kerajaan telestial adalah yang terendah dari tiga kerajaan kemuliaan. Mereka yang ada dalam kerajaan ini memilih kejahatan daripada kesalehan selama kehidupan fana mereka. Individu-individu ini akan menerima kemuliaan mereka setelah ditebus dari penjara roh.

3. Penciptaan dan Kejatuhan

Penciptaan

Bapa Surgawi adalah Pencipta Agung. Yesus Kristus menciptakan langit dan bumi di bawah petunjuk Bapa. Bumi ini tidak diciptakan dari kehampaan; bumi diorganisasi dari zat yang ada. Yesus Kristus telah menciptakan dunia-dunia yang tak terhitung jumlahnya.

Penciptaan bumi adalah penting dalam rencana Allah. Itu menyediakan tempat bagi kita untuk memperoleh tubuh jasmani, diuji dan dicobai, serta mengembangkan sifat-sifat ilahi.

Kita harus menggunakan sumber-sumber bumi dengan kebijaksanaan, penilaian, dan rasa syukur.

Adam adalah manusia pertama yang diciptakan di bumi. Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut rupa-Nya Sendiri (lihat Kejadian 1:26–27). Semua makhluk hidup—pria dan wanita—diciptakan menurut rupa Allah.

Kejatuhan

Pelanggaran Adam dan Hawa dan perubahan-perubahan yang diakibatkannya, termasuk kematian rohani dan jasmani, disebut Kejatuhan.

Di Taman Eden, Allah memerintahkan Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; akibat dari melakukan hal itu adalah kematian rohani dan jasmani. Kematian rohani adalah pemisahan dari Allah. Kematian jasmani adalah pemisahan roh dari tubuh fana.

Karena Adam dan Hawa melanggar dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka diusir dari hadirat Tuhan—mereka mengalami kematian rohani. Mereka juga menjadi fana—tunduk pada kematian jasmani.

Sebagai keturunan Adam dan Hawa, kita mewarisi kondisi yang terjatuh selama kefanaan karena itu kita diuji melalui kesulitan-kesulitan hidup dan godaan-godaan dari si musuh (lihat Mosia 3:19).

Kejatuhan merupakan bagian yang penting dalam rencana keselamatan Bapa Surgawi. Itu memiliki dua arah—mundur dan maju. Selain memperkenalkan kematian jasmani dan rohani, itu memberi kita kesempatan untuk dilahirkan ke bumi dan belajar serta tumbuh.

Sebagai hasil dari Kejatuhan, Adam dan Hawa serta keturunan mereka dapat mengalami sukacita dan kesengsaraan, mengetahui yang baik dan yang jahat, serta memiliki anak-anak (lihat 2 Nefi 2:22–25).

4. Kurban Tebusan Yesus Kristus

Menebus artinya menanggung akibat dari dosa, dalam hal ini menghapus dampak dosa dari si pendosa yang bertobat dan mengizinkannya untuk didamaikan dengan Allah. Hanya Yesus Kristus yang mampu membuat Kurban Tebusan yang sempurna bagi seluruh umat manusia. Kurban Tebusan-Nya mencakup penderitaan-Nya bagi dosa-dosa umat manusia di Taman Getsemani, penumpahan darah-Nya, penderitaan dan kematian-Nya di atas salib, serta Kebangkitan-Nya dari kubur (lihat Yesaya 53:3–5; A&P 19:16–19). Juruselamat dapat melaksanakan Kurban Tebusan karena Dia menjaga Diri-Nya bebas dari dosa dan memiliki kuasa atas kematian. Dari ibu fana-Nya, Dia mewarisi kemampuan untuk mati. Dari Bapa baka-Nya, Dia mewarisi kuasa untuk mengambil kembali nyawa-Nya.

Melalui Kurban Tebusan Yesus Kristus setiap orang akan dibangkitkan dan mengatasi kematian jasmani. Melalui Kurban Tebusan mereka yang bertobat, mematuhi perintah-perintah, menerima tata cara-tata cara penyelamatan, dan menepati perjanjian mereka akan mengatasi kematian rohani serta menerima karunia kehidupan kekal.

Sebagai bagian dari Kurban Tebusan-Nya, Yesus mengambil bagi Diri-Nya rasa sakit, penyakit, dan kelemahan semua orang (lihat Alma 7:11–12). Dia memahami penderitaan kita karena Dia telah mengalaminya.

5. Masa Kelegaan, Kemurtadan, dan Pemulihan

Masa Kelegaan

Masa kelegaan adalah suatu periode waktu ketika Tuhan menyatakan ajaran-ajaran, tata cara-tata cara Injil, serta imamat-Nya. Itu adalah periode ketika Tuhan memiliki setidaknya satu hamba yang diwenangkan di bumi yang memegang imamat kudus dan yang memiliki tugas ilahi untuk membagikan Injil kepada para penduduk bumi. Masa kelegaan kegenapan waktu adalah masa kelegaan terakhir. Itu dimulai dengan wahyu Injil kepada Joseph Smith.

Masa kelegaan sebelumnya ditandai dengan Adam, Henokh, Nuh, Abraham, Musa, dan Yesus Kristus. Selain itu, ada masa kelegaan lain, termasuk masa kelegaan di antara bangsa Nefi dan bangsa Yared.

Rencana keselamatan dan Injil Yesus Kristus telah dinyatakan dan diajarkan di setiap masa kelegaan.

Kemurtadan

Ketika orang-orang berpaling dari asas-asas Injil dan tidak memiliki kunci-kunci imamat, mereka berada dalam keadaan murtad.

Periode kemurtadan umum telah terjadi di sepanjang sejarah dunia. Satu contohnya adalah Kemurtadan Besar, yang terjadi setelah Juruselamat mendirikan Gereja-Nya (lihat 2 Tesalonika 2:1–3). Setelah kematian para Rasul Juruselamat, orang-orang merusak asas-asas Injil dan membuat perubahan-perubahan yang tidak diwenangkan dalam organisasi Gereja dan tata cara-tata cara imamat. Karena kejahatan yang telah menyebar luas ini, Tuhan menarik wewenang dan kunci-kunci imamat dari bumi.

Selama Kemurtadan Besar, orang-orang tidak memiliki arahan ilahi dari para nabi yang hidup. Banyak gereja didirikan, namun mereka tidak memiliki wewenang untuk menganugerahkan Roh Kudus atau melaksanakan tata cara imamat lainnya. Bagian-bagian dari tulisan suci yang kudus diubah atau hilang, dan orang-orang tidak lagi memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah.

Kemurtadan ini berakhir sampai Bapa Surgawi dan Putra Terkasih-Nya menampakkan diri kepada Joseph Smith dan menyatakan Pemulihan kegenapan Injil.

Pemulihan

Pemulihan adalah penegakan kembali oleh Allah terhadap kebenaran-kebenaran dan tata cara-tata cara Injil-Nya di antara manusia di bumi (lihat Yesaya 29:13–14; Wahyu 14:6–7).

Dalam persiapan untuk Pemulihan, Tuhan membangkitkan para pria yang agung selama apa yang disebut Reformasi. Mereka telah mencoba untuk mengembalikan ajaran, praktik-praktik agama, dan organisasi dalam cara yang telah Juruselamat tegakkan. Tetapi, bagaimanapun juga, mereka tidak memiliki imamat maupun kegenapan Injil.

Pemulihan dimulai pada tahun 1820 ketika Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, menampakkan diri kepada Joseph Smith sebagai jawaban terhadap doanya (lihat Joseph Smith—2:15–20). Beberapa peristiwa kunci dari Pemulihan adalah penerjemahan Kitab Mormon, pemulihan Imamat Harun dan Imamat Melkisedek, serta pengorganisasian Gereja pada tanggal 6 April 1830.

Imamat Harun dipulihkan kepada Joseph Smith dan Oliver Cowdery oleh Yohanes Pembaptis pada tanggal 15 Mei 1829. Imamat Melkisedek dan kunci-kunci kerajaan dipulihkan pada tahun 1829 ketika Rasul Petrus, Yakobus, dan Yohanes menahbiskan imamat tersebut kepada Joseph Smith dan Oliver Cowdery.

Kegenapan Injil telah dipulihkan, dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir adalah “satu-satunya gereja yang benar dan hidup di atas segenap permukaan bumi” (A&P 1:30). Gereja pada akhirnya akan mengisi seluruh bumi dan berdiri selamanya (lihat Daniel 2:44–45).

6. Nabi

Nabi adalah seseorang yang telah dipanggil oleh Allah untuk berbicara bagi-Nya (lihat Amos 3:7). Para nabi bersaksi tentang Yesus Kristus dan mengajarkan Injil-Nya. Mereka memberitahukan kehendak dan sifat sejati Allah. Mereka mengutuk dosa dan memperingatkan akan akibat-akibatnya. Kadang-kadang, mereka bernubuat tentang peristiwa-peristiwa di masa datang.

Kita mendukung Presiden Gereja sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu serta satu-satunya orang di bumi yang menerima wahyu untuk membimbing seluruh Gereja. Kita juga mendukung para penasihat dalam Presidensi Utama dan anggota Kuorum Dua Belas Rasul sebagai nabi, pelihat, dan pewahyu (lihat A&P 1:38).

7. Imamat

Imamat adalah kuasa dan wewenang kekal Allah. Melalui imamat Allah menciptakan serta mengatur langit dan bumi. Melalui kuasa ini Dia menebus dan mempermuliakan anak-anak-Nya, mendatangkan “kebakaan dan hidup yang kekal bagi manusia” (Musa 1:39).

Allah memberikan wewenang imamat kepada para anggota pria Gereja yang layak agar mereka dapat bertindak dalam nama-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya. Pemegang imamat dapat diwenangkan untuk mengkhotbahkan Injil, melaksanakan tata cara-tata cara keselamatan, dan memerintah kerajaan Allah di bumi. Kewenangan ini datang dari para pemimpin yang memegang kunci-kunci imamat.

Imamat Harun

Imamat Harun sering disebut imamat persiapan. Jabatan dalam Imamat Harun adalah diaken, pengajar, imam, dan uskup. Di Gereja zaman sekarang, para anggota pria yang layak dapat menerima Imamat Harun dimulai pada usia 12.

Imamat Harun “memegang kunci-kunci pelayanan para malaikat, dan Injil pertobatan dan pembaptisan” (A&P 13:1).

Imamat Melkisedek

Imamat Melkisedek adalah imamat yang lebih tinggi atau lebih besar dan melaksanakan hal-hal rohani. Imamat yang lebih besar ini diberikan kepada Adam dan telah ada di bumi kapan pun Tuhan telah mewahyukan Injil-Nya.

Imamat itu awalnya disebut “Imamat Kudus menurut Peraturan Putra Allah” (A&P 107:3). Itu kemudian menjadi Imamat Melkisedek, yang diberi nama menurut nama seorang imam besar yang hidup selama zaman Nabi Abraham (lihat Kejadian 14:18; A&P 107:2).

Dalam Imamat Melkisedek terdapat jabatan penatua, imam besar, bapa bangsa, Tujuh Puluh, dan Rasul. Presiden Imamat Melkisedek adalah Presiden Gereja.

8. Asas-Asas dan Tata Cara-Tata Cara Utama

“Kami percaya bahwa asas-asas Utama serta tata cara-tata cara Injil adalah: pertama, Beriman kepada Tuhan Yesus Kristus; kedua, Bertobat; ketiga, Pembaptisan dengan pencelupan untuk pengampunan dosa-dosa; keempat, Penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus” (Pasal-Pasal Kepercayaan ke-4).

Iman

Iman adalah “mengharapkan hal-hal yang tidak terlihat, yang benar adanya” (Alma 32:21). Iman adalah karunia ilahi yang berasal dari mendengarkan firman Allah. Iman dapat meningkat sewaktu kita berdoa, mempelajari tulisan suci, dan mematuhi perintah-perintah Allah.

Lebih dari sekadar kepercayaan yang pasif, iman diungkapkan melalui cara kita hidup.

Iman harus dipusatkan kepada Yesus Kristus untuk menuntun seseorang kepada keselamatan. Memilki iman kepada Yesus Kristus artinya bergantung sepenuhnya kepada-Nya dan memercayai Kurban Tebusan, kuasa, serta kasih-Nya yang tak terbatas. Itu mencakup memercayai ajaran-ajaran-Nya dan memercayai bahwa meskipun kita tidak memahami segala hal, Dia memahami.

Para Orang Suci Zaman Akhir juga memiliki iman kepada Allah Bapa, Roh Kudus, kuasa imamat, dan aspek penting lainnya dari Injil yang dipulihkan. Iman menolong kita menerima penyembuhan dan kekuatan rohani serta jasmani untuk maju terus, menghadapi kesulitan, dan mengatasi godaan kita. Itu juga memberi kita kedamaian. Tuhan akan mengerjakan mukjizat-mukjizat besar dalam kehidupan kita sesuai dengan iman kita.

Oleh iman seseorang memperoleh pengampunan dosa-dosa dan akhirnya dapat tinggal di hadirat Allah.

Pertobatan

Pertobatan adalah suatu perubahan pikiran dan hati yang memberi kita pandangan yang segar mengenai Allah, mengenai diri kita sendiri, serta mengenai dunia. Itu mencakup meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah untuk pengampunan. Itu dimotivasi oleh kasih bagi Allah dan hasrat yang tulus untuk mematuhi perintah-perintah-Nya.

Dosa-dosa kita membuat kita tidak bersih—tidak layak untuk kembali serta tinggal di hadirat Bapa Surgawi kita. Melalui Kurban Tebusan Yesus Kristus, Bapa kita di Surga telah menyediakan satu-satunya cara bagi kita untuk dapat diampuni dari dosa-dosa kita (lihat Yesaya 1:18).

Pertobatan mencakup merasa berduka karena melakukan dosa, mengakui kepada Bapa Surgawi dan orang lainnya jika diperlukan, meninggalkan dosa, berusaha mengganti sedapat mungkin semua yang telah hancur karena dosa seseorang, serta menjalani kehidupan dengan kepatuhan terhadap perintah-perintah Allah (lihat A&P 58:42–43).

Baptisan

Pembaptisan dengan pencelupan di dalam air oleh seseorang yang memiliki wewenang merupakan tata cara utama penyelamatan Injil dan penting bagi seseorang untuk menjadi anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Baptisan juga penting bagi seseorang untuk memasuki kerajaan selestial (lihat Yohanes 3:5).

Kata baptisan berasal dari sebuah kata Yunani yang artinya “membenamkan” atau “mencelupkan.” Pencelupan adalah lambang kematian dari seseorang yang hidupnya penuh dosa dan kelahiran kembali dalam kehidupan rohani yang diabdikan bagi pelayanan Allah serta anak-anak-Nya. Itu juga lambang dari kematian dan kebangkitan.

Karena semua orang yang dilahirkan di bumi tidak memiliki kesempatan untuk menerima Injil selama kefanaan, Tuhan telah mewenangkan pembaptisan bagi mereka yang telah meninggal (lihat 1 Korintus 15:29). Ini mengizinkan mereka yang menerima Injil di dunia roh memenuhi syarat untuk memasuki kerajaan Allah.

Karunia Roh Kudus

Setelah seseorang dibaptiskan, satu atau lebih pemegang Imamat Melkisedek menumpangkan tangan mereka di kepala orang tersebut dan menetapkannya sebagai anggota Gereja. Sebagai bagian dari tata cara ini, yang disebut penetapan, orang itu diberi karunia Roh Kudus (lihat Yohanes 3:5).

Karunia Roh Kudus berbeda dengan pengaruh Roh Kudus. Sebelum pembaptisan, seseorang dapat merasakan pengaruh Roh Kudus dari waktu ke waktu dan melalui pengaruh itu dapat menerima kesaksian tentang kebenaran. Setelah menerima karunia Roh Kudus, seseorang memiliki hak untuk penemanan tetap-Nya jika dia mematuhi perintah-perintah.

9. Tata cara dan Perjanjian

Tata Cara

Di Gereja, tata cara adalah sebuah tindakan formal yang kudus yang memiliki makna rohani. Setiap tata cara ditetapkan oleh Allah untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran rohani. Tata cara keselamatan dilaksanakan dengan wewenang keimamatan dan di bawah arahan mereka yang memegang kunci-kunci imamat.

Beberapa tata cara adalah penting bagi keselamatan dan disebut tata cara-tata cara penyelamatan. Hal itu mencakup pembaptisan, penetapan, penahbisan dalam Imamat Melkisedek (bagi pria), endowmen bait suci, serta pemeteraian pernikahan. Semua tata cara penyelamatan dalam keimamatan disertai dengan perjanjian.

Ada tata cara-tata cara lain, seperti sakramen, berkat bapa bangsa, dan melayani mereka yang sakit.

Perjanjian

Perjanjian adalah kesepakatan yang kudus antara Allah dan manusia. Allah memberikan persyaratan bagi perjanjian, dan kita setuju untuk melakukan apa yang Dia minta untuk kita lakukan; kemudian Allah menjanjikan kepada kita berkat-berkat khusus bagi kepatuhan kita (lihat A&P 82:10; 84:33–39).

Semua tata cara penyelamatan dalam keimamatan disertai dengan perjanjian. Kita berjanji dengan Tuhan pada saat pembaptisan serta memperbarui perjanjian-perjanjian tersebut dengan mengambil sakramen. Para pria yang menerima Imamat Melkisedek memasuki sumpah dan perjanjian imamat. Kita lebih lanjut membuat perjanjian di bait suci.

10. Perintah

Perintah adalah hukum dan persyaratan yang Allah berikan kepada umat manusia. Kita memperlihatkan kasih kita kepada-Nya dengan mematuhi perintah-perintah-Nya (lihat Yohanes 14:15). Mematuhi perintah akan mendatangkan berkat-berkat dari Tuhan (lihat A&P 130:20–21).

Dua perintah yang paling dasar adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu …. Dan … kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:37, 39).

Sepuluh Perintah adalah bagian penting dari Injil dan merupakan asas kekal yang penting bagi permuliaan kita (lihat Keluaran 20:3–17). Tuhan mewahyukan hal itu kepada Musa di zaman dahulu, dan Dia telah menegaskan kembali hal itu dalam wahyu-wahyu zaman akhir (lihat Mosia 13:12–24). Perintah-perintah lainnya mencakup mematuhi hukum kemurnian akhlak, membayar persepuluhan secara penuh, menjadi jujur, berdoa setiap hari, memiliki semangat bersyukur, serta menaati Kata-Kata Bijaksana.

11. Pernikahan dan Keluarga

“Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah” dan “bahwa keluarga merupakan inti” dalam rencana keselamatan dan kebahagiaan-Nya.

“Kuasa penciptaan yang kudus ini digunakan hanya antara pria dan wanita, yang telah dinikahkan secara resmi sebagai suami dan istri.” Orang tua “harus beranak-cucu dan memenuhi bumi,” “untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran,” serta “untuk menyediakan kebutuhan fisik dan rohani mereka.”

“Suami dan istri memiliki tanggung jawab kudus untuk mengasihi dan memelihara satu sama lain.” “Para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran,” dan “untuk menyediakan kebutuhan hidup.” “Para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara.”

“Rencana kebahagiaan yang ilahi” mengajarkan bahwa “hubungan keluarga” dapat berlanjut “setelah kematian.” Bumi diciptakan dan Injil diwahyukan agar keluarga-keluarga dapat dibentuk, dimeteraikan, serta dipermuliakan secara kekal.

(Lihat “Keluarga: Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49).

Untuk informasi lebih lanjut mengenai topik ini, pergilah ke lds.org, Gospel Library, Gospel Topics; atau lihat Teguh pada Iman: Sebuah Referensi Injil [2004].