2018
Seminari: Tantangan & Berkat
Juli 2018


Seminari: Tantangan & Berkat

Ada satu persamaan yang dimiliki oleh para remaja OSZA di seluruh dunia, yaitu mereka adalah siswa Seminari. Para remaja menghadiri seminari dalam cara yang berbeda. Ada beberapa menghadirinya sebelum pergi ke sekolah, ada yang setelah pulang sekolah, dan ada juga yang menghadiri kelas mingguan. Lokasi kelas pun beragam, ada yang di Gereja, di rumah guru, atau di rumah siswa itu sendiri.

Setiap tahun Seminari menyediakan kesempatan untuk menelaah satu tulisan suci. Setiap tahun Seminari memberikan para siswa kesempatan untuk menambah pengetahuan mereka tentang Injil. Menghafalkan ayat-ayat dari tulisan suci memberi siswa “gudang” tulisan suci untuk diingat dan diterapkan dalam situasi-situasi yang akan datang ke dalam kehidupan mereka.

Menghadiri Seminari selama empat tahun sungguh layak untuk diperjuangkan. Berikut adalah pengalaman dan kesaksian dari beberapa remaja OSZA yang telah rampung menghadiri Seminari selama 4 tahun. Itu mungkin memerlukan pengurbanan tetapi para remaja ini tahu betapa besar berkat yang mereka peroleh darinya:

“Ini adalah tahun terakhir saya mengikuti Seminari, dan setelah ini saya akan pergi melayani misi. Setelah empat tahun mengikuti Seminari, banyak pengalaman dan hal-hal penting yang saya dapatkan. Dan banyak pula tantangannya, salah satunya adalah mengerjakan PR, tetapi ketika saya melihat ke masa depan, maka saya kembali memiliki semangat untuk mengerjakannya.

Dengan menghadiri Seminari bukan saja pengetahuan kita mengenai empat kitab standar yang akan bertambah, tetapi roh dalam diri kita juga. Saya tahu Tuhan selalu mengawasi dan melindungi kita. Itulah sebabnya Dia senantiasa mengingatkan saya melalui Seminari dan pembacaan tulisan suci saya. Ketika saya melakukan kesalahan apa pun, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, selalu ada ayat-ayat dari bacaan tulisan suci Seminari yang mengingatkan saya akan apa akibat dari kesalahan saya. Ini semakin menguatkan kesaksian saya akan pentingnya Seminari bagi para remaja di zaman ini.”

(Giovanni, Surabaya)

“Saya sangat bersyukur untuk Seminari, karena itu banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada pembelajaran sehari-hari di sekolah. Kelas Seminari saya dimulai pukul 5 pagi, sebelum sekolah. Setiap hari saya harus bangun awal supaya tidak terlambat. Tetapi saya senang karena itu membuat saya lebih disiplin dan efektif dalam memanfaatkan waktu.

Menghadiri Seminari selama empat tahun telah membantu persiapan saya untuk menjadi misionaris penuh waktu. Saya telah dapat belajar tentang Injil dari empat kitab standar. Saya memperoleh kesaksian bahwa firman Allah yang terdapat di dalamnya adalah benar dan tidak lekang oleh waktu. Saya mendapatkan kepastian bahwa inilah Gereja sejati yang dipulihkan, bahwa Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus benar adanya, dan bahwa Presiden Russell M. Nelson serta pemimpin lainnya Gereja adalah wakil Allah di bumi”

(Wingki, Solo)

“Tantangan yang saya hadapi saat mengikut kelas Seminari adalah tugas-tugas sekolah. Saya mulai mengikuti kelas Seminari saat kelas 3 SMP, tahun di mana saya mengikuti ujian nasional. Dan tahun ini, tahun terakhir saya di kelas Seminari, juga merupakan tahun terakhir di SMA. Tugas-tugas sekolah tidak boleh diabaikan, begitu juga tugas-tugas Seminari. Tetapi, kadang tugas sekolah begitu menumpuk sehingga saya mengabaikan Seminari. Saya harus pandai membagi waktu. Tantangan lainnya datang dari teman-teman, sering ada yang mengajak saya pergi menonton atau bermain di saat ada kelas Seminari.

Namun, saat kita terus berusaha untuk mengikuti Seminari, berkat akan datang. Pengetahuan yang kita peroleh di Seminari akan membantu kita saat kita menjalankan misi penuh waktu. Iman dan Kesaksian kita akan diperkuat, kita menjadi lebih rajin membaca tulisan suci. Kita juga dapat menjadi lebih peka terhadap bisikan Roh Kudus. Berkat lainnya adalah kita dapat belajar membagi waktu dengan bijaksana.”

(Revi, Jogjakarta)

“Selama saya mengikuti Seminari ada saja tantangan yang menghambat proses pembelajaran tulisan suci, terutama masalah waktu. Saya mengambil jurusan Multimedia di sekolah, selalu ada proyek seperti membuat iklan, video pendek, bahkan film yang mengharuskan saya menghabiskan waktu sampai sore bahkan malam hari.

Bersyukur semua hambatan itu akhirnya bisa terlewati. Saya tahu Allah sungguh mengasihi dan mengenal semua tantangan anak-anak-Nya. Karenanya, para pemimpin Gereja diilhami dengan beberapa program yang memungkinkan kami terus terlibat dalam pembelajaran seminari kami. Saat kelas seminari harian tidak memungkinkan, kami bisa terus belajar melalui tugas harian dan pembahasan mingguan. Saya tahu bahwa tanggung jawab merupakan hak pilihan saya sendiri, bukan guru.

Berkat luar biasa yang paling saya rasakan adalah penemanan Roh dan kesaksian yang bertumbuh hari demi hari. Saya tahu program ini ada untuk mendukung remaja Gereja, agar kami siap menghadapi tantangan dunia dan lebih dekat dengan Bapa Surgawi, Yesus Kristus, serta lebih peka terhadap Roh Kudus.”

(Anastasia, Bekasi)

“Awalnya saya mengikuti kelas Seminari yang diadakan satu kali seminggu, di hari Sabtu. Tantangan yang saya hadapi adalah tugas harian Seminari, saya harus membagi waktu dengan tugas sekolah. Sering kali saya harus mengerjakan tugas Seminari atau tugas sekolah ketika di angkot dalam perjalanan pergi atau pulang sekolah.

Ketika kelas Seminari diubah menjadi harian, di sore hari sepulang sekolah, tantangannya berbeda. Jarak sekolah saya dengan Gereja cukup jauh, perjalanan dapat memakan waktu 2–3 jam, dan bisa lebih lama ketika lalu lintas macet. Ada kalanya saya tiba di Gereja ketika kelas sudah dimulai, bahkan sudah berakhir. Saya juga memutuskan untuk keluar dari beberapa kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, sehingga saya dapat lebih berfokus pada Seminari.

Terlepas dari semua tantangan tersebut, saya senang datang ke Seminari. Berkumpul bersama guru dan teman-teman yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri. Di kelas Seminari saya banyak belajar hal baru tentang Injil, yang membantu saya menemukan dan memperkuat kesaksian saya. Masalah-masalah yang saya hadapi perlahan dapat terselesaikan berkat bantuan Injil yang saya pelajari. Setelah saya mengikuti kelas Seminari harian, saya merasa kehidupan jasmani dan rohani saya menjadi lebih seimbang, saya bahkan merasa lebih dekat dengan Bapa Surgawi, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.”

(Gathot, Jakarta)

Ratusan remaja OSZA menghadiri kelas Seminari di seluruh dunia, apa pun tantangan yang dihadapi, mereka dengan riang berperan serta dalam Seminari. Selaras dengan nasihat Presiden Monson, sepertinya inilah yang ingin mereka katakan mengenai Seminari, “Ketika Anda memiliki kesempatan untuk terlibat dalam seminari … ambillah manfaat dari kesempatan itu. Banyak dari Anda menghadiri seminari sekarang .… Apa yang Anda peroleh dalam pengalaman seminari Anda bergantung pada sikap dan kesediaan Anda untuk diajar. Semoga sikap Anda adalah sikap kerendahan hati dan hasrat untuk belajar .… [Seminari] memainkan peran penting dalam perkembangan kesaksian saya. Seminari dapat mengubah hidup” (Thomas S. Monson, Liahona, Mei 2012).