2007
Tempat untuk Kembali dengan Aman
Mei 2007


Tempat untuk Kembali dengan Aman

Karunia Kurban Tebusan Yesus Kristus menyediakan bagi kita di segala waktu dan di segala tempat dengan berkat-berkat pertobatan dan pengampunan.

Gambar

Selama pelatihan saya untuk menjadi kapten pesawat terbang, saya harus belajar cara mengemudikan pesawat terbang dalam jarak jauh. Terbang melintasi lautan lepas, menyeberangi dataran yang luas, serta terbang dari satu tempat ke tempat lainnya memerlukan perencanaan yang cermat untuk memastikan tiba dengan selamat pada tujuan yang direncanakan. Beberapa dari penerbangan nonstop ini dapat berlangsung hingga 14 jam dan menempuh hampir 9.000 mil (14,500 kilometer).

Ada sebuah tempat keputusan yang penting selama penerbangan panjang semacam itu yang umumnya dikenal sebagai tempat untuk kembali dengan aman. Di tempat ini pesawat harus memiliki cukup bahan bakar untuk berputar dan kembali dengan aman ke bandara asal. Setelah melewati tempat untuk kembali dengan aman ini, sang kapten kehilangan pilihan ini dan harus terus melanjutkan. Itulah sebabnya tempat ini sering dirujuk sebagai tempat tanpa jalan kembali.

Adakah Tempat Tanpa Jalan Kembali dalam Kehidupan Kita?

Setan, “bapak segala kedustaan” (2 Nefi 2:18), “bapa segala pertengkaran” (3 Nefi 11:29), “penggerak segala dosa” (Helaman 6:30), dan “musuh Allah” (Moroni 7:20), menggunakan kekuatan jahat untuk meyakinkan kita bahwa konsep ini berlaku kapan pun kita telah berdosa. Tulisan suci menyebutnya “pendakwa” karena dia menginginkan kita untuk merasa bahwa kita tidak dapat diampuni (lihat Wahyu 12:10). Setan menginginkan kita untuk berpikir bahwa jika kita telah berdosa kita telah masuk ke suatu “tempat tanpa jalan kembali”—yaitu sudah terlambat untuk mengubah jalan kita. Di dunia kita yang indah namun juga kacau, adalah suatu realita yang menyedihkan bahwa sikap ini merupakan sumber dari kemalangan, kepedihan, dan kesedihan yang hebat bagi keluarga, pernikahan dan kehidupan individu.

Setan berusaha untuk meniru pekerjaan Allah, dan dengan melakukan hal ini dia dapat menipu banyak orang. Untuk membuat kita kehilangan harapan, merasa sengsara seperti dirinya sendiri, dan memercayai bahwa kita tidak dapat diampuni, Setan bahkan mungkin menyalahgunakan kata-kata dari tulisan suci yang menekankan keadilan Allah, untuk menunjukkan bahwa tidak ada belas kasihan.

Apakah Rencana Tuhan bagi Jalan Kembali Kita yang Aman?

Perlindungan terhadap pengaruh iblis datang melalui Injil Yesus Kristus. Itu merupakan kabar kesukaan bahwa Yesus Kristus telah membuat sebuah Kurban Tebusan yang sempurna bagi umat manusia. Itu adalah pesan kasih, pengharapan, serta belas kasih bahwa terdapat suatu pendamaian antara manusia dengan Allah.

Dosa adalah pelanggaran yang disengaja terhadap hukum ilahi. Kurban Tebusan Yesus Kristus adalah karunia dari Allah kepada anak-anak-Nya untuk memperbaiki dan mengatasi akibat-akibat dari dosa. Allah mengasihi semua anak-Nya, dan Dia tidak akan pernah berhenti untuk mengasihi dan berharap bagi kita. Rencana dari Bapa Surgawi kita adalah jelas, dan janji-Nya adalah luar biasa: “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya” (Yohanes 3:17).

Kristus datang untuk menyelamatkan kita. Jika kita telah mengambil jalan yang salah, Kurban Tebusan Yesus Kristus dapat memberi kita jaminan bahwa dosa bukan tempat yang tidak memiliki jalan kembali. Sebuah jalan kembali yang aman dimungkinkan jika kita mau mengikuti rencana Allah bagi keselamatan kita.

Kita telah menerima rencana ini dari wewenang tertinggi di alam semesta ini, yaitu Allah, Bapa Surgawi kita. Rencana ini dipersiapkan sejak sebelum pengalasan dunia. Itu merupakan rencana besar kebahagiaan, rencana belas kasih, rencana penebusan, rencana keselamatan. Rencana ini memungkinkan kita untuk mengalami kehidupan jasmani, termasuk kefanaan, masa ujian, dan untuk kembali ke hadirat Allah dan hidup dalam kebahagiaan dan kemuliaan kekal. Rencana itu dijelaskan dalam ajaran-ajaran Injil Yesus Kristus yang dipulihkan.

Mengikuti rencana ini memiliki akibat-akibat kekal yang indah bagi kita secara individu, bagi keluarga kita, bagi generasi-generasi di masa datang, dan bahkan bagi generasi-generasi yang telah mendahului kita. Rencana itu mencakup pendamaian dan pengampunan ilahi.

Bagaimanakah Pengampunan Ilahi Dimungkinkan?

Kita mengetahui bahwa “semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23), namun kita juga menyatakan dengan keteguhan bahwa pertobatan dan pengampunan dapat senyata dosa.

Kurban Tebusan Yesus Kristus menyebabkan setiap orang harus bertanggung jawab atas dosa pribadinya. Kita akan mengatasi akibat-akibat dari dosa pribadi dengan menuntut berkat-berkat dan manfaat dari Kurban Tebusan.

Presiden David O. McKay mengatakan, “Setiap asas dan tata cara Injil Yesus Kristus adalah signifikan dan penting …, namun tidak ada yang lebih penting bagi keselamatan keluarga manusia daripada asas pertobatan yang berfungsi secara ilahi dan kekal” (Gospel Ideals [1953], 13).

“Karena keselamatan tidak akan datang kepada orang … kecuali melalui pertobatan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus” (Mosia 3:12).

Adalah bukan pertobatan itu sendiri yang menyelamatkan manusia. Darah Yesus Kristuslah yang menyelamatkan kita. Adalah bukan melalui perubahan perilaku kita yang sungguh-sungguh dan jujur semata bahwa kita diselamatkan, melainkan “setelah kita berbuat segala sesuatu hanya dengan kasih karunia kita diselamatkan” (2 Nefi 25:23). Meskipun demikian, pertobatan yang sejati, merupakan kondisi yang diperlukan agar pengampunan Allah dapat datang ke dalam kehidupan kita. Pertobatan yang sejati menjadikan “hari yang cemerlang dari malam yang paling kelam” (Spencer W. Kimball, The Miracle of Forgiveness [1969], 362).

Terdiri dari Apa Saja Pertobatan yang Sejati?

Kita memerlukan iman yang kuat kepada Kristus untuk dapat bertobat. Iman kita harus mencakup suatu “gagasan yang benar tentang karakter, kesempurnaan, dan sifat [Allah]” (Lectures on Faith [1985], 38). Jika kita memercayai bahwa Allah mengetahui segala hal, pengasih, dan berbelas kasih, kita akan dapat meletakkan kepercayaan kita kepada-Nya demi keselamatan kita tanpa goyah. Iman kepada Kristus akan mengubah pikiran, kepercayaan, dan perilaku kita yang tidak selaras dengan kehendak Allah.

Pertobatan yang sejati membawa kita kembali untuk melakukan apa yang benar. Untuk bertobat dengan sungguh-sungguh kita harus mengenal dosa-dosa kita dan merasa menyesal atau dukacita menurut kehendak Allah, dan mengakui dosa-dosa tersebut kepada Allah. Jika dosa-dosa kita serius, kita juga harus mengakuinya kepada pemimpin imamat kita yang diwenangkan. Kita perlu memohon pengampunan kepada Allah dan melakukan semampu kita untuk memperbaiki betapa pun menyakitkan akibat yang mungkin ditimbulkan dari perbuatan kita. Pertobatan artinya mengubah pikiran dan hati—kita berhenti melakukan hal-hal yang salah, dan kita mulai melakukan hal-hal yang benar. Hal itu mendatangkan bagi kita sikap yang baru terhadap Allah, diri sendiri, dan kehidupan secara umum.

Apakah Buah dari Pengampunan?

Pertobatan yang sejati memberkati kehidupan kita dengan akibat-akibat dari Kurban Tebusan: kita merasakan pengampunan dan kedamaian-Nya, dan rasa salah dan kesengsaraan kita disingkirkan; kita menikmati pengaruh Roh secara lebih melimpah; kita dengan lebih baik dipersiapkan untuk hidup bersama Bapa Surgawi kita.

Presiden Spencer W. Kimball mengajarkan: “Inti dari mukjizat pengampunan adalah bahwa hal itu mendatangkan kedamaian pada jiwa yang sebelumnya cemas, gundah, frustrasi, barangkali tersiksa …. Allah akan menghapus … air mata duka, dan penyesalan, … serta rasa takut, dan rasa bersalah” (The Miracle of Forgiveness, 363, 368).

Yesus menjanjikan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu,” Yesus berjanji. “Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, … Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yohanes 14:27).

Nabi Alma, yang dipulihkan dari dosa kepada kebahagiaan dengan pengampunan Allah, menyatakan, “Kejahatan tidak pernah merupakan kebahagiaan” (Alma 41:10). Dia telah melihat betapa menyakitkannya dosa, namun dia juga berbicara dengan penuh semangat mengenai kebahagiaan yang menyertai pertobatan dan pengampunan yang sejati: “Ya, aku berkata kepadamu, … tiada suatu hal pun yang begitu enak dan nikmat seperti kesukaanku” (Alma 36:21). Alma mengakhiri dengan nasihat yang arif dan bijak kepada semua orang yang mencari pengampunan: “Maka …aku ingin agar engkau tidak membiarkan hal-hal ini mengganggumu lagi dan biarlah hanya dosa-dosamu mengganggumu; dengan gangguan yang demikian akan menyebabkan engkau bertobat” (Alma 42:29).

Bagaimana Kita Dapat Mengetahui Bahwa Allah Telah Mengampuni Kita?

Presiden Harold B. Lee mengatakan, “Ketika Anda telah melakukan semuanya dengan kekuatan Anda untuk mengatasi kesalahan-kesalahan Anda, dan bertekad di dalam hati Anda bahwa Anda tidak akan pernah mengulanginya lagi, maka kedamaian hati [dapat datang kepada Anda] yang melaluinya Anda akan mengetahui bahwa dosa-dosa Anda telah diampuni” (dalam “Law of Chastity Vital, Girls Told,” Church News, 2 September 1972, 7).

Ketika kita telah sungguh-sungguh bertobat, Kristus akan menyingkirkan beban rasa bersalah dari dosa-dosa kita. Kita dapat mengetahui bagi diri kita sendiri bahwa kita telah diampuni dan dijadikan bersih. Roh Kudus akan menegaskan hal ini kepada kita; Dia adalah sang Pemurni. Tidak ada kesaksian lain tentang pengampunan yang lebih besar.

Tuhan berfirman, “Ia yang bertobat dan melakukan perintah-perintah Tuhan akan diampuni” (A&P 1:32; cetak miring ditambahkan). “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). “Setialah dan tekunlah, … dan Aku akan mengelilingimu dalam lengan kasih-Ku” (A&P 6:20).

Dan Dia berfirman, “Lihatlah, dia yang bertobat atas dosa-dosanya, orang itu menerima pengampunan dan Aku, Tuhan, tidak akan mengingatnya lagi” (A&P 58:42).

Setan akan berusaha membuat kita percaya bahwa dosa tidak dapat diampuni karena kita dapat mengingatnya. Setan itu pembohong; dia berusaha mengaburkan pandangan kita dan menyesatkan kita dari jalan pertobatan serta pengampunan. Allah tidak berjanji bahwa kita tidak akan mengingat dosa-dosa kita. Mengingat akan menolong kita menghindari membuat kesalahan yang sama lagi. Namun jika kita tetap teguh dan setia, ingatan tentang dosa-dosa kita akan dikurangi setiap saat. Hal ini akan menjadi bagian dari proses penyembuhan dan pemurnian yang dibutuhkan. Alma bersaksi bahwa setelah dia berseru kepada Yesus memohon belas kasihan, dia masih dapat mengingat dosa-dosanya, namun ingatan akan dosa-dosanya tidak lagi membuatnya sedih dan tersiksa, karena dia tahu dia telah diampuni (lihat Alma 36:17–19).

Adalah tanggung jawab kita untuk menghindari apa pun yang akan membawa kita kembali pada kenangan-kenangan lama yang penuh dosa. Apabila kita terus memiliki “hati yang patah dan jiwa yang penuh sesal” (3 Nefi 12:19), kita dapat memercayai bahwa Allah “tidak akan mengingat [dosa-dosa kita] lagi.”

Bagaimana Memberi Pengampunan Menolong Kita untuk Menerima Pengampunan Allah?

Yesus mengajarkan kepada kita kebenaran kekal ketika Dia mengajari kita untuk berdoa, “Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami …. Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapa Surgawimu akan mengampuni kamu juga; tetapi jikalau kamu tidak mengampuni … Bapa Surgawimu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (3 Nefi 13:11, 14–15).

Oleh sebab itu, memberikan pengampunan merupakan prasyarat untuk menerima pengampunan.

Demi kebaikan kita, kita memerlukan keberanian moral untuk mengampuni dan meminta pengampunan. Tidak ada jiwa yang lebih mulia dan lebih berani daripada ketika kita mengampuni. Ini mencakup mengampuni diri kita sendiri.

Melalui firman Allah, kita masing-masing bertanggung jawab untuk menjangkau dengan memaafkan dan berbelas kasih serta mengampuni satu sama lain. Ada suatu kebutuhan besar akan sifat seperti Kristus ini di dalam keluarga kita, dalam pernikahan kita, di lingkungan dan wilayah kita, dalam masyarakat kita, serta dalam bangsa kita.

Kita akan menerima sukacita pengampunan dalam kehidupan kita sendiri ketika kita bersedia memberikan sukacita itu dengan cuma-cuma kepada orang lain. Perkataan belaka tidaklah cukup. Kita perlu memurnikan hati dan pikiran kita dari perasaan dan pikiran yang getir ini serta membiarkan terang dan kasih Kristus bersemayam di dalamnya. Sebagai hasilnya, Roh Tuhan akan mengisi jiwa kita dengan sukacita yang disertai dengan kedamaian hati ilahi (lihat Mosia 4:2–3).

Brother dan sister dan sahabat-sahabat muda yang terkasih, ketika kapten jet jarak jauh melewati tempat untuk kembali dengan aman, dan angin sakal terlalu kuat atau ketinggian sebuah pesawat harus terbang terlalu rendah, dia terpaksa harus mengalihkan ke bandara lainnya ketimbang ke tujuan yang telah direncanakan. Tidaklah demikian dengan perjalanan kita dalam kehidupan untuk kembali ke rumah surgawi kita. Di mana pun Anda mendapati diri Anda dalam perjalanan ini melalui kehidupan, apa pun tantangan yang mungkin Anda hadapi, senantiasa ada tempat kembali yang aman; senantiasa ada harapan. Anda adalah kapten kehidupan Anda, dan Allah telah mempersiapkan sebuah rencana untuk membawa Anda kembali dengan selamat kepada-Nya, ke tujuan ilahi Anda.

Karunia Kurban Tebusan Yesus Kristus, Juruselamat dan Penebus kita, menyediakan bagi kita di segala waktu dan di segala tempat dengan berkat-berkat pertobatan dan pengampunan. Karena karunia ini, kesempatan untuk pulang dengan aman dari jalan dosa yang menghancurkan tersedia bagi kita semua.

Untuk hal ini saya menyatakan terima kasih kepada Bapa Surgawi yang penuh kasih, dan mengenai hal ini saya memberikan kesaksian dengan segenap hati dan jiwa saya, dalam nama Yesus Kristus, amin.