2002
Adakah Ia Mendapati Iman di Bumi?
November 2002


Adakah Ia Mendapati Iman di Bumi?

Hanya ketika iman kita selaras dengan kehendak Bapa Surgawi, kita akan diberikan kuasa untuk menerima berkat-berkat yang kita cari.

Itu adalah pembawaan lagu yang paling baik dari lagu indah, “Pengembara yang Sengsara” yang merupakan lagu kesukaan Nabi Joseph Smith dan saudaranya Hyrum. Sungguh suatu penampilan yang sangat baik dari paduan suara dan musik.

Saya berdoa saya boleh memiliki Roh Tuhan bersama saya yang telah bersama dengan kita selama konferensi kita ini, agar saya dapat berkata mengenai hal itu yang akan sangat berguna bagi anggota Gereja dan mereka yang bukan anggota. Saya merasa sangat rendah hati dalam tugas ini.

Sekarang saya akan mengajukan pertanyaan yang diajukan oleh Juruselamat hampir 2000 tahun yang lalu “Jika Anak manusia itu datang, adakah Dia mendapati iman di bumi?”1

Asas Pertama Injil

Apakah iman yang benar? Iman diartikan sebagai “kepercayaan dan keyakinan dan kesetiaan kepada Allah … kepercayaan yang teguh terhadap sesuatu yang tidak memiliki bukti.”2 Kita percaya bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat … dan harus berpusat kepada Yesus Kristus. Kenyataannya, kita percaya bahwa “iman kepada Yesus Kristus adalah asas Injil pertama.”3

Iman Seorang Janda

Ada yang bisa mengajar kita tentang iman bila kita mau membuka hati dan pikiran kita. Orang seperti itu adalah seorang wanita yang suaminya sudah meninggal. Ditinggal sendiri untuk membesarkan anak laki-lakinya, dia telah mencoba untuk mencari cara mendukung dirinya, tetapi dia hidup pada saat ada kekurangan makanan yang mengerikan. Makanan sedikit dan banyak yang meninggal karena kelaparan.

Sewaktu makanan yang tersedia berkurang, demikian juga kesempatan wanita itu untuk bertahan. Setiap hari, dia melihat dengan putus asa ketika persediaan makanannya sedikit demi sedikit berkurang.

Mengharapkan bantuan, namun tidak menemukan apa-apa, wanita itu akhirnya menyadari harinya sudah tiba di mana dia hanya mempunyai cukup makanan untuk makanan terakhir.

Ketika itulah seorang asing mendekatinya dan meminta sesuatu yang sulit dibayangkan. “Bawalah kepadaku,” dia berkata kepadanya, “sepotong roti.”

Wanita itu memandang pria itu dan berkata, “Demi Tuhan Allahmu yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli.”Dia berkata kepadanya bahwa dia sedang mempersiapkannya sebagai makanan terakhir baginya dan anaknya, “agar kami bisa memakannya, kemudian mati.”

Dia tidak tahu bahwa pria di hadapannya adalah Nabi Elia, dikirim oleh Tuhan. Apa yang dikatakan Nabi ini selanjutnya mungkin agak mengherankan bagi mereka dewasa ini yang tidak memahami tentang asas kekal iman.

“Janganlah takut, dia berkata kepadanya. “Tetapi buatlah terlebih dahulu buatku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kau buat bagimu dan bagi anakmu.”

Bisakah Anda bayangkan apa yang mungkin dia pikirkan? Apa yang dia rasakan? Dia hampir tidak mempunyai waktu untuk menjawab ketika pria itu meneruskan. “Sebab beginilah firman Tuhan, Allah Israel, tepung dalam tempayan itu tidak akan habis, dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang, sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi.”

Wanita itu, setelah mendengar janji yang diwahyukan ini, pergi dengan iman dan melakukan seperti apa yang Elia katakan. “Maka perempuan itu, dan dia, serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam tempayan tidak berkurang seperti firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.”4

Dewasa ini, permintaan Nabi itu mungkin kelihatannya tidak adil dan mementingkan diri. Dewasa ini, jawaban dari janda itu agak bodoh dan kurang bijak. Karena sebagian besar kita sering kali belajar membuat keputusan dengan apa yang kita lihat. Kita membuat keputusan berdasarkan bukti di hadapan kita dan apa yang kelihatan paling penting dan terbaik bagi diri kita.

“Iman,” di satu sisi, “adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”5 Iman memiliki mata yang dapat menembus kegelapan melihat terang di baliknya. “Iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.”6

Kegagalan Dalam Menjalankan Iman

Sering kali dewasa ini, kita tidak bersandar pada iman sebanyak kita bersandar pada kemampuan kita sendiri untuk berunding dan memecahkan masalah. Bila kita jatuh sakit, obat-obatan yang modern dapat membuat mukjizat penyembuhan. Kita dapat melakukan perjalanan dengan jarak yang sangat jauh dalam waktu yang singkat. Kita memiliki di hadapan kita informasi yang pada waktu 500 tahun yang lalu akan membuat orang yang sangat miskin menjadi seorang pangeran.

“Orang benar akan hidup oleh iman,”7 demikian kita diberitahu dari tulisan suci. Saya bertanya kembali apa iman itu?

Iman ada ketika kepercayaan penuh dalam hal yang kita tidak bisa lihat digabungkan dengan tindakan yang selaras penuh pada kehendak Bapa Surgawi. Tanpa ketiga hal ini—pertama, kepercayaan penuh; kedua, tindakan; ketiga, keselarasan penuh—tanpa ketiga hal ini yang kita miliki hanya yang palsu—iman yang lemah dan encer. Biarlah saya membicarakan setiap dari tiga hal penting ini tentang iman.

Pertama, kita harus memiliki kepercayaan dalam hal yang tidak kita lihat. Ketika Thomas akhirnya merasakan bekas paku dan mencucukkan tangannya ke dalam lambung Juruselamat yang telah bangkit, dia mengakui Dia, akhirnya, percaya.

Kata Yesus kepadanya, “Tomas, Karena engkau telah melihat Aku maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”8

Petrus mengatakan kata-kata yang sama ketika dia memuji para pengikut zaman dahulu untuk iman mereka kepada Yesus Kristus,

“Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya; Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan;

Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.”9

Kedua, agar iman kita membuat perbedaan, kita harus bertindak. Kita harus melakukan segala sesuatu dalam kekuatan kita, untuk merubah kepercayaan yang pasif menjadi kepercayaan yang aktif karena sesungguhnya, “iman itu jika tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”10

Pada tahun 1998, Presiden Gordon B. Hinckley memperingatkan Orang-orang Suci Gereja ini serta dunia secara luas. Dia mengucapkan peringatan yang sama kemarin malam di pertemuan imamat. Dia berkata: “Saya menyarankan bahwa saatnya telah tiba untuk menertibkan rumah tangga kita,” dia berkata, “Ada banyak orang yang hidup di luar pendapatan mereka. Nyatanya, beberapa hidup dengan berhutang. Saya khawatir dengan cicilan hutang yang besar yang ada pada masyarakat bangsa ini, termasuk orang-orang kita.”11

Brother dan sister, ketika nubuat ini diungkapkan, beberapa anggota Gereja yang setia mengumpulkan iman mereka dan mendengarkan nasihat Nabi. Kini mereka bersyukur secara mendalam karena mereka telah melakukannya. Beberapa, mungkin percaya dengan apa yang dikatakan Nabi adalah benar namun kekurangan iman, bahkan sekecil seperti sebiji benih. Akibatnya, beberapa mengalami kesulitan dalam hal keuangan, pribadi dan keluarga.

Ketiga, iman seseorang harus selaras dengan kehendak Bapa Surgawi kita, termasuk hukum-hukum alam-Nya. Burung gereja yang terbang di tengah-tengah angin taufan mungkin percaya bahwa dia bisa berhasil mengendalikan badai, tetapi hukum alam akan menyakinkan dia sebaliknya pada akhirnya.

Apakah kita lebih bijaksana daripada burung gereja? Sering kali apa yang kita anggap sebagai iman di dunia ini hanyalah sesuatu yang mudah ditipu. Menyedihkan melihat bagaimana beberapa orang sangat ingin menganut mode dan pikiran-pikiran yang sedang ada sedangkan menolak atau kurang mempercayai dan memperhatikan asas-asas Injil Yesus Kristus yang kekal. Menyedihkan bagaimana beberapa orang sangat bergegas ke dalam sifat yang bodoh dan tidak beradab mempercayai bahwa Allah pada suatu saat akan menyelamatkan mereka dari akibat tragis dari tindakan mereka. Bahkan mereka masih memohon berkat surgawi tetapi mereka tahu dalam hati mereka bahwa apa yang mereka lakukan tidak sesuai kehendak Bapa kita di Surga.

Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa iman kita selaras dengan kehendak Bapa Surgawi kita dan Dia menyetujui apa yang kita cari? Kita harus tahu mengenai firman Allah. Salah satu alasan mengapa kita mempelajari tulisan suci adalah untuk mengetahui urusan Bapa di Surga dengan manusia sejak awal. Bila keinginan hati kita tidak selaras dengan tulisan suci, maka kita tidak harus mengejarnya lebih lanjut.

Selanjutnya, kita harus mematuhi nasihat dari nabi zaman akhir sewaktu mereka memberikan perintah yang diilhami.

Selanjutnya, kita harus menenungkan dan berdoa dan mencari bimbingan Roh. Bila kita melakukannya, Tuhan berjanji bahwa, “Aku dengan perantaraan Roh Kudus akan menceritakan kepadamu dalam akalmu dan dalam hatimu, hal yang akan datang ke atasmu dan yang akan tinggal di dalam hatimu.”12

Hanya ketika iman kita selaras dengan kehendak Bapa Surgawi, kita akan diberi kuasa untuk menerima berkat-berkat yang kita cari.

Asas Kekuasaan

Bila dimengerti dengan benar dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, iman adalah satu kekuatan kekekalan yang agung dan mulia. Itu adalah kekuatan di luar pemahaman kita. “Karena iman … alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah.”13 Melalui iman air dipisahkan, yang sakit disembuhkan, yang jahat didiamkan dan keselamatan dimungkinkan.

Iman kita adalah pondasi di mana di atasnya terletak semua kehidupan rohani kita. Itu seharusnya menjadi sumber kehidupan kita yang paling penting. Iman bukan hanya sesuatu yang kita percaya; iman adalah sesuatu yang kita jalankan.

Ingatlah firman Juruselamat. “Jika engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”14 “Sesungguhnya barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, Bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.”15

Mengajarkan Asas

Mereka yang berjalan dengan iman akan merasakan kehidupan mereka dipenuhi dengan terang dan berkat-berkat dari surga. Mereka akan memahami dan mengetahui hal-hal yang tidak dimengerti oleh orang lain. Mereka yang tidak berjalan dengan iman menganggap hal-hal dari roh sebagai hal-hal yang bodoh karena hal-hal Roh hanya dapat dirasakan oleh Roh.16

Pernyataan surga tertutup bagi pengertian mereka yang tidak percaya. “Karena jika tiada iman di antara anak-anak manusia,” Moroni berkata, “Allah tidak dapat melakukan mukjizat di antara mereka. Oleh karena itu, Ia tidak memperlihatkan Diri-Nya sebelum mereka beriman.”17

Namun sepanjang sejarah, bahkan pada saat kegelapan ada mereka yang, melalui iman, menembus kegelapan dan melihat hal-hal sebagaimana adanya hal-hal itu. Moroni menubuatkan bahwa, “Dan ada banyak orang yang imannya begitu kuat, … yang tidak dapat dicegah dari dalam tabir, tetapi mereka sesungguhnya melihat dengan mata mereka hal-hal yang telah mereka lihat dengan mata iman, dan mereka gembira.”18

Rumah kita seharusnya menjadi pelabuhan iman. Para ayah dan para ibu harus mengajarkan asas-asas iman kepada anak-anak mereka. Para kakek dan nenek, juga, dapat membantu. Sewaktu saya dalam sebuah kumpulan keluarga, saya berusaha menghabiskan waktu, jika sesuai, untuk berbicara satu per satu dengan beberapa cucu-cucu kami. Saya duduk dengan mereka dan menanyakan kepada mereka beberapa pertanyaan. “Bagaimana kabarmu?” “Bagaimana sekolahmu?”

Kemudian, saya bertanya kepada mereka bagaimana perasaan mereka mengenai Gereja yang benar yang sangat berarti bagi saya. Saya mencoba mencari tahu kedalaman iman dan kesaksian mereka. Jika saya merasakan ketidakpastian apa pun, saya akan bertanya kepada mereka, “Maukah kamu menerima satu gol dari kakekmu?”

Kemudian saya akan menyarankan mereka membaca tulisan suci setiap hari, dan merekomendasikan mereka berlutut setiap pagi dan malam dan berdoa dengan ayah dan ibu mereka dan melakukan doa pribadi. Saya akan menasihati mereka untuk selalu menghadiri pertemuan sakramen. Saya menasihati mereka untuk selalu menjaga diri mereka murni dan bersih, selalu menghadiri pertemuan-pertemuan dan pada akhirnya, di antara lain hal, selalu berusaha untuk menjadi peka terhadap bisikan-bisikan Tuhan.

Kadang-kadang setelah percakapan dengan Joseph, cucu kami yang berumur delapan tahun, dia memandang ke mata saya dan menanyakan pertanyaan yang tajam ini, “Bolehkah saya pergi sekarang, kakek?” Dia berlari dari pegangan saya dan saya berpikir, “Apakah saya telah melakukan sesuatu yang baik?” Rupanya ya, sebab hari berikutnya dia berkata, “Terima kasih untuk pembicaraan kecil kita.”

Jika kita mendekati mereka dengan kasih daripada dengan teguran, kita akan menemukan bahwa iman cucu-cucu kita akan meningkat sebagai hasil dari pengaruh dan kesaksian seseorang yang mengasihi Juruselamat dan Gereja-Nya yang kudus.

Pencobaan

Kadang-kadang dunia kelihatan gelap. Kadang-kadang iman kita dicobai. Kadang-kadang kita merasa bahwa surga ditutup bagi kita. Namun kita tidak harus menjadi sedih. Kita tidak boleh meninggalkan iman kita. Kita tidak boleh kehilangan harapan.

Beberapa tahun yang lalu, saya mulai memperhatikan bahwa hal-hal di sekililing saya mulai menjadi gelap. Itu membuat saya khawatir karena hal-hal sederhana seperti melihat tulisan di dalam tulisan suci saya menjadi lebih sulit. Saya berpikir apa yang terjadi dengan kualitas lampu bohlam dan heran mengapa pembuatnya saat ini tidak dapat membuat barang-barang seperti yang telah mereka buat pada tahun-tahun yang lalu.

Saya mengganti lampu-lampu bohlam itu dengan yang lebih terang. Itu, juga, menjadi kurang terang. Saya menyalahkan cara pembuatan lampu dan bohlam itu. Saya bahkan mempertanyakan apakah terangnya matahari mulai pudar sebelum pikiran itu datang kepada saya bahwa masalahnya bukanlah berapa terang yang ada dalam ruangan—masalahnya mungkin dengan mata saya sendiri.

Segera setelah itu, saya pergi kepada seorang dokter mata yang menyakinkan saya bahwa dunia tidaklah menjadi gelap. Katarak di mata saya yang jadi alasan mengapa terang menjadi pudar. Saya menaruh iman saya di dalam tangan spesialis yang terlatih, katarak itu dilepaskan, dan lihatlah! Terang mulai bersinar kembali dalam kehidupan saya. Terang itu tidak pernah berkurang, hanya kemampuan saya untuk melihat terangnya yang berkurang.

Ini mengajarkan kepada saya kebenaran yang mendalam. Sering kali ketika dunia agak gelap, sewaktu surga kelihatan agak jauh, kita cenderung menyalahkan semua hal di sekililing kita padahal sebenarnya penyebab kegelapan itu mungkin adalah kekurangan iman di dalam diri kita.

Berbahagialah. Miliki iman dan kepercayaan. Tuhan tidak akan meninggalkan kamu.

Tuhan telah berjanji jika kita “Carilah dengan tekun, berdoa selalu dan percayalah, dan segala hal akan berlangsung bagi kebaikanmu; jika engkau hidup tak bercela.”19

Saya tahu seperti Alma yang dulu bahwa “barangsiapa yang mau menaruh kepercayaannya kepada Allah akan dibantu dalam pencobaan, kesulitan, dan kesengsaraan mereka dan akan diangkat pada hari terakhir.”20

Bapa di Surga kita adalah makhluk yang kuat, bergerak, membimbing. Sedangkan kita mungkin, pada saat-saat tertentu, mengalami kesedihan, kesakitan, dan kedukaan, sementara kita berusaha untuk mengerti pencobaan iman yang kita harus lalui; sementara kehidupan tampak gelap dan suram—melalui iman, kita mempunyai kepercayaan penuh bahwa seorang Bapa di Surga terkasih berada di sisi kita.

Seperti yang dijanjikan oleh Rasul Paulus, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”21

Dan satu hari, kita akan melihat secara menyeluruh melalui kegelapan ke dalam terang. Kita akan memahami rencana kekal-Nya, belas kasih-Nya, dan kasih-Nya.

“Jika Anak manusia itu datang, adakah Dia mendapati iman?”

Mungkin, sewaktu para anggota Gereja percaya dengan segenap hati mereka, merubah harapan dan keyakinan mereka ke dalam tindakan, dan berusaha untuk menyelaraskan diri mereka dengan kehendak Tuhan, jawaban dari pertanyaan Juruselamat yang Dia ajukan 2000 tahun yang lalu akan bergema. “Tentu saja, Dia akan mendapati iman. Dia akan mendapati iman di antara mereka yang mengambil ke atas diri mereka nama-Nya. Dia akan mendapati-Nya di-antara mereka yang menjalankan asas-asas-Nya yang kudus.

Kesaksian

Saya bersaksi bahwa melalui Nabi kita, pelihat, dan pewahyu Presiden Gordon B. Hinckley, Tuhan kita dan Juruselamat, Yesus Kristus, berbicara kepada kita semua saat ini. Saya bersaksi injil dipulihkan dalam kegenapannya melalui Nabi Joseph Smith. Iman, sebuah kekuatan yang kekal adalah sebuah karunia dari Bapa di Surga bagi seluruh umat manusia. Untuk kebenaran yang kekal ini saya membagikan kesaksian pribadi saya dalam nama Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. Lukas 18:8.

  2. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1984), “Iman,” 446

  3. Bible Dictionary, “Iman” 669–670.

  4. Lihat 1 Raja-Raja 17:11–16.

  5. Ibrani 11:1 lihat juga Ibrani 11:2–40; Eter 12:7–22.

  6. 1 Korintus 2:5.

  7. Roma 1:17.

  8. Yohanes 20:29.

  9. 1 Petrus 1:8, 9.

  10. Yakobus 2:17.

  11. “Kepada Anak Laki-Laki dan Para Pria,” Liahona, Januari. 1999, 65 hlm. 13.

  12. A&P 8:2.

  13. Ibrani 11:3.

  14. Markus 9:23.

  15. Yohanes 14:12.

  16. Lihat 1 Korintus 2:14.

  17. Eter 12:12.

  18. Eter 12:19.

  19. A&P 90:24.

  20. Alma 36:3.

  21. Roma 5:1.