2015
Joseph Sang Pelihat
Oktober 2015


Joseph Sang Pelihat

Catatan bersejarah ini memperjelas bagaimana Joseph Smith memenuhi peranannya sebagai seorang pelihat dan menerjemahkan Kitab Mormon.

Gambar
Profile portrait of Joseph Smith.

Joseph Smith, DIKAITKAN DENGAN David Rogers, SEIZIN DARI Community of Christ Library-Archives, Independence, Missouri

Pada 6 April 1830, hari Joseph Smith mengorganisasi Gereja Kristus (kemudian disebut Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir),1 dia memaklumkan kata-kata dari sebuah wahyu kepada mereka yang berhimpun. “Lihatlah,” suara Allah menyatakan di dalamnya, “akan ada sebuah catatan disimpan di antara kamu; dan di dalamnya engkau [Joseph Smith] akan disebut pelihat” (A&P 21:1).

Sebuah tanda yang paling terlihat tentang peranan Joseph Smith sebagai pelihat dalam Gereja yang baru dibentuk adalah Kitab Mormon, yang berulang kali dia jelaskan diterjemahkan “melalui karunia dan kuasa Allah.”2 Sebagian besar dari mereka yang paling dekat dengan Joseph pada tahun sebelum pengorganisasian Gereja telah menyaksikan proses yang melaluinya Kitab Mormon tampil dan memiliki beberapa pemahaman tentang arti kata pelihat.

Arti Pelihat

Apa artinya pelihat bagi nabi muda dan orang-orang seangkatannya? Joseph dibesarkan dalam sebuah keluarga yang membaca Alkitab, yang menyebutkan pelihat berulang kali. Dalam 1 Samuel, misalnya, sang penulis menjelaskan: “Dahulu di antara orang Israel, apabila seseorang pergi menanyakan petunjuk Allah, ia berkata begini: ‘Mari kita pergi kepada pelihat,’ sebab nabi yang sekarang ini disebutkan dahulu pelihat” (1 Samuel 9:9).

Alkitab juga menyebutkan orang yang menerima manifestasi rohani melalui sarana benda-benda fisik seperti batang,3 ular kuningan pada sebuah tiang (yang secara luas menjadi lambang profesi dokter),4 efod (bagian dari pakaian imam yang mencakup dua batu berharga),5 serta Urim dan Tumim.6

“Melihat” dan “pelihat” adalah bagian dari budaya Amerika dan keluarga di mana Joseph Smith dibesarkan. Dipengaruhi secara kuat oleh kata-kata dari Alkitab dan perpaduan dari budaya Eropa dan negara-negara lain yang dibawa oleh para imigran ke Amerika Utara, sejumlah orang di awal abad ke-19 percaya adalah mungkin bagi individu-individu berbakat untuk “melihat,” atau menerima manifestasi rohani, melalui benda-benda material seperti batu pelihat.7

Joseph Smith muda menerima kepercayaan dan budaya yang familier semacam itu di zamannya, termasuk gagasan menggunakan batu pelihat untuk melihat benda-benda yang hilang atau tersembunyi. Karena naratif Alkitab memperlihatkan Allah menggunakan benda-benda fisik untuk memfokuskan iman orang-orang atau berkomunikasi secara rohani di zaman dahulu, Joseph dan yang lain berasumsi yang sama untuk zaman mereka. Orangtua Joseph, Joseph Smith Sen. dan Lucy Mack Smith, mendorong keluarga dalam mengikuti budaya ini dan penggunaan mereka akan benda-benda fisik dalam cara ini, dan penduduk desa Palmyra serta Manchester, New York, di mana keluarga Smith tinggal, mencari Joseph untuk menemukan benda-benda yang hilang sebelum dia pindah ke Pennsylvania pada akhir tahun 1827.8

Bagi mereka yang tidak memiliki pemahaman tentang bagaimana orang-orang abad 19 di wilayah Joseph tinggal menjalankan agama mereka, batu pelihat dapat menjadi tidak familier, dan para cendekiawan telah lama memperdebatkan periode ini dalam kehidupan Joseph. Sebagian sebagai akibat dari Enlightenment [Pencerahan] atau Age of Reason [Zaman Nalar], periode yang menekankan ilmu pengetahuan dan dunia yang dapat diamati untuk hal-hal rohani, banyak di zaman Joseph datang untuk merasakan bahwa penggunaan benda-benda fisik seperti batu atau batang adalah bersifat takhayul atau tidak pantas untuk tujuan keagamaan.

Di tahun-tahun kemudian, sewaktu Joseph menuturkan kisah luar biasanya, dia menekankan penglihatan-penglihatannya dan pengalaman-pengalaman rohani lainnya.9 Sebaliknya, beberapa mantan rekannya memfokuskan penggunaannya akan batu pelihat di masa awal dalam upaya untuk menghancurkan reputasinya di dunia yang semakin menolak praktik-praktik semacam itu. Dalam upaya mereka mencari anggota, Joseph dan para anggota masa awal lainnya memilih untuk tidak berfokus pada pengaruh dari budaya setempat, karena banyak calon orang insaf mengalami suatu perubahan tentang bagaimana mereka memahami agama di Zaman Nalar tersebut. Dalam wahyu yang menjadi dikanonisasi, bagaimanapun, Joseph terus mengajarkan bahwa batu pelihat dan perangkat pelihat lainnya, juga kemampuan untuk bekerja dengannya, adalah penting dan karunia sakral dari Allah.10

Alat-Alat yang Digunakan untuk Menerjemahkan Kitab Mormon

Batu pelihat juga muncul dalam laporan sejarah yang menguraikan tentang Joseph Smith dan penerjemahan Kitab Mormon. Sejarah resmi Joseph, dimulai tahun 1838, menguraikan kunjungan seorang malaikat, dikenali sebagai Moroni, yang memberitahukan kepadanya mengenai lempengan-lempengan emas yang dikuburkan di bukit terdekat. Joseph menceritakan kembali bahwa sementara dia bercakap-cakap dengan malaikat itu, sebuah “penglihatan dibukakan” sedemikian jelas ke dalam pikirannya sehingga dia “mengenali tempat” ketika belakangan melihatnya sendiri (Joseph Smith—Sejarah 1:42).

Gambar
Joseph Smith depicted kneeling on the Hill Cumorah as the angel Moroni stands above him. The angel Moroni appears dressed in white and surrounded by intense light as he is holding the gold plates. The event took place on September 22, 1827. Painting number 2 of the 23 paintings in the "Mormon Panorama" series.

Para anggota Gereja sepanjang sejarahnya telah berusaha untuk memahami sejarah masa awal Joseph Smith dan temuan-temuannya serta penerjemahannya terhadap lempengan-lempengan emas. Gambar ini oleh seniman C. C. A. Christensen tahun 1886 menggambarkan Joseph Smith memperoleh lempengan-lempengan dari malaikat Moroni.

Malaikat Moroni Menyerahkan Lempengan-Lempengan kepada Joseph Smith, oleh C. C. A. Christensen

Dalam sejarah Joseph mulai membuat buram pada tahun 1838, Moroni memperingatkan dia, “bahwa Setan akan mencoba untuk menggodaku (sebagai akibat dari keadaan melarat keluarga ayahku), untuk memperoleh lempengan-lempengan itu untuk tujuan menjadi kaya.” Malaikat ini melarang, Joseph menuturkan, dengan mengatakan bahwa jika dia memiliki “motif lain apa pun” selain dalam membangun kerajaan Allah, dia “tidak dapat memperolehnya” (Joseph Smith—Sejarah 1:46). Dalam sejarah awalnya tahun 1832, Joseph menjelaskan, “Aku … mencari lempengan-lempengan untuk memperoleh kekayaan dan tidak menaati perintah-perintah bahwa aku harus memiliki pandangan tunggal pada kemuliaan Allah.”11 Sebagai akibatnya, dia harus kembali ke bukit setiap tahun selama empat tahun sampai dia siap untuk menerima lempengan-lempengan itu (lihat Joseph Smith—Sejarah 1:53–54).

Joseph menceritakan bahwa ketika dia akhirnya memperoleh lempengan-lempengan itu dari Moroni tahun 1827, dia juga menerima dua batu untuk digunakan dalam menerjemahkannya. Dia dan rekan-rekan dekatnya meninggalkan laporan tentang batu-batu ini, menguraikannya bentuknya putih dan jernih, diatur dalam busur atau bingkai seperti kacamata modern, dan terhubung dengan lempengan dada yang besar.12 Sebagaimana dijelaskan, perangkat pelihat ini pastilah besar. Ibu Joseph Smith menuturkan bahwa dia melepaskan batu-batu itu dari lempengan dada untuk kenyamanan ketika menggunakannya.13

Teks dari Kitab Mormon menyebut batu-batu ini “alat tafsir” dan menjelaskan bahwa itu “dipersiapkan sejak awal, dan diturunkan dari angkatan ke angkatan, untuk tujuan menafsirkan bahasa-bahasa,” telah “dipelihara dan dilindungi oleh tangan Tuhan” (Mosia 28:14‒15, 20).

Kitab itu juga menceritakan bagaimana Tuhan memberikan “dua batu” itu kepada saudara laki-laki Yared, dengan janji bahwa itu akan membantu generasi-generasi masa datang untuk memperoleh kembali firman-Nya. “Tuliskanlah hal-hal ini dan meteraikanlah itu” Tuhan mengarahkan dia, dan “Aku akan memperlihatkannya pada waktu-Ku sendiri yang tepat kepada anak-anak manusia.” Batu-batu ini, Tuhan menjelaskan, “akan memperjelas pada mata manusia apa yang akan kamu tulis” (Eter 3:24, 27).

Gambar
Detail from a page of the original Book of Mormon manuscript containing the departure of Lehi’s family from Jerusalem in what is today 1 Nephi 2.

Detail dari halaman asli manuskrip Kitab Mormon yang memuat keberangkatan keluarga Lehi dari Yerusalem dalam apa yang sekarang adalah kitab 1 Nefi 2. Joseph Smith mendiktekan Kitab Mormon kepada beberapa juru tulis, termasuk Oliver Cowdery, yang merupakan juru tulis untuk baris-baris ini.

Seizin dari Perpustakaan Sejarah Gereja; FOTO DITINGKATKAN UNTUK KEJELASAN

Pada waktu Joseph Smith selesai mendiktekan terjemahannya akan Kitab Mormon kepada juru tulis di pertengahan tahun 1829, arti pelihat telah dijelaskan lebih lanjut dalam teks. Kitab Mormon memuat nubuat yang ditujukan kepada Yusuf dari Mesir menyatakan bahwa salah satu keturunannya—secara jelas Joseph Smith—akan menjadi “pelihat pilihan” yang membawa keturunan lainnya “pada pengetahuan tentang perjanjian-perjanjian” yang Allah buat dengan leluhur mereka (2 Nefi 3:6, 7).

Dalam kisah Kitab Mormon lainnya, Alma yang Muda memberikan alat tafsir kepada putranya, Helaman. “Lindungi[lah] alat-alat tafsir ini,” Alma menasihati dia, merujuk pada dua batu dalam busur perak. Namun Alma juga mengutip sebuah nubuat yang ternyata merujuk pada sebuah batu tunggal: “Dan Tuhan berfirman: Aku akan mempersiapkan bagi hamba-Ku Gazelem, sebuah batu, yang akan bersinar dalam kegelapan pada terang” (Alma 37:21, 23).

Secara khusus, meskipun diberikan dalam konteks “alat-alat tafsir” (jamak), nubuat ini berbicara tentang memberikan kepada seorang hamba di masa datang “sebuah batu” (tunggal), yang akan bersinar dalam kegelapan pada terang.”14 Para Orang Suci Zaman Akhir masa awal mempercayai hamba yang dinubuatkan ini adalah Joseph Smith.15

Kenyataannya, bukti sejarah memperlihatkan bahwa selain dua batu pelihat yang dikenal sebagai “alat-alat tafsir,” Joseph Smith menggunakan setidaknya satu batu pelihat lain dalam menerjemahkan Kitab Mormon, sering kali diletakkan ke dalam topi untuk menghalangi cahaya. Menurut rekan-rekan Joseph, dia melakukan ini untuk dapat lebih baik melihat kata-kata pada batu.16

Pada tahun 1833, Joseph Smith dan rekan-rekannya mulai menggunakan istilah Alkitab “Urim dan Tumim” untuk merujuk pada batu mana pun yang digunakan untuk menerima wahyu-wahyu ilahi, termasuk baik batu-batu tafsir orang Nefi maupun batu pelihat tunggal.17 Terminologi yang tidak tepat ini menyulitkan upaya untuk menyusun kembali metode yang tepat yang melaluinya Joseph Smith menerjemahkan Kitab Mormon. Selain menggunakan alat-alat tafsir, menurut Martin Harris, Joseph juga menggunakan salah satu batu pelihatnya untuk kenyamanan selama penerjemahan Kitab Mormon. Sumber-sumber lain menguatkan alat-alat terjemahan Joseph yang berubah.18

Setelah Kitab Mormon Diterbitkan

Setelah penerbitan Kitab Mormon pada bulan Maret 1830, Joseph Smith dan juru tulisnya mulai mengerjakan apa yang sekarang dikenal sebagai Terjemahan Joseph Smith terhadap Alkitab, sebuah revisi kenabian dari Versi Raja James.19 Menurut laporan Joseph, menggunakan alat-alat tafsir orang Nefi untuk proyek penerjemahan ini bukanlah sebuah opsi karena dia tidak lagi memilikinya.

Sejarah Joseph menjelaskan bahwa “dengan kebijaksanaan Allah, [lempengan-lempengan dan alat-alat tafsir] itu tetap aman dalam tanganku, sampai aku telah merampungkan melaluinya apa yang dituntut dari tanganku. Ketika, menurut rencana, utusan itu datang mengambilnya, aku menyerahkannya kepadanya; dan dia memilikinya dalam tanggung jawabnya sampai hari ini” (Joseph Smith—Sejarah 1:60)

Sebagaimana Presiden Brigham Young (1801–1877) menjelaskannya, “Joseph meletakkan U[rim dan] T[umim] kembali dengan lempengan-lempengan ketika dia [t]elah melakukan penerjemahan.”20

Gambar
Bust portrait of Joseph Smith. He is depicted wearing a dark suit, white shirt with a high collar and white tie.

Bagi ribuan anggota selama masa hidupnya dan jutaan sejak kematiannya, Joseph Smith telah dikenal sebagai seorang nabi, pelihat, dan pewahyu.

Joseph Smith, dipersembahkan kepada David Rogers, seizin dari Community of Christ Library-Archives, Independence, Missouri

Joseph memiliki batu-batu pelihat lain, namun menurut perkataan Penatua Orson Pratt (1811–1881), seorang anggota Kuorum Dua Belas Rasul dan belakangan Sejarawan Gereja, Joseph juga telah matang pada waktu ini dalam pemahaman rohaninya. Pada sebuah pertemuan tanggal 28 Juni 1874, dihadiri oleh Presiden Brigham Young dan banyak Pembesar Umum lainnya, Penatua Pratt menyatakan kepada hadirin mengenai telah “hadir secara sering” ketika Joseph Smith “menerjemahkan Perjanjian Baru.” Melihat tidak ada alat-alat penafsir yang digunakan selama proses penerjemahan, dia bertanya-tanya mengapa Joseph “tidak menggunakan Urim dan Tumim, sebagaimana dalam menerjemahkan Kitab Mormon.”

Sewaktu Penatua Pratt melihat Nabi menerjemahkan, “Joseph, seakan-akan dia membaca pikirannya, menatapnya dan menjelaskan bahwa Tuhan memberinya Urim dan Tumim ketika dia kurang berpengalaman dalam Roh ilham. Namun sekarang dia telah maju sedemikian jauh sehingga dia memahami cara kerja Roh itu, dan tidak memerlukan bantuan dari alat tersebut.”21

Brigham Young dia memaparkan kepada hadirin tentang pemikirannya mengenai menerima sebuah batu pelihat. “Saya tidak [t]ah[u] kalau saya pernah berhasrat memilikinya satu,” dia mengenang.22 Pernyataan Brigham mengungkapkan pemahamannya bahwa batu pelihat tidaklah penting untuk menjadi seorang pelihat.

Pada tanggal 25 Oktober 1831, Joseph Smith menghadiri sebuah konferensi di Orange, Ohio. Selama konferensi, saudara lelakinya Hyrum menuturkan bahwa dia “berpikir yang terbaik bahwa informasi tentang tampilnya Kitab Mormon akan dinyatakan oleh Joseph sendiri agar para Penatua yang hadir semuanya boleh mengetahui bagi diri mereka sendiri.” Menurut risalah pertemuan itu, Joseph “menuturkan bahwa tidaklah dimaksudkan untuk menyatakan kepada dunia semua keterangan tentang tampilnya Kitab Mormon” dan “bahwa tidaklah perlu baginya untuk menceritakan semua hal ini.”23 Setelah matang dalam peranannya sebagai pelihat, dan menjadi percaya bahwa batu pelihat tidaklah penting bagi wahyu, mungkin dia khawatir bahwa orang akan berfokus terlalu banyak pada bagaimana kitab itu tampil dan terlalu sedikit pada kitab itu sendiri.

Hal paling menonjol yang Joseph Smith buat mengenai penerjemahan Kitab Mormon adalah bahwa dia melakukannya “dengan karunia dan kuasa Allah.”24 Kitab itu sendiri, dia mengajarkan kepada para pemimpin Gereja, “adalah yang paling benar dari kitab apa pun di atas bumi, dan batu kunci agama kita, dan seseorang akan menjadi “lebih dekat kepada [A]llah … daripada [melalui] kitab lain apa pun.”25

Catatan

  1. Lihat Ajaran dan Perjanjian 115.

  2. Preface to Book of Mormon, ca. Aug. 1829, dalam Documents, Jilid 1: Juli 1828–Juni 1831, jilid 1 dari Documents series of The Joseph Smith Papers (2013), 93. Lihat juga “Kesaksian Tiga Saksi,” Kitab Mormon.

  3. Lihat Keluaran 4:1‒5, 17, 20‒21; 7:8‒21; 8:16‒19; 9:22‒26; 10:12‒15; 14:15‒18; 17:1‒13; Bilangan 17:1‒10; 20:7‒11; Ibrani 9:4.

  4. Lihat Bilangan 21:7‒9; Yohanes 3:14‒15.

  5. Lihat Keluaran 28:12; 35:9, 27; 1 Samuel 23:9‒12; 30:7‒8.

  6. Lihat Keluaran 28:30; Imamat 8:8; Bilangan 27:21; Ulangan 33:8; 1 Samuel 28:6; Ezra 2:63; Nehemia 7:65.

  7. Untuk informasi lebih lanjut mengenai budaya keagamaan di abad ke-19 ini, lihat Journals, Volume 1: 1832–1839, jilid 1 dari Journals series of The Joseph Smith Papers (2008), xix; dan Revelations and Translations, Volume 3: Printer’s Manuscript of the Book of Mormon, jilid 3 dari Revelations and Translations series of The Joseph Smith Papers (2015), xv–xvi; Dallin H. Oaks, “Recent Events Involving Church History and Forged Documents,” Ensign, Oktober 1987, 68–69.

  8. Lihat pernyataan Joseph Smith Sen. sebagaimana dikutip dalam Francis W. Kirkham, A New Witness for Christ in America: The Book of Mormon, jilid 2 (1959), 366; lihat juga Lucy Mack Smith, “Lucy Mack Smith, History, 1844–1845,” buku 3, hlm.10, josephsmithpapers.org/paperSummarylucy-mack-smith-history-1844–1845. Martin Harris ingat menguji kemampuan Joseph dengan meminta dia untuk menemukan sebuah jarum dalam tumpukan jerami (lihat “Mormonism—No. II,” Tiffany’s Monthly, Juli 1859, 164).

  9. Lihat, sebagai contoh Joseph Smith—Sejarah dalam Mutiara yang Sangat Berharga.

  10. Lihat Ajaran dan Perjanjian 130:10–11. Lihat juga kata-kata sebelumnya tentang apa yang sekarang Ajaran dan Perjanjian 8, ditujukan kepada Oliver Cowdery sewaktu dia berhasrat untuk membantu Joseph Smith dalam menerjemahkan Kitab Mormon (Revelation, April 1829–B, dalam Documents, Volume 1: Juli 1828–Juni 1831, 44–47).

  11. Joseph Smith, “History, ca. Summer 1832,” dalam Histories, Volume 1: 1832–1844, jilid 1 dari Histories series of The Joseph Smith Papers (2012), 14.

  12. Lihat Joseph Smith—Sejarah 1:35; Joseph Smith, “Church History,” dalam Histories, Volume 1: 1832–1844, 495; Martin Harris, dalam “Mormonism—No. II,” 165–66; “Lucy Mack Smith, History, 1844–1845,” buku 5, hlm. 7–8, josephsmithpapers.org.

  13. Lihat, sebagai contoh“Lucy Mack Smith, History, 1844–1845,” buku 5, josephsmithpapers.org.

  14. Dapat dipahami, perbedaan ini telah membingungkan para komentator. Lihat, sebagai contoh Bruce R. McConkie, Mormon Doctrine, edisi ke-2 (1966), 307–8; Joseph Fielding McConkie and Robert L. Millet, Doctrinal Commentary on the Book of Mormon, 4 jilid (1987–92), 3:278; dan Matthew B. Brown, All Things Restored: Confirming the Authenticity of LDS Beliefs (2000), 62.

  15. Lihat William W. Phelps, Khotbah Pemakaman Joseph dan Hyrum Smith, Perpustakaan Sejarah Gereja, Salt Lake City; Orson Pratt, “Explanation of Substituted Names in the Covenants,” The Seer, Maret 1854, 229; William W. Phelps, surat kepada Brigham Young, 10 April 1854, dalam Brigham Young, Arsip-Arsip Kantor, 1832–1878, Perpustakaan Sejarah Gereja, Salt Lake City dan Revelations and Translations, Volume 2: Published Revelations, jilid 2 dari Revelations and Translations series of The Joseph Smith Papers (2011), 708–709.

  16. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penerjemahan, lihat “Book of Mormon Translation,” tersedia di lds.org/topics/book-of-mormon-translation. Lihat juga Russell M. Nelson, “A Treasured Testament,” Ensign, Juli 1993, 61–65; Neal A. Maxwell, “By the Gift and Power of God,” Ensign, Januari 1997, 36–41.

  17. Wilford Woodruff, sebagai contoh, menyebut batu pelihat yang dilihatnya di Nauvoo sebuah Urim dan Tumim (Wilford Woodruff journal, 27 Desember 1841, Perpustakaan Sejarah Gereja). Lihat juga Revelations and Translations, Volume 3: Printer’s Manuscript of the Book of Mormon, xix.

  18. Lihat Revelations and Translations, Volume 3: Printer’s Manuscript of the Book of Mormon, xviii–xix.

  19. Untuk ringkasan singkat tentang dimulainya upaya ini, lihat Documents, Volume 1: Juli 1828–Juni 1831, 150–152.

  20. Risalah, 17 April 1853, Perpustakaan Sejarah Gereja.

  21. “Two Days’ Meeting at Brigham City, 27 dan 28 Juni 1874,” Millennial Star, 11 Agustus 1874, 498–499.

  22. Risalah, 30 September 1855 Perpustakaan Sejarah Gereja.

  23. Risalah, 25–26 Oktober 1831, dalam Documents, Volume 2: July 1831–January 1833, jilid 2 dari Documents series of The Joseph Smith Papers (2013), 84.

  24. Preface to Book of Mormon, ca. Aug. 1829, dalam Documents, Volume 1: Juli 1828–Juni 1831, 93. Lihat juga “Kesaksian Tiga Saksi,” Kitab Mormon.

  25. Joseph Smith, dalam Wilford Woodruff journal, 28 November 1841, Perpustakaan Sejarah Gereja; atau pendahuluan untuk Kitab Mormon.

  26. David Whitmer, An Address to All Believers in Christ (1887), 32.

  27. Untuk informasi lebih lanjut mengenai kembalinya Oliver Cowdery ke dalam Gereja sebelum kematiannya, lihat Scott F. Faulring, “The Return of Oliver Cowdery,” dalam John W. Welch and Larry E. Morris, eds., Oliver Cowdery: Scribe, Elder, Witness (2006), 321–362.

  28. Lihat Risalah, 30 September 1855, Perpustakaan Sejarah Gereja, Salt Lake City; “David Whitmer,” The Historical Record, Oktober 1888, 623; Maria L. Cowdery Johnson to David Whitmer, 24 Januari 1887, Community of Christ Library-Archives, Independence, Missouri; dan Franklin D. Richards, Journal, 9 Maret 1882, Perpustakaan Sejarah Gereja.

  29. Risalah, 17 April 1853, Perpustakaan Sejarah Gereja.

  30. Risalah, 30 September 1855, Perpustakaan Sejarah Gereja.

  31. Lihat Zina Young to Franklin D. Richards, 31 Juli 1896, dalam Journal History of The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, 31 Juli 1896, 4, Perpustakaan Sejarah Gereja.

  32. Lihat B. H. Roberts, A Comprehensive History of the Church, 6:230–231; Joseph Fielding Smith, Doctrines of Salvation, dikompilasi oleh Bruce R. McConkie, 3 vols. (1954–56), 3:225; Bruce R. McConkie, Mormon Doctrine, edisi ke-2 (1966), 818–819.

Joseph dan istrinya, Emma Hale Smith, tinggal di satu bagian lantai di rumah ini selama bagian dari penerjemahan Kitab Mormon. Bangunan berlantai dua di kanan rumah merupakan penambahan kemudian.

Seizin dari Museum Sejarah Gereja

Detail dari halaman asli manuskrip Kitab Mormon yang memuat keberangkatan keluarga Lehi dari Yerusalem dalam apa yang sekarang adalah kitab 1 Nefi 2. Joseph Smith mendiktekan Kitab Mormon kepada beberapa juru tulis, termasuk Oliver Cowdery, yang merupakan juru tulis untuk baris-baris ini.

Seizin dari Perpustakaan Sejarah Gereja; FOTO DITINGKATKAN UNTUK KEJELASAN

Para anggota Gereja sepanjang sejarahnya telah berusaha untuk memahami sejarah masa awal Joseph Smith dan temuan-temuannya serta penerjemahannya terhadap lempengan-lempengan emas. Gambar ini oleh seniman C. C. A. Christensen tahun 1886 menggambarkan Joseph Smith memperoleh lempengan-lempengan dari malaikat Moroni.

Malaikat Moroni Menyerahkan Lempengan-Lempengan kepada Joseph Smith, oleh C. C. A. Christensen

Tahun 1883, The Contributor, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Gereja, menyoroti Tiga Saksi Kitab Mormon. Orang-Orang Suci Zaman Akhir telah lama mengenali peranan penting yang setiap pria mainkan dalam membantu Joseph Smith menerjemahkan dan menerbitkan Kitab Mormon.

Seizin dari Museum Sejarah Gereja