Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 15: Imamat Kudus


Bab 15

Imamat Kudus

“Saya mengasihi imamat Gereja ini. Itu adalah hal yang penting, hidup. Itu adalah inti dan kekuatan dari pekerjaan ini. Itu adalah kuasa dan wewenang yang dengannya Allah, Bapa Kekal kita, menuntaskan pekerjaan-Nya di bumi.”

Dari Kehidupan Gordon B. Hinckley

Pada tahun 1980, Penatua Gordon B. Hinckley dan istrinya, Marjorie, berperan serta dalam tur tiga minggu di Asia, berbicara di konferensi-konferensi area dan berpartisipasi dalam dedikasi Bait Suci Tokyo Jepang. Sebelum kembali pulang, mereka mengadakan perjalanan ke Misi Sendai Jepang, di mana Penatua Hinckley mengetuai dibentuknya pasak pertama di misi. Tepat sebelum pertemuan dengan presidensi pasak yang baru, Penatua Hinckley menghampiri presiden misi, Kiyoshi Sakai. “Dia menanyakan kepada Presiden Sakai yang terkejut apakah dia memiliki minyak yang telah dipersucikan dan kemudian menambahkan, ‘Saya lelah sekali; maukah Anda memberkati saya?’ Presiden Sakai mengenang, ‘Saya begitu takut dan saya merasa terlalu lemah untuk memberkati seorang Rasul Tuhan. Saya mengatakan kepadanya saya tidak bisa memberikan berkat dalam bahasa Inggris. Penatua Hinckley mengatakan dalam bahasa Jepang tidak apa-apa. Maka Penatua Hitoshi Kashikura, Wakil Regional, dan saya melanjutkan.’ Setelah pemberkatan dilakukan, Penatua Hinckley hanya mengatakan, ‘Terima kasih, terima kasih. Nah saya bisa pulang besok.’

“Keesokan harinya Penatua Hinckley terlihat kuat dan sehat, dan ketika Presiden Sakai menanyakan bagaimana kabarnya dia menjawab, ‘Dai Jobu, lebih dari baik. Saya baik-baik saja.’ Beberapa hari kemudian Presiden Sakai menerima sepucuk surat ucapan terima kasih dari Penatua Hinckley, yang menulis: ‘… Saya sangat menghargai pemberkatan yang telah Anda berikan kepada saya. Saya langsung mulai terasa lebih baik setelah itu. Pemulihan saya cepat dan menyeluruh. Sister Hinckley dan saya sangat berterima kasih atas kesempatan istimewa tinggal di rumah misi Anda.’”1

Presiden Hinckley sering bersaksi mengenai berkat-berkat imamat, mulai dari berkat-berkat jasmani menakjubkan penyembuhan fisik hingga berkat-berkat kekal, mengikat melalui tata cara-tata cara bait suci. Dia menyatakan, “Saya percaya bahwa dalam imamat-Nya terdapat wewenang ilahi—kuasa untuk memberkati, kuasa untuk menyembuhkan, kuasa untuk mengatur dalam urusan-urusan duniawi Allah, kuasa untuk mengikat dalam surga apa yang terikat di bumi.”2

Gambar
wanita sedang menerima pemberkatan

“Dengan [imamat], tidak ada yang mustahil dalam memajukan pekerjaan kerajaan Allah.”

Ajaran-Ajaran Gordon B. Hinckley

1

Allah telah memulihkan imamat dan kunci-kunci kerajaan surga.

Kuasa dan wewenang imamat diberikan kepada para pria di zaman dahulu. Wewenang yang lebih rendah diberikan kepada para putra Harun untuk melayani dalam hal-hal duniawi maupun dalam beberapa tata cara gerejawi sakral. Imamat yang lebih tinggi diberikan oleh Tuhan Sendiri kepada para Rasul-Nya, sesuai dengan pernyataan-Nya kepada Petrus: “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga. Dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Matius 16:19).

Pemulihan penuh imamat melibatkan kedatangan Yohanes Pembaptis … dan Petrus, Yakobus, dan Yohanes .… Itu melibatkan Musa, Elias, dan Elia, masing-masing membawa kunci-kunci imamat untuk melengkapi pekerjaan memulihkan segala tindakan dan tata cara dari dispensasi-dispensasi sebelumnya ke dalam dispensasi kegenapan zaman yang besar, akhir ini.

Imamat ada di sini .… Kita tahu, karena kita telah melihat, kuasa dari imamat ini. Kita telah melihat yang sakit disembuhkan, yang pincang dijadikan berjalan, dan munculnya terang dan pengetahuan dan pengertian kepada mereka yang telah berada dalam kegelapan.3

Nabi Joseph Smith menggambarkan [imamat] di suatu kesempatan dengan kata-kata ini: “Imamat adalah suatu asas yang abadi, dan ada bersama Allah dari kekekalan, dan akan [ada] hingga kekekalan, tanpa awal hari atau akhir tahun.” (History of the Church, 3:386).

Itu sesungguhnya adalah kuasa dari Yang Mahakuasa kepada pria untuk bertindak dalam nama-Nya dan sebagai wakil-Nya. Itu adalah pendelegasian wewenang ilahi, berbeda dengan semua kuasa dan wewenang lain yang ada di permukaan bumi. Tidaklah mengherankan bahwa itu dipulihkan kepada pria melalui makhluk-makhluk yang telah dibangkitkan yang telah memegang imamat itu di zaman dahulu, agar tidak ada pertanyaan lagi mengenai wewenang dan keabsahannya. Tanpa imamat hanya akan ada gereja dalam nama saja, tanpa wewenang untuk melayani dalam hal-hal dari Allah. Dengan imamat, tidak ada yang mustahil dalam memajukan pekerjaan kerajaan Allah. Itu memiliki sifat ilahi. Itu memiliki wewenang duniawi dan kekal. Itu adalah satu-satunya kuasa di bumi yang menjangkau melebihi tabir kematian.4

2

Imamat adalah kuasa dan wewenang yang dengannya Allah menuntaskan pekerjaan-Nya.

Saya mengasihi imamat dari Gereja ini. Itu adalah hal yang penting, hidup. Itu adalah inti dan kekuatan dari pekerjaan ini. Itu adalah kuasa dan wewenang yang dengannya Allah, Bapa Kekal kita, menuntaskan pekerjaan-Nya di bumi.5

Imamat kudus memiliki wewenang untuk mengatur dalam urusan-urusan kerajaan Allah di bumi. Berdasarkan wahyu-wahyu dari Tuhan, Gereja harus diketuai oleh tiga imam tinggi ketua. Mereka akan dibantu oleh sebuah dewan Dua Belas Rasul, yang seterusnya dibantu oleh … Tujuh Puluh. Sebuah Keuskupan Ketua yang terdiri dari tiga anggota bertanggung jawab untuk urusan-urusan duniawi di bawah arahan Presidensi. Semua ini adalah para pejabat keimamatan. Kuasa yang diberikan secara ilahi itu adalah wewenang yang dengannya mereka mengatur. Demikian pula dalam pasak-pasak dan lingkungan-lingkungan dengan presidensi dan keuskupan. Demikian pula dalam kuorum-kuorum. Para pejabat organisasi pelengkap melaksanakan pekerjaan mereka di bawah arahan dan delegasi dari imamat. Tanpa imamat mungkin ada bentuk gereja, tetapi bukan hakikat sejatinya. Ini adalah Gereja Yesus Kristus, dan ini diatur oleh wewenang itu yang dengannya yaitu “menurut Tata Tertib Putra Allah.” (A&P 107:3).6

3

Berkat-berkat imamat harus dinikmati oleh semua.

[Imamat] … adalah bagian dari rencana Allah Bapa Kekal kita untuk memberkati kehidupan para putra dan putri-Nya dari semua generasi.7

Imamat kudus mencakup kuasa untuk memberkati. Bagi mereka dari Imamat Harun, itu memiliki wewenang untuk melayani jemaat dengan lambang daging dan darah Tuhan, yang memberikan nyawa-Nya sebagai kurban bagi semua orang. Sakramen dan pengambilan lambang-lambang ini adalah inti sesungguhnya dari ibadat sabat kita. Itu mencakup pembaruan perjanjian dengan Allah. Itu memiliki janji bahwa Roh Kudus akan menyertai kita. Itu adalah berkat tanpa ada bandingannya untuk dinikmati oleh semua dan dimungkinkan melalui wewenang yang diberikan kepada para remaja putra yang layak ….

Imamat Melkisidek memiliki wewenang untuk melimpahkan Roh Kudus. Betapa besar berkat dari memiliki pengaruh pelayanan seorang anggota ke-Allah-an, setelah menerima karunia itu melalui tangan mereka yang bertindak dengan wewenang ilahi. Jika kita terus berjalan dalam kebajikan, kita dapat memperoleh pemenuhan janji yang dibuat oleh Tuhan ketika Dia berfirman: “Roh Kudus akan menjadi rekanmu terus-menerus, dan tongkat rajanimu sebuah tongkat rajani kesalehan dan kebenaran yang tak berubah; dan kekuasaanmu akan menjadi kekuasaan abadi, dan tanpa sarana yang diwajibkan akan mengalir kepadamu selama-lamanya.” (A&P 121:46).

Imamat mencakup kuasa untuk memberkati yang sakit. Adakah orang di sini yang mendengar saya yang belum menjalankan atau merasakan kuasa ilahi? Dapatkah kita meragukan mengenai keampuhannya? Kita dapat menceritakan mengenai mukjizat-mukjizat, sakral dan indah, yang telah kita saksikan dalam pengalaman kita sendiri ….

Imamat Melkisedek kudus memiliki wewenang untuk memberkati dengan nubuat, untuk menghibur, untuk mendukung, untuk mengarahkan. Kita memiliki bapa bangsa di tengah-tengah kita yang, di bawah wewenang yang mereka pegang, menyatakan garis keturunan dan mengucapkan berkat-berkat untuk bimbingan kita. Berkat-berkat ini dapat menjadi sauh yang dengannya kita dapat pegang untuk menjaga kita tetap kuat dalam menghadapi badai-badai kehidupan.

Dalam ungkapan terakhirnya imamat kudus memiliki wewenang untuk memeteraikan di bumi dan memastikan pemeteraian itu berlaku di surga. Itu unik dan indah. Itu adalah wewenang yang dijalankan dalam bait suci Allah. Itu melibatkan baik orang yang masih hidup maupun yang sudah mati. Itu adalah inti sari sesungguhnya dari kekekalan. Itu adalah kuasa ilahi yang dilimpahkan oleh Yang Mahakuasa sebagai bagian dari rencana besar-Nya untuk kebakaan dan kehidupan kekal manusia.

Betapa itu adalah karunia yang berharga dari Allah yang telah datang kepada kita.8

4

Para putra Allah yang memegang wewenang ilahi-Nya harus berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap layak terhadap wewenang yang mereka miliki itu.

Setiap pria yang layak, terlepas kebangsaan, latar belakang suku, atau faktor lain apa pun, memenuhi syarat untuk menerima imamat. Kepatuhannya terhadap perintah-perintah Allah menjadi faktor yang menentukan. Pelimpahannya didasarkan hanya pada kelayakan di hadapan Tuhan ….

Demikianlah keajaiban imamat ini. Kekayaan bukan merupakan faktor. Pendidikan bukan merupakan faktor. Kehormatan manusia bukan merupakan faktor. Faktor yang mengendalikan adalah penerimaan bagi Tuhan.9

Waktunya telah tiba bagi kita semua yang telah ditahbiskan pada Imamat Harun atau Imamat Melkisedek, dan ke dalam jabatan apa pun di dalamnya, untuk menerapkannya ke dalam kehidupan kita sendiri, untuk menilai kelemahan-kelemahan kita, dan untuk bertobat dari hal-hal yang berhubungan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan perintah tinggi dan kudus yang telah kita terima ….

Tidak ada pria, muda atau tua, … yang telah … ditahbiskan, dapat menganggap remeh imamat yang telah dia pegang. Dia adalah dalam kemitraan bersama Allah dan di pundaknya terdapat kewajiban besar dan sakral untuk hidup sedemikian rupa agar layak untuk berbicara dan bertindak dalam nama Allah sebagai wakil yang memenuhi syarat.10

Walaupun mereka yang memiliki wewenang menumpangkan tangan ke atas kepala kita dan kita ditahbiskan, kita bisa karena perilaku kita dibatalkan dan kehilangan hak apa pun untuk menjalankan wewenang ilahi ini.

… “Tidak ada kuasa atau pengaruh dapat atau seharusnya dipertahankan melalui kebajikan keimamatan, kecuali dengan bujukan, dengan kepanjangsabaran, dengan kelemahlembutan dan kelembutan hati, dan dengan kasih yang tidak dibuat-buat;

Dengan kebaikan hati, dan pengetahuan yang murni, yang akan teramat memperluas jiwa tanpa kemunafikan, dan tanpa tipu daya” (A&P 121:41–42).

Sekarang, brother sekalian yang terkasih, itu adalah parameter yang di dalamnya imamat ini harus diungkapkan. Imamat tidak seperti pakaian yang dapat Anda pakai dan tanggalkan sesuka Anda. Itu adalah, ketika dijalankan dalam kesalehan, sebagai jaringan sesungguhnya dari tubuh kita, sebagai bagian dari kita setiap saat dan dalam segala keadaan.11

Kita harus setia lahir dan batin. Kita adalah para putra Allah yang diberi kehormatan untuk memegang wewenang ilahi-Nya. Tetapi kita hidup di dunia yang penuh kejahatan. Ada kekuatan konstan, yang mendorong kita, yang mengundang kita untuk ikut serta dalam hal-hal yang mutlak tidak konsisten dengan imamat ilahi yang kita miliki ….

Kepada Anda para pria sekalian saya memberi sebuah tantangan. Hindarilah ketidaksopanan yang bisa menguasai Anda. Hindarilah kejahatan dunia. Setialah terhadap diri sendiri. Setialah secara lahir dan batin. Setia dan tepatilah perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan imamat Allah.12

Kepada setiap pejabat, kepada setiap guru di Gereja ini yang bertindak dalam jabatan imamat, ada tanggung jawab sakral untuk meningkatkan panggilan imamat tersebut. Kita masing-masing bertanggung jawab untuk kesejahteraan dan pertumbuhan dan perkembangan orang lain. Kita tidak hidup hanya untuk diri kita sendiri. Jika kita ingin meningkatkan pemanggilan kita, kita tidak bisa hidup hanya untuk diri kita sendiri.13

Banyak pria tampaknya berpikir bahwa karena mereka telah ditahbiskan, imamat menjadi milik mereka selamanya di mana mereka bebas menjalankannya sesuka hati mereka. Mereka merasa bahwa mereka dapat melanggar perjanjian dan perintah di sana sini, dan berdosa dengan cara ini atau itu, namun masih memiliki kuasa imamat dalam diri mereka dan bahwa Allah akan menyetujui apa yang mereka bicarakan dalam nama-Nya yang kudus dan dalam nama Penebus. Ini menjadi olok-olok, dan saya percaya bahwa dengan melakukan tindakan seperti itu, mereka mengambil nama Allah dengan sembarangan. Mereka mencemarkan nama Putra Terkasih-Nya. Mereka menodai karunia sakral yang datang melalui penahbisan, dan wewenang yang telah hilang dari mereka karena pelanggaran ….

… Saya mengangkat suara peringatan kepada semua, anak lelaki dan pria, untuk menghindari dosa. Pelanggaran tidak selaras dengan wewenang ilahi. Hindari pornografi sebagaimana Anda akan menghindari wabah. Hindari dosa seksual dalam bentuk apa pun. Hindari ketidakjujuran dan tipu daya. Saya memohon kepada Anda untuk mengendalikan unsur apa pun dari kesombongan dan ambisi yang sia-sia. Saya meminta kepada Anda untuk menyelidiki diri Anda sendiri untuk memastikan bahwa tidak ada sikap menguasai atau memaksa terhadap istri atau anak-anak Anda ….

… Saya yakin bahwa Bapa kita di Surga tidak berkenan terhadap pria atau anak lelaki mana pun yang menerima penahbisan dan kemudian terlibat dalam kejahatan. Dalam proses sesungguhnya menerima penahbisan dia membuat sumpah dan perjanjian di antara dirinya dan Allahnya.14

Tidak ada pria, baik muda atau tua, hidup sesuai standar imamat jika dia meremehkan atau memandang rendah peran wanita, yang gagal mengakui sikap rasa hormat itu terhadap para putri Allah yang Bapa kita di surga akan mengakuinya.15

Marilah kita menjadi suami dan ayah yang baik. Siapa pun pria yang kejam di rumahnya sendiri tidak layak untuk menerima imamat. Dia tidak pantas menjadi alat dalam tangan Tuhan ketika dia tidak memperlihatkan rasa hormat dan kebaikan hati dan kasih kepada rekan yang menjadi pilihannya. Demikian pula, siapa pun pria yang memberikan contoh yang buruk bagi anak-anaknya, yang tidak dapat mengendalikan amarahnya, atau yang terlibat dalam praktik-praktik tidak jujur atau amoral akan mendapati kuasa imamatnya batal.16

Istri yang Anda pilih akan menjadi rekan setara Anda .… Dia bukan pembantu Anda, bukan budak Anda, atau yang sejenis dengan itu. Betapa tragis dan sangat menjijikkan fenomena perundungan terhadap istri. Siapa pun pria di Gereja ini yang merundung istrinya, yang meremehkannya, yang menghinanya, yang menjalankan kekuasaan yang tidak benar terhadapnya adalah tidak layak untuk memegang imamat. Walaupun dia mungkin telah ditahbiskan, surga akan menarik diri, Roh Tuhan akan berduka, dan tamatlah wewenang imamat orang itu. Siapa pun pria yang terlibat dalam praktik ini tidak layak memegang rekomendasi bait suci ….

… Jika ada … siapa pun yang bersalah dalam perilaku seperti itu, saya mengimbau Anda untuk bertobat. Berlututlah untuk memohon Tuhan mengampuni Anda. Berdolah kepada-Nya untuk kuasa mengendalikan lidah Anda dan tangan keras Anda. Mintalah pengampunan dari istri Anda dan anak-anak Anda ….

Saya yakin bahwa ketika kita berdiri di hadapan penghakiman Allah, akan ada sedikit laporan mengenai seberapa banyak kekayaan yang telah kita kumpulkan dalam kehidupan atau kehormatan apa pun yang mungkin telah kita capai. Tetapi akan ada pertanyaan-pertanyaan yang menyelidiki mengenai hubungan rumah tangga kita. Dan saya yakin bahwa hanya mereka yang telah menjalani hidup dengan kasih dan rasa menghargai terhadap rekan dan anak-anak mereka yang akan menerima dari hakim kekal kita kata-kata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; … Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Matius 25:21).17

5

Kuorum imamat dapat menjadi sauh kekuatan bagi para anggotanya.

Saya yakin bahwa Tuhan menginginkan agar sebuah kuorum imamat hendaknya lebih dari sekadar sebuah kelas teologi di setiap Minggu pagi. Tentu saja, pembangunan kerohanian dan penguatan kesaksian melalui pengajaran Injil yang efektif adalah tanggung jawab imamat yang penting. Tetapi ini hanya sebagian dari fungsi kuorum. Setiap kuorum haruslah menjadi persaudaraan yang berfungsi bagi setiap anggota jika tujuannya ingin diwujudkan ….

… Kuorum imamat adalah organisasi Tuhan bagi pria di Gereja, sama seperti Lembaga Pertolongan adalah organisasi Tuhan untuk wanita di Gereja. Masing-masing memiliki tanggung jawab dasar atas keberadaannya, untuk membantu mereka yang membutuhkan.

Ketika Lembaga Pertolongan diorganisasi Nabi Joseph Smith berkata mengenai wanita di Lembaga Pertolongan: “Mereka akan terbang untuk membantu orang asing; mereka akan menuangkan minyak dan anggur bagi hati yang terluka dari mereka yang kesusahan; mereka akan mengeringkan air mata yatim piatu dan membuat hari sang janda bersukacita” (Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith [2007], 527). Saya berharap bahwa hal yang sama bisa dikatakan mengenai para pria dalam imamat.

Ini akan menjadi hari yang luar biasa … ketika kuorum imamat kita menjadi sauh kekuatan bagi setiap pria yang menjadi anggotanya, ketika setiap pria seperti itu dapat mengatakan dengan semestinya, “saya adalah anggota kuorum imamat Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Saya siap untuk membantu saudara-saudaraku dalam semua kebutuhan mereka, karena saya yakin mereka siap untuk membantu saya dalam kebutuhan saya. Dengan bekerja bersama, kita akan tumbuh secara rohani sebagai putra perjanjian Allah. Dengan bekerja bersama, kita dapat berdiri, tanpa merasa malu dan tanpa merasa takut, terhadap setiap angin musuh yang mungkin menyerang, baik itu dalam hal ekonomi, sosial, atau rohani.”18

Gambar
pertemuan dewan lingkungan

Pemimpin Gereja dan anggota—baik pria maupun wanita—bekerja bersama untuk “melaksanakan pekerjaan mereka di bawah arahan dan delegasi imamat.”

6

Di rumah dan di Gereja, pria dan wanita bekerja bersama untuk memajukan kerajaan Tuhan.

Pria memegang imamat, ya. Tetapi istri saya adalah rekan saya. Di Gereja ini pria tidak berjalan di depan istrinya dan tidak juga di belakang istrinya melainkan di sampingnya. Mereka memiliki kedudukan yang sama dalam kehidupan ini dalam sebuah organisasi yang besar.19

Ada kekuatan dan kemampuan besar dalam diri wanita Gereja ini. Ada kepemimpinan dan pengarahan, semangat kebebasan tertentu, dan ada kepuasan yang besar menjadi bagian dari ini, kerajaan Tuhan, dan dari bekerja bergandengan tangan dengan [para pemegang] imamat untuk menggerakkannya maju.20

Saya bersyukur kepada Bapa Kekal saya atas pemulihan imamat kudus, agar “setiap orang boleh berbicara dalam nama Allah Tuhan, bahkan Juruselamat dunia” (A&P 1:20). Saya telah melihat keindahan dan mukjizat imamat itu dalam pengaturan gereja yang luar biasa ini. Saya telah merasakan kuasanya mengalir melalui saya untuk memberkati dan menyembuhkan yang sakit. Saya telah melihat hal memuliakan yang telah diberikannya kepada para pria yang rendah hati yang telah dipanggil pada tanggung jawab besar dan serius ini. Saya telah melihatnya sewaktu mereka berbicara dengan kuasa dan wewenang dari ketinggian seolah-olah suara dari Allah berbicara melalui mereka.

Saya berterima kasih kepada Tuhan atas kesaksian yang telah Dia berikan kepada saya mengenai keutuhan Injil, mengenai lebar dan jangkauan dan kedalamannya. Ini dirancang untuk memberkati para putra dan putri dari semua generasi zaman—baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.21

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Tinjaulah ajaran-ajaran Presiden Hinckley di bagian 1 mengenai pemulihan imamat. Apa pengalaman yang telah membantu Anda memperoleh kesaksian mengenai kebenaran-kebenaran ini?

  • Presiden Hinkley mengajarkan, “Imamat kudus memiliki wewenang untuk mengatur dalam urusan-urusan kerajaan Allah di bumi” (bagian 2). Bagaimana kebenaran ini berlaku dalam pasak dan lingkungan? dalam kuorum? dalam Lembaga Pertolongan? Bagaimanakah wewenang imamat memperkuat pelayanan Anda dalam kerajaan Allah?

  • Di bagian 3, tinjaulah berkat yang kita semua dapat terima melalui imamat. Dengan cara apa Anda telah mengalami kuasa dan berkat-berkat imamat?

  • Apa yang dapat kita pelajari dari ajaran-ajaran Presiden Hinckley mengenai perbedaan antara wewenang imamat dan kuasa imamat? (Lihat bagian 4.) Apa menurut Anda maksud dari seorang pemegang imamat harus “berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap layak terhadap wewenang yang [dia] miliki”? Mengapa para pemegang imamat “tidak hidup hanya untuk diri [mereka] sendiri”?

  • Di bagian 5, apa yang membuat Anda terkesan mengenai uraian Presiden Hinckley mengenai kuorum imamat dan Lembaga Pertolongan? Apa yang dapat kita lakukan di lingkungan atau cabang kita untuk mengikuti nasihatnya?

  • Mengapa pria dan wanita perlu bekerja bersama sebagai pasangan “yang memiliki kedudukan yang sama” untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan? (Lihat bagian 6.)

Tulisan Suci Terkait

Ibrani 5:1–4; 1 Nefi 14:12–14; Alma 13:1–9; A&P 84:33–44; 88:133; 112:30–32

Bantuan Mengajar

“Ajukan pertanyaan yang memerlukan pelajar untuk menemukan jawaban dalam tulisan suci dan ajaran-ajaran dari para nabi yang hidup” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia [1999], 62).

Catatan

  1. Sheri L. Dew, Go Forward with Faith: The Biography of Gordon B. Hinckley (1996), 377.

  2. “The Father, Son, and Holy Ghost,” Ensign, Maret 1998, 5.

  3. “Four Cornerstones of Faith,” Ensign, Februari 2004, 6–7.

  4. “Priesthood Restoration,” Ensign, Oktober 1988, 71.

  5. “Why We Do Some of the Things We Do,” Ensign, November. 1999, 54.

  6. “Priesthood Restoration,” 72.

  7. Teachings of Gordon B. Hinckley (1997), 475.

  8. “Priesthood Restoration,” 72.

  9. “The Stake President,” Ensign, Mei 2000, 49.

  10. Dalam “News of the Church: Priesthood Restoration Honored,” Ensign, Juli 1983, 76.

  11. “Personal Worthiness to Exercise the Priesthood,” Ensign, Mei 2002, 52.

  12. “Kesetiaan,” Ensign atau Liahona, Mei 2003, 58–59.

  13. “Magnify Your Calling,” Ensign, Mei 1989, 47.

  14. “Only upon Principles of Righteousness,” Ensign, September 1992, 70.

  15. Dalam “News of the Church: Priesthood Restoration Honored,” 76.

  16. “Reaching Down to Lift Another,” Ensign, November 2001, 52.

  17. “Personal Worthiness to Exercise the Priesthood,” 53–54.

  18. “Welfare Responsibilities of the Priesthood Quorums,” Ensign, November 1977, 86.

  19. “This Thing Was Not Done in a Corner,” Ensign, November 1996, 49.

  20. “Women of the Church,” Ensign, November 1996, 68.

  21. “My Testimony,” Ensign, November 1993, 52.