Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 20: Menemani Mereka yang Bukan dari Keyakinan Kita


Bab 20

Menemani Mereka yang Bukan dari Keyakinan Kita

“Marilah kita mengulurkan tangan untuk membantu pria dan wanita yang berniat baik, apa pun keyakinan keagamaan mereka dan di mana pun mereka tinggal.”

Dari Kehidupan Gordon B. Hinckley

Berbicara pada sebuah konferensi para pemimpin keagamaan di bulan November 1994, Presiden Gordon B. Hinckley berkata:

“Kita berasal dari berbagai keyakinan ajaran. Walaupun mengakui perbedaan-perbedaan teologis kita, saya rasa kita satu pikiran dalam kesadaran kita mengenai kejahatan-kejahatan dan masalah-masalah dunia serta masyarakat di mana kita tinggal, dan mengenai tanggung jawab besar kita dan kesempatan untuk berdiri bersatu menghadapi kondisi-kondisi tersebut dalam kehidupan publik dan pribadi yang berbicara mengenai kebajikan dan moral, mengenai hormat terhadap semua pria dan wanita sebagai anak-anak Allah, mengenai perlunya keadaban dan kesopanan dalam hubungan kita, dan mengenai pelestarian keluarga sebagai unit dasar masyarakat yang ditetapkan Allah.

… Kita semua memiliki di dalam hati kita hasrat untuk membantu yang miskin, mengangkat yang menderita, memberi penghiburan, pengharapan, dan bantuan kepada semua orang yang berada dalam kesulitan dan kepedihan dari penyebab apa pun.

Kita mengakui perlunya menyembuhkan luka-luka masyarakat dan mengganti dengan optimisme dan iman di zaman kita. Kita harus mengakui bahwa tidak perlu saling menuduh atau mengkritik satu sama lain. Kita harus menggunakan pengaruh kita untuk menenangkan suara-suara amarah dan argumentasi balas dendam.

… Kekuatan kita terletak pada kebebasan untuk memilih. Ada kekuatan bahkan dalam keragaman kita sendiri. Tetapi ada kekuatan yang lebih besar dalam mandat yang diberikan Allah kepada kita masing-masing untuk bekerja bagi peneguhan dan berkat putra dan putri-Nya, terlepas asal-usul suku atau bangsa atau perbedaan-perbedaan lain ….

Semoga Tuhan memberkati kita untuk bekerja bersatu padu menyingkirkan dari dalam hati kita dan mengusir dari masyarakat kita semua unsur kebencian, kefanatikan, rasisme, dan kata-kata dan tindakan-tindakan yang memecah belah lainnya. Komentar yang menyindir, cercaan rasial, julukan penuh kebencian, gosip berbahaya, dan penyebaran rumor yang jahat dan keji tidak ada tempat di antara kita.

Semoga Allah memberkati kita semua dengan kedamaian yang datang dari Dia. Semoga Dia memberkati kita dengan hati yang penuh syukur dan keinginan untuk berbaur bersama dengan menghormati satu sama lain, menyatukan upaya-upaya kita untuk memberkati komunitas di mana kita beruntung untuk tinggal.”1

Satu tahun setelah menyampaikan pesan ini, Presiden Hinckley berbicara kepada sekelompok pemimpin sekuler. Itu adalah sebuah kelompok kecil—hanya kira-kira 30 orang—tetapi itu adalah kelompok yang memiliki pengaruh sangat luas: para presiden, pemimpin redaksi, produser, dan wartawan berita yang mewakili publikasi-publikasi berita utama di Amerika Serikat. Dalam sesi “tanya-jawab yang menyenangkan dan terkadang lucu,” dia menyampaikan “ringkasan mengenai ruang lingkup internasional Gereja, mengomentari mengenai misionarisnya, kemanusiaan, dan program-program pendidikan, dan kemudian tawaran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan .… Dia menjawab setiap pertanyaan dengan terus terang dan tanpa ragu atau isyarat kecanggungan apa pun.” Hadirin merasa sedikit terkejut atas keterbukaannya, di mana dia menjawab bahwa satu-satunya hal yang tidak akan dia bahas adalah detail mengenai tata cara-tata cara bait suci yang sakral. “Pintu terbuka lebar mengenai hal lain apa pun,” dia berkata.

Di satu kesempatan dalam sesi tanya-jawab, Mike Wallace, seorang wartawan senior yang memiliki acara televisi 60 Minutes, mengatakan bahwa dia ingin melakukan tayangan khusus mengenai Presiden Hinckley. Presiden Hinckley berhenti sejenak dan menanggapi, “Terima kasih. Saya akan ambil risiko.”2

Presiden Hinckley belakangan mengakui bahwa dia agak khawatir mengenai diwawancarai oleh Mike Wallace, yang memiliki reputasi sebagai wartawan yang tangguh. Dia menjelaskan mengapa dia setuju untuk diwawancarai walaupun kekhawatiran ini:

“Saya merasa bahwa itu memberikan kesempatan untuk memaparkan beberapa aspek yang menguatkan mengenai budaya dan pesan kita kepada jutaan orang. Saya berkesimpulan bahwa lebih baik bersikap tegas menghadapi angin kencang kesempatan daripada hanya bersembunyi dan tidak berbuat apa-apa.”3

Wawancara tersebut mencakup kisaran luas tanya-jawab berikut:

Tn. Wallace: “Bagaimana Anda memandang non-Mormon?”

Presiden Hinckley: “Dengan kasih dan rasa hormat. Saya memiliki banyak teman non-Mormon. Saya menghargai mereka. Saya memiliki kekaguman terbesar terhadap mereka.”

Tn. Wallace: “Walaupun fakta bahwa mereka belum benar-benar melihat terang?”

Presiden Hinckley: “Ya. Bagi siapa pun yang bukan anggota Gereja ini, saya mengatakan bahwa kami mengakui semua kebajikan dan kebaikan yang Anda miliki. Bawalah itu bersama Anda dan mungkin kami bisa menambahkannya.”4

Ketika proses wawancara selesai, Presiden Hinckley dan Mike Wallace menjadi teman. Mr. Wallace berbicara mengenai Presiden Hinckley sebagai seorang “pemimpin yang hangat dan bijaksana dan santun dan optimistis” yang “benar-benar patut mendapatkan kekaguman hampir secara universal.”5

Gambar
misionaris sedang melayani

Presiden Hinckley mengimbau kita untuk bergabung bersama mereka yang bukan dari keyakinan kita “dalam kegiatan-kegiatan komunitas yang baik.”

Ajaran-Ajaran Gordon B. Hinckley

1

Ketika kita mengingat bahwa semua orang adalah anak-anak Allah, kita menjangkau lebih banyak lagi untuk mengangkat dan membantu sesama kita.

Kita tidak boleh lupa bahwa kita hidup dalam dunia yang sangat beragam. Orang-orang di bumi semuanya adalah anak-anak Bapa kita dan berasal dari banyak dan beragam keyakinan agama. Kita harus memupuk toleransi dan penghargaan dan respek terhadap satu sama lain.6

Tidak perlu ada konflik di negara mana pun antara berbagai kelompok dalam bentuk apa pun. Biarlah diajarkan di rumah-rumah orang bahwa kita semua adalah anak-anak Allah, Bapa Kekal kita, dan bahwa sepasti ada peran sebagai ayah, dapat dan harus juga ada persaudaraan.7

Jika kita bersedia secara terus-menerus mempertahankan gambaran ilahi itu, Kebapakan Allah dan persaudaraan manusia sebagai realitas, kita akan menjadi sedikit lebih toleran, sedikit lebih baik hati, sedikit lebih banyak menjangkau untuk mengangkat dan membantu serta menopang mereka di antara kita. Kita akan menjadi tidak terlalu cenderung menyerah pada hal-hal yang jelas tidak pantas bagi kita. Kita adalah anak-anak Allah dan kita mengasihi Dia. Bertindaklah sedikit lebih dengan cara itu.8

2

Kita hendaknya hidup dengan respek, penghargaan, dan pertemanan kepada orang-orang yang bukan dari keyakinan kita.

“Kami menuntut hak istimewa untuk menyembah Allah Yang Mahakuasa menurut suara hati nurani kami sendiri, dan memperkenankan semua orang hak istimewa yang sama, biarlah mereka menyembah bagaimana, di mana, atau apa yang mereka kehendaki” (Pasal-Pasal Kepercayaan 1:11).

Betapa sangat penting itu—bahwa walaupun kita percaya dalam menyembah Allah menurut ajaran kita, kita tidak menjadi arogan atau sok suci atau sombong tetapi bahwa kita memberikan kepada orang lain hak istimewa untuk menyembah menurut hasrat mereka sendiri. Banyak masalah di dunia berasal dari konflik di antara agama-agama. Saya bahagia bisa mengatakan bahwa saya dapat duduk bersama teman-teman Katolik saya dan berbincang dengan mereka,bahwa saya dapat duduk bersama teman-teman Protestan saya dan berbincang dengan mereka. Saya akan berdiri membela mereka, sebagaimana yang Gereja ini telah lakukan dan akan terus melakukannya, dalam membela mereka di dunia ini.9

Saya mengimbau kepada umat kita di mana pun mereka berada untuk hidup dengan menghormati dan menghargai mereka yang bukan dari keyakinan kita. Terdapat kebutuhan besar untuk keadaban dan saling menghargai di antara mereka yang memiliki keyakinan dan falsafah yang berbeda. Kita tidak boleh menjadi pendukung dari doktrin apa pun yang mengagungkan keunggulan kesukuan. Kita hidup di dunia yang beragam. Kita bisa dan harus bersikap hormat terhadap mereka yang ajaran-ajarannya mungkin tidak sepaham. Kita harus bersedia membela hak-hak orang lain yang mungkin menjadi korban kefanatikan.

Saya meminta perhatian Anda terhadap kata-kata yang menarik ini dari Joseph Smith yang dia ucapkan pada tahun 1843:

“Jika telah diperlihatkan bahwa saya selama ini bersedia untuk mati demi seorang ‘Mormon,’ saya berani untuk memaklumkan di depan Surga bahwa saya sama siapnya untuk mati dalam membela hak-hak seorang Presbitarian, seorang Baptis, atau seseorang yang baik dari lembaga keagamaan mana pun; karena asas yang sama yang akan menginjak-injak hak para Orang Suci Zaman Akhir akan menginjak-injak hak-hak orang Katolik Roma, atau dari lembaga keagamaan mana pun” (History of the Church, 5:498).10

Kita tidak boleh mementingkan kesukuan. Kita tidak pernah boleh menerapkan sikap saya lebih suci dari Anda. Kita tidak boleh merasa sok suci. Kita harus mulia dan terbuka dan ramah. Kita dapat mempertahankan keyakinan kita. Kita dapat mempraktikkan agama kita. Kita dapat melakukan metode beribadat kita tanpa menghina orang lain. Saya mengambil kesempatan ini untuk mengimbau sikap toleransi dan ramah terhadap tetangga, pertemanan dan kasih terhadap mereka dari keyakinan lain.11

Kita tidak boleh menjadi berdebat saat kita berbicara mengenai perbedaan-perbedaan yang bersifat ajaran. Tidak ada tempat untuk kesengitan. Tetapi kita pernah boleh menyerah atau mengkompromikan pengetahuan itu yang telah datang kepada kita melalui wahyu dan pelimpahan langsung kunci-kunci dan wewenang melalui tangan-tangan mereka yang memegangnya di zaman dahulu. Marilah kita tidak pernah melupakan bahwa ini adalah pemulihan akan hal yang telah ditetapkan oleh Juruselamat dunia ….

Kita dapat menghargai agama-agama lain, dan memang harus melakukannya. Kita harus mengakui kebaikan luar biasa yang mereka capai. Kita harus mengajari anak-anak kita untuk bersikap toleran dan ramah terhadap mereka yang bukan dari keyakinan kita.12

Kita tidak boleh mencederai gereja-gereja lain. Kita tidak boleh menyakiti gereja-gereja lain. Kita tidak boleh berargumen dengan gereja-gereja lain. Kita tidak boleh berdebat dengan gereja-gereja lain. Kita hanya mengatakan kepada mereka yang mungkin berasal dari keyakinan lain atau yang tidak memiliki keyakinan apa pun, “Anda membawa bersama Anda kebenaran yang Anda miliki dan biarlah kami melihat apakah kami bisa menambahkannya.”13

3

Tanpa mengkompromikan ajaran kita, kita dapat bekerja bersama orang lain dalam tujuan-tujuan yang baik.

Kita dapat dan memang bekerja bersama mereka dari agama-agama lain dalam berbagai kegiatan dalam upaya tanpa henti memerangi kejahatan-kejahatan sosial yang mengancam nilai-nilai yang kita hargai, yang juga begitu penting bagi kita semua. Orang-orang ini bukan dari keyakinan kita, tetapi mereka adalah teman-teman, tetangga, dan rekan sekerja kita dalam berbagai tujuan. Kita senang mengulurkan kekuatan kita untuk upaya-upaya mereka.

Tetapi dalam semua ini tidak boleh ada kompromi dalam hal ajaran. Tidak perlu ada dan tidak boleh ada di pihak kita. Tetapi terdapat tingkat pertemanan sewaktu kita bekerja bersama.14

Marilah kita tidak melupakan bahwa kita percaya untuk menjadi baik hati dan melakukan kebaikan kepada semua orang. Saya yakin bahwa kita dapat mengajar anak-anak kita dengan cukup efektif untuk tidak perlu takut bahwa mereka akan kehilangan iman mereka sewaktu bersikap ramah dan tenggang rasa kepada mereka yang tidak sepaham dengan ajaran Gereja ini .… Marilah kita terlibat dalam perkara kemasyarakatan yang baik. Akan ada situasi, di mana, dengan terlibat dalam masalah moral yang serius, kita tidak dapat membengkokkan hal-hal yang asasi. Tetapi peristiwa demikian kita dapat dengan sopan tidak menyetujui tanpa menjadi tidak menyenangkan. Kita dapat mengakui ketulusan dari posisi mereka yang tidak bisa kita terima. Kita dapat berbicara asas daripada kepribadian.

Dalam perkara-perkara itu yang meningkatkan lingkungan komunitas, dan yang dirancang untuk menjadi berkat bagi semua warganya, marilah kita melangkah maju dan bersikap menolong ….

… Ajarlah mereka yang menjadi tanggung Anda mengenai pentingnya tata krama kewargaan yang baik. Doronglah mereka untuk terlibat, mengingat dalam pertimbangan publik bahwa suara lembut dalam argumentasi yang penting lebih meyakinkan daripada suara protes berteriak-teriak yang bising. Dalam menerima tanggung jawab seperti itu umat kita akan memberkati komunitas mereka, keluarga mereka, dan Gereja.15

Gambar
para wanita saling memeluk

“Kebaikan hati kita mungkin argumentasi kita yang paling meyakinkan untuk hal yang kita percayai.”

Kita tidak boleh pernah menyerah pada kekuatan kejahatan. Kita dapat dan harus mempertahankan standar-standar untuk mana Gereja ini berdiri sejak diorganisasi. Ada jalan yang lebih baik daripada jalan dari dunia. Jika itu berarti berdiri sendirian, kita harus melakukannya.

Namun kita tidak akan sendirian. Saya yakin bahwa ada jutaan orang di seluruh dunia yang akan berduka terhadap kejahatan yang mereka lihat di sekeliling mereka. Mereka mencintai hal yang bajik, baik, dan meneguhkan. Mereka juga akan mengangkat suara mereka dan memberikan kekuatan mereka bagi pelestarian nilai-nilai itu yang patut dipelihara dan dipupuk.16

Marilah kita berdoa untuk kekuatan-kekuatan kebaikan. Marilah kita mengulurkan tangan untuk membantu pria dan wanita yang berniat baik, apa pun keyakinan keagamaan mereka dan di mana pun mereka tinggal. Marilah kita berdiri kukuh melawan kejahatan, baik di rumah maupun di luar rumah .… Kita dapat menjadi pengaruh untuk kebaikan di dunia ini, kita masing-masing.17

4

Ketika kita memperlakukan orang lain dengan kasih, rasa hormat, dan kebaikan hati, kita memperlihatkan bahwa kita adalah murid sejati Yesus Kristus.

Sewaktu kita melaksanakan misi khas kita, kita bekerja di bawah mandat yang diberikan kepada kita oleh Tuhan yang telah bangkit, yang telah berfirman di dispensasi akhir dan terakhir ini. Ini adalah pekerjaan-Nya yang unik dan luar biasa. Kita memberikan kesaksian dan menjadi saksi bagi-Nya. Tetapi kita tidak perlu melakukannya dengan kesombongan atau merasa sok suci.

Petrus mengungkapkannya demikian, kita “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.” Mengapa? Agar kita dapat “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari [kita], yang telah memanggil [kita] keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Petrus 2:9) ….

… Marilah kita menjadi murid sejati Kristus, mematuhi Aturan Emas, berbuat kepada orang lain supaya mereka akan berbuat juga demikian kepada kita. Marilah kita memperkuat iman kita sendiri dan iman anak-anak kita sementara bersikap ramah terhadap mereka yang bukan dari keyakinan kita. Kasih dan rasa hormat akan mengalahkan setiap unsur permusuhan. Kebaikan hati kita mungkin merupakan argumentasi yang paling meyakinkan terhadap apa yang kita percayai.18

Saya ingin menyarankan agar kita mengembangkan sikap mengulurkan tangan untuk membantu mereka yang bukan dari keyakinan kita, untuk mendorong mereka, menuntun mereka dengan cara yang ramah dan baik hati menuju persekutuan itu yang dapat memperkenalkan mereka pada program-program Gereja yang luar biasa.

Saya memikirkan mengenai puisi Edwin Markham:

Dia menggambar sebuah lingkaran yang mencegah saya masuk—

Bidat, pemberontak, sesuatu untuk dicemoohkan.

Tetapi saya memiliki kasih dan akal untuk menang:

Kami menggambar sebuah lingkaran yang mempersilakan dia masuk!19

Kita tentu saja tidak perlu untuk menyombongkan [agama kita] atau arogan dengan cara apa pun. Kebiasaan seperti itu bertentangan dengan Roh Kristus yang kita harus coba untuk menjadi seperti Dia. Roh itu dinyatakan dalam hati dan jiwa, dalam keheningan dan tidak dengan cara kesombongan kehidupan kita.

Kita semua pernah melihat mereka yang kita hampir cemburui karena mereka telah mengembangkan semua hal yang, tanpa menyebutkannya, berbicara tentang manisnya Injil yang telah memengaruhi tindakan mereka

Kita dapat berbicara dengan pelan dan lembut. Kita dapat berbuat baik kepada mereka yang melakukan kejahatan terhadap kita. Kita bisa tersenyum saat menjadi sangat mudah marah. Kita dapat melatih pengendalian diri dan disiplin pribadi dan mengabaikan segala hinaan yang ditujukan pada kita.20

Apakah kita benar-benar mengerti, apakah kita benar-benar memahami arti penting dari apa yang kita miliki? Ini merupakan puncak dari generasi manusia, bagian terakhir dalam seluruh catatan pengalaman umat manusia.

Namun ini tidak menempatkan kita pada posisi tertinggi melainkan, itu seharusnya membuat kita rendah hati. Itu memberi kita tanggung jawab untuk menjangkau dengan penuh perhatian kepada semua orang dalam Roh Tuhan, yang mengajarkan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 19:19). Kita harus menyingkirkan perasaan benar sendiri dan mengatasi sikap suka mementingkan diri ….

Kita, dari generasi ini, merupakan hasil dari semua yang telah ada sebelumnya. Tidaklah cukup hanya dikenal sebagai anggota Gereja ini. Kewajiban yang kudus berada di pundak kita. Marilah kita menerimanya serta berusaha memenuhinya.

Kita harus hidup sebagai para pengikut sejati Kristus, dengan memiliki kasih yang murni kepada semua orang, bersikap baik kepada mereka yang menyakiti kita, mengajarkan cara-cara Tuhan melalui teladan, dan melakukan pelayanan besar yang telah Dia uraikan bagi kita.21

Dari doa dedikasi untuk Pusat Konferensi di Salt Lake City, Utah: Semoga kami anggota Gereja-Mu menjadi orang yang ramah dan berbelas kasih. Semoga kami mempertahankan standar-standar dan praktik-praktik yang untuknya kami dikenal dan memperkenankan orang lain hak istimewa menyembah siapa, “di mana, atau apa yang mereka kehendaki” [Pasal-Pasal Kepercayaan 1:11]. Berkati kami untuk mengulurkan tangan sebagai sesama yang baik dan membantu semua orang. Semoga kami mengangkat tangan yang terkulai dan menguatkan lutut yang lunglai bagi siapa pun yang menderita [lihat A&P 81:5]. Semoga kami semua hidup bersama dalam kedamaian dengan penghargaan dan rasa hormat terhadap satu sama lain.22

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Dalam hubungan kita dengan orang lain, mengapa bermanfaat mengingat bahwa kita adalah anak-anak Allah? (Lihat bagian 1.) Bagaimana kita memupuk penghargaan dan rasa hormat yang lebih besar terhadap orang lain? Bagaimana orang dewasa dapat mengajar anak-anak untuk menghargai dan menghormati orang lain?

  • Tinjaulah nasihat Presiden Hinckley mengenai hubungan kita dengan orang yang bukan dari keyakinan kita (lihat bagian 2). Bagaimana kita dapat mengenali apakah kita menunjukkan sikap arogan atau sok suci dalam hubungan-hubungan ini? Bagaimana kita dapat memperlihatkan pertemanan dan kasih yang lebih baik terhadap mereka yang memiliki keyakinan yang berbeda?

  • Mengapa penting bahwa para anggota Gereja bekerja bersama dengan orang lain dalam perkara yang baik? (lihat bagian 3.) Apa beberapa contoh dari upaya-upaya itu? Bagaimana kita dapat menjadi pengaruh yang lebih besar untuk kebaikan dalam komunitas kita?

  • Apa yang dapat kita pelajari mengenai kemuridan dari ajaran-ajaran Presiden Hinckley di bagian 4? Bagaimana Anda telah melihat kasih dan rasa hormat mengatasi perasaan permusuhan? Mengapa perilaku kita terhadap orang lain adalah “argumentasi yang paling meyakinkan untuk hal yang kita percayai”? Pertimbangkan cara-cara spesifik Anda dapat mengulurkan tangan kepada orang lain.

Tulisan Suci Terkait

Matius 7:12; Lukas 9:49–50; Yohanes 13:34–35; 1 Yohanes 4:7–8; A&P 1:30; 123:12–14; Pasal-Pasal Kepercayaan 1:13

Bantuan Belajar

“Sewaktu Anda merasakan sukacita yang datang dari memahami Injil, Anda akan ingin menerapkan apa yang Anda pelajari. Berusahalah untuk hidup selaras dengan pemahaman Anda. Dengan melakukan itu maka akan memperkuat iman, pengetahuan, dan kesaksian Anda” (Mengkhotbahkan Injil-Ku [2004], 19).

Catatan

  1. Teachings of Gordon B. Hinckley (1997), 663–664.

  2. Dalam Sheri L. Dew, Go Forward with Faith: The Biography of Gordon B. Hinckley (1996), 537–538.

  3. “Remember … Thy Church, O Lord,” Ensign, Mei 1996, 83.

  4. “This Thing Was Not Done in a Corner,” Ensign, November 1996, 51.

  5. Mike Wallace, dalam Gordon B. Hinckley, Standing for Something: Ten Neglected Virtues That Will Heal Our Hearts and Homes (2000), viii.

  6. “The Work Moves Forward,” Ensign, Mei 1999, 5.

  7. “Four Simple Things to Help Our Families and Our Nations,” Ensign, September 1996, 7.

  8. “Messages of Inspiration from President Hinckley,” Church News, 5 Oktober 1996, 2.

  9. Discourses of President Gordon B. Hinckley, Volume 2: 2000–2004 (2005), 417.

  10. “This Is the Work of the Master,” Ensign, Mei 1995, 71; lihat juga Teachings of Presidents of the Church: Joseph Smith (2007), 270.

  11. “Remarks at Pioneer Day Commemoration Concert,” Ensign, Oktober 2001, 70.

  12. “We Bear Witness of Him,” Ensign, Mei 1998, 4.

  13. Discourses of President Gordon B. Hinckley, Volume 2, 350.

  14. “We Bear Witness of Him,” 4–5.

  15. Teachings of Gordon B. Hinckley, 131.

  16. “Standing Strong and Immovable,” Worldwide Leadership Training Meeting, Januari 10, 2004, 20.

  17. “The Times in Which We Live,” Ensign, November. 2001, 74.

  18. “We Bear Witness of Him,” 5.

  19. “Four B’s for Boys,” Ensign, Nov. 1981, 41; mengutip Markham, “Outwitted,” dalam The Best Loved Poems of the American People, sel. Hazel Felleman (1936), 67.

  20. “Setiap Orang Menjadi Orang yang Lebih Baik,” Ensign atau Liahona, November 2002, 100.

  21. “Fajar yang Cerah Cemerlang,” Ensign atau Liahona, Mei 2004, 83–84.

  22. Doa pengudusan untuk Pusat Konferensi, dalam “This Great Millennial Year,” Ensign, November 2000, 71.