Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 16: ‘Agar Kita Boleh Menjadi Satu’


Bab 16

“Agar Kita Boleh Menjadi Satu”

“Suara Yang Mahakuasa memanggil kita keluar dari tengah kekacauan … untuk membentuk suatu persatuan dan suatu persaudaraan yang indah, yang di dalamnya kita hendaknya saling mengasihi seperti kita mengasihi diri kita sendiri.”

Dari Kehidupan Lorenzo Snow

Sebelum para Orang Suci dihalau dari Nauvoo, para Pembesar Umum yang memimpin bertemu di bait suci. Mereka membuat perjanjian bahwa mereka “tidak akan pernah menghentikan pengerahan upaya [mereka], melalui semua sarana dan pengaruh dalam jangkauan [mereka], sampai semua Orang Suci yang dipaksa untuk meninggalkan Nauvoo akan ditempatkan di suatu tempat pengumpulan para Orang Suci.”1 Bertekad untuk menaati perjanjian ini, Presiden Brigham Young membentuk Dana-tetap Emigrasi pada tahun 1849. Dalam program ini, Gereja meminjamkan uang kepada para Orang Suci yang beremigrasi dengan pemahaman bahwa orang-orang itu akan membayar kembali pinjaman mereka setelah mereka tiba di Utah dan menemukan pekerjaan.

Presiden Young memanggil Penatua Lorenzo Snow dan yang lainnya untuk menggalang dana bagi upaya ini. Sulit bagi Penatua Snow untuk meminta dari para Orang Suci sumbangan—mereka sendiri miskin, setelah dihalau dari tempat ke tempat sebelum bermukim di Lembah Salt Lake. Dia menulis dalam jurnalnya, “Dalam melaksanakan misi mengumpulkan uang dari para Orang Suci yang, setelah dirampok dan dijarah, melakukan perjalanan lebih dari seribu mil [1.600 km], dan baru bermukim di area yang tidak berair, yang telantar dari ‘Gurun Amerika’ yang luas, saya mendapati diri saya dilantik ke dalam urusan yang sulit. Dengan sangat sedikit pengecualian, orang-orang memiliki sangat sedikit, atau tidak ada apa pun yang kemungkinan dapat mereka berikan.” Meskipun demikian, ke mana pun Penatua Snow pergi, orang-orang memberikan semua yang dapat mereka berikan. Dia melaporkan: “Upaya dan kerelaan, di mana pun dinyatakan, untuk menambahkan dengan susah payah sebagian dari yang sedikit—perasaan kemurahan hati dan kebesaran jiwa, yang di mana pun saya temui di tengah-tengah kemiskinan, salam yang hangat dari hati yang saya terima bahkan dimana umumnya kepapaan yang ditemukan, memenuhi hati saya dengan sukacita yang amat besar. Seorang pria bersikeras agar saya hendaknya mengambil satu-satunya sapi miliknya, dengan mengatakan bahwa Tuhan telah membebaskannya dan memberkatinya sewaktu meninggalkan negeri asalnya dan datang ke suatu tanah kedamaian; dan dengan memberikan satu-satunya sapi miliknya, dia merasa bahwa dia hanya akan melakukan apa yang dituntut oleh kewajiban, dan apa yang akan dia harapkan dari orang lain, jika situasinya dibalik.”

Setelah mengumpulkan sumbangan di Utah sebelah utara, Penatua Snow mengamati, “Hati para Orang Suci terbuka, dan, dengan mempertimbangkan keadaan mereka, mereka menyumbang dengan murah hati dan sangat berlimpah, dan tanpa perlu saya katakan lagi, dengan riang.”2

Walaupun umat tersebut memiliki sedikit untuk diberikan secara individu, upaya bersatu mereka memberkati banyak jiwa. Dana-tetap Emigrasi meluas melampaui tujuan aslinya, menolong lebih banyak daripada sekadar anggota Gereja yang tadinya berada di Nauvoo. Itu berlanjut selama 38 tahun, menolong puluhan ribu orang yang insaf dari banyak negeri berkumpul dengan sesama Orang Suci [lihat saran 1 pada halaman 235].

Ajaran-Ajaran Lorenzo Snow

Ketika kita bersatu dalam Injil, Tuhan memperlihatkan kepada dunia karakter-Nya melalui kita.

Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar mereka yang Dia telah diberikan kepada-Nya dari dunia boleh menjadi satu seperti Dia dan Bapa adalah satu, dan Dia berfirman, Aku memohon agar Engkau akan memberikan kepada mereka kasih yang sama yang Engkau miliki bagi-Ku, agar Aku boleh berada di dalam diri mereka dan Engkau di dalam diri-Ku, agar semua boleh menjadi satu. Ada sesuatu yang sangat penting dalam hal ini, dan kita harus melatih diri kita sampai kita menjadi seperti Bapa dan Putra, satu dalam segala hal.3

Dari ayat-ayat yang telah saya baca [Yohanes 17:19–21] pentingnya dan perlunya para Rasul bersatu, diperlihatkan, agar tujuan-tujuan Tuhan bisa efektif di dunia. Karena kecuali para Rasul dan mereka yang percaya kepada mereka bersatu, dunia tidak dapat percaya pada misi dan tujuan Juruselamat. Oleh karena itu Yesus berdoa kepada Bapa agar mereka semua yang telah diberikan oleh Bapa kepada-Nya boleh menjadi satu seperti Dia dan Bapa adalah satu, agar dunia boleh percaya bahwa Bapa telah mengutus-Nya. Sesungguhnya inilah yang Tuhan rancang untuk terjadi melalui Israel dalam membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir; Dia ingin menjadikan mereka suatu umat yang bersatu, suatu bangsa yang istimewa, suatu bangsa dari umat yang dapat Allah hormati dan hargai agar dunia boleh percaya, dan agar mereka boleh menerima berkat-berkat yang Dia inginkan untuk limpahkan ke atas mereka, karena ras umat manusia semuanya adalah anak keturunan Allah; dan jika Israel telah melaksanakan persyaratan-Nya, dunia, tak diragukan akan amat memperoleh manfaat darinya, dan tujuan-tujuan Allah lebih sepenuhnya terdampak. Tuhan ingin memperlihatkan karakter-Nya, dan karakter surga, serta ingin menyampaikan kasih dan berkat-berkat-Nya melalui Israel kepada seluruh keluarga umat manusia; tetapi Israel tidak patuh dan tidak mau menyimak suara-Nya .…

Jika kita mengalami perpecahan di tengah-tengah kita; jika terpecah-pecah apakah secara rohani maupun duniawi, kita tidak pernah dapat menjadi umat sebagaimana yang Allah rancang bagi kita, tidak juga kita pernah dapat menjadi alat dalam tangan-Nya untuk menjadikan dunia percaya bahwa Imamat kudus telah dipulihkan, dan bahwa kita memiliki Injil yang abadi. Agar kita mendampakkan tujuan Allah kita akan harus melakukan seperti yang telah Yesus lakukan—menyepadankan kehendak individu kita pada kehendak Allah, bukan hanya dalam satu hal, tetapi dalam segala hal, dan untuk hidup sedemikian rupa sehingga kehendak Allah akan berada dalam diri kita4 [lihat saran 2 pada halaman 235].

Kesatuan adalah penting dalam Gereja dan dalam keluarga kita.

Seharusnya ada persatuan yang lebih besar di tengah-tengah kita daripada yang kita temukan dewasa ini. Ada persatuan yang sempurna dalam kuorum Dua Belas. Bukankah seharusnya ada persatuan yang sempurna dalam kuorum itu? Dapat dipastikan, setiap orang akan mengatakan Ya, persatuan yang sempurna dalam kuorum Dua Belas Rasul .… Dan juga ada persatuan yang sempurna dengan Presidensi Utama, dan bukankah seharusnya ada? Setiap orang akan mengatakan, tentunya, seharusnya ada. Dan bukankah seharusnya ada persatuan yang sempurna dengan ketujuh presiden dari Tujuh Puluh? Dapat dipastikan seharusnya ada; kita semua mengatakan Ya. Bukankah seharusnya ada persatuan yang sempurna dengan Dewan Tinggi dari berbagai Pasak Sion? Tentunya seharusnya ada, dan ada cara untuk mencapai persatuan itu. Dan cara yang sama dengan berbagai organisasi dan kuorum. Bukankah seharusnya ada persatuan yang sempurna dengan para presidensi Pasak? Tentunya, dan jika saya adalah seorang presiden Pasak, saya tidak akan beristirahat siang atau malam sampai saya memiliki persatuan dengan para penasihat saya. Bukankah seharusnya ada persatuan dengan Uskup dan para Penasihatnya? Dapat dipastikan seharusnya ada.

Nah, apa yang lebih penting? Bukankah seharusnya ada persatuan dalam keluarga? … Dapat dipastikan seharusnya ada. Dan mengapa pria siapa pun hendaknya merasa puas, mengapa hendaknya suami dan ayah siapa pun dari sebuah keluarga merasa puas sampai dia membawa persatuan yang sempurna, yaitu, sejauh persatuan yang sempurna dapat dicapai? Dan dalam masalah ini ayah hendaknya menjadikan dirinya sendiri sesempurna sebagaimana seorang pria dapat dalam kehidupan ini dijadikan sempurna di hadapan keluarganya. Dan istri hendaknya menjadikan dirinya sendiri sesempurna sebagaimana yang seorang wanita kemungkinan dapat lakukan dalam kehidupan ini. Dan kemudian mereka siap untuk menjadikan anak-anak mereka sesempurna sebagaimana mereka bersedia dan mampu dijadikan sempurna. Dan ayah serta ibu hendaknya sangat berhati-hati. Istri hendaknya jangan pernah di hadapan anak-anaknya berbicara dengan tidak hormat tentang suaminya. Jika dia berpikir suaminya telah melakukan kekeliruan (dia mungkin telah melakukannya), dia hendaknya jangan pernah berbicara tentang hal itu di hadapan anak-anak-nya. Dia hendaknya membawa suaminya keluar dari hadapan anak-anaknya dan di sana memberi tahu dia akan kesalahannya, dengan cara yang menyenangkan, tetapi jangan pernah di hadapan anak-anak berbicara dengan tidak hormat tentang ayahnya. Dan ayah juga sama. Dia tidak memiliki hak untuk berbicara dengan tidak hormat tentang istrinya di hadapan anak-anak. Dan saya memohon kepada Allah untuk memberikan kepada suami dan istri roh dan pemahaman untuk mengoreksi diri mereka sendiri dalam masalah seperti itu. Saya tahu bahwa banyak kesulitan besar yang sekarang tampak, dan ketidakhormatan yang kita temukan berkaitan dengan Imamat, di antara kaum muda, muncul dari kenyataan ini, bahwa telah ada kesulitan-kesulitan di dalam lingkaran rumah tangga, dan telah ada ketidakhormatan diekspresikan di hadapan mereka, tentang ayah oleh ibu, atau tentang ibu oleh ayah. Sekarang, saya tahu hal-hal ini demikian adanya5 [lihat saran 3 pada halaman 235].

Kita menjadi bersatu sewaktu kita saling menolong memastikan adanya kedamaian dan kebahagiaan.

Kita berbicara cukup banyak perihal asas mengasihi sesama kita seperti halnya kita mengasihi diri kita sendiri; kita berbicara tentangnya dan kita terkadang berpikir tentang hal itu, tetapi seberapa banyak kita benar-benar masuk ke dalam semangat dari hal-hal ini, dan melihat bahwa kesulitan berada di dalam diri kita sendiri? Kita harus memahami bahwa kita harus bertindak atas asas-asas tertentu yang dengannya kita dapat mengikatkan diri kita bersama sebagai suatu umat, mengikat perasaan kita bersama agar kita boleh menjadi satu, dan ini tidak pernah dapat dicapai kecuali hal-hal tertentu dilakukan, dan hal-hal yang menuntut pengerahan upaya dari pihak kita.

Bagaimana Anda akan bekerja untuk mengikatkan diri Anda bersama? Bagaimana seseorang akan bekerja untuk mempersatukan dirinya dengan sesamanya? Jika dua orang bersekutu bersama yang tidak pernah kenal, bagaimana mereka akan bekerja untuk memastikan adanya persahabatan satu sama lain, keterikatan dan kasih sayang satu terhadap yang lain? Nah, sesuatu harus dilakukan, dan itu bukan oleh satu pihak saja, tetapi akan harus dilakukan oleh yang satu seperti halnya oleh yang lain. Tidak akan pantas bagi yang satu untuk melakukan urusan itu sendirian; tidak akan patut bagi yang satu untuk menjawab perasaan itu dan melakukan pekerjaan itu sendiri, tetapi agar menjadi bagaikan satu dalam perasaan dan kasih sayang mereka—tindakan dari keduanya akan diperlukan .…

… Sesuatu harus dilakukan oleh [masing-masing] pihak untuk memastikan adanya persahabatan satu sama lain dan untuk mengikat kita bersama sebagai sebuah komunitas .…

… Biarlah pikiran Anda diperluas untuk memahami dan mengurus kepentingan teman-teman Anda yang berada di sekitar Anda, dan dimana itu berada dalam kuasa Anda untuk memastikan adanya manfaat bagi teman-teman Anda lakukanlah itu, dan dalam melakukan demikian Anda akan menemukan bahwa hal-hal itu yang Anda perlukan akan datang ke dalam tangan Anda lebih cepat daripada jika Anda bekerja sepenuhnya untuk memastikannya bagi diri Anda sendiri terlepas dari memerhatikan kepentingan teman-teman Anda. Saya tahu ini adalah asas yang baik dan penting ….

… Kita harus mengetahui bahwa adalah urusan kita untuk belajar memastikan adanya kedamaian dan kebahagiaan dari mereka yang berada di sekitar kita, dan tidak pernah mengambil langkah yang menginjak-injak perasaan dan hak dari sesama kita. Biarlah seseorang pergi dan menginjak-injak hak-hak dari seorang brother dan berapa lama akan diperlukannya untuk menghancurkan perasaan percaya itu yang telah sebelumnya ada di antara mereka? Dan ketika sekali saja dihancurkan berapa lama akan diperlukan untuk membina perasaan itu yang suatu kali pernah ada di antara mereka? Itu akan memerlukan waktu yang lama. Pada inilah kita harus mengarahkan mata kita; saya merasa itu demikian; dalam semua pemikiran kita, dalam segala pergerakan kita dan dalam meditasi pribadi kita, kita ingin membiarkan pikiran kita memikirkan kepentingan dari semua di sekitar; dan mempertimbangkan bahwa mereka memiliki hak dan hak istimewa seperti halnya diri kita sendiri; kita seharusnya memiliki ini secara teguh terbentuk dalam benak kita.

Sekarang Anda ambillah seseorang yang secara berkelanjutan mengurus kepentingan orang-orang di sekitarnya, dan biarkan dia merasa perlu memberkati apa pun dan segala sesuatu kepunyaan para saudaranya, dan dia akan dengan cara ini membina kebahagiaan dalam dirinya sendiri dan di sekitar dia. Biarkan seseorang mengambil jalan yang berlawanan dan alih-alih memberkati serta bekerja untuk manfaat orang lain, mencari-cari kesalahan dan meruntuhkan mereka, akankah dia membuat perbaikan yang sama? Pastilah tidak.

… Jika kita merasa bahwa adalah kewajiban kita untuk pergi bekerja dengan lebih berambisi daripada yang telah kita lakukan untuk memastikan adanya kepercayaan, kita akan melangkah jika itu ada dalam kuasa kita untuk menghasilkan berkat-berkat duniawi dan kemurahan hati untuk memastikan adanya persahabatan dari orang-orang di sekitar kita. Dengan cara ini dan bukan dengan cara lain kita dapat terikat bersama dan menyatakan bahwa kita memiliki perasaan baik hati dan persaudaraan.—Kita harus menunjukkan perasaan ini melalui pekerjaan kita … alih-alih menjabat tangan seseorang dan mengatakan semoga Allah memberkati Anda teman saya yang baik, dan hari berikutnya tidak memberikan perhatian pada apa yang sebelumnya telah kita katakan melainkan menginjak-injak perasaan terbaiknya.6

Ketika seorang pria tidak bersedia untuk berkurban demi manfaat para saudaranya, dan ketika dia tahu bahwa dia bersalah atas perasaan para saudaranya, …. pria itu tidaklah benar di hadapan Tuhan, dan di manakah kasih dari individu itu bagi saudaranya?

Ketika seorang brother tidak bersedia untuk menderita bagi saudaranya, bagaimana itu dalam kuasanya untuk menyatakan bahwa dia memiliki kasih bagi saudaranya? Saya beri tahu Anda adalah dalam kebodohan dan kelemahan kita maka kita tidak mau menanggung bersama para saudara kita, tetapi jika mereka melanggar hak-hak kita, kita langsung menuntut balas, dan jika mereka menginjak jari kaki kita, kita langsung melompat ke atas jari kaki mereka .… Ketika saya melihat seorang brother yang telah disakiti perasaannya, dan kemudian dia berbalik dan menyerang orang yang bersalah itu, maka saya katakan betapa jauhnya brother itu dari jalan kewajibannya, dan saya katakan kepadanya Anda harus belajar mengendalikan diri Anda atau Anda tidak akan pernah diselamatkan dalam kerajaan Allah.7

Saya akan membaca beberapa alinea dalam Kitab Ajaran dan Perjanjian:

“Para murid-Ku, pada zaman dahulu, mencari kesempatan menentang satu sama lain dan tidak mengampuni satu sama lain dalam hati mereka; dan untuk kejahatan ini mereka disengsarakan dan dengan parah didera;

Karenanya, Aku berfirman kepadamu, bahwa kamu seharusnya mengampuni satu sama lain; karena dia yang tidak mengampuni saudaranya akan pelanggarannya berdiri terhukum di hadapan Tuhan; karena ada tinggal dalam dirinya dosa yang lebih besar.” [A&P 64:8–9] ….

Sebagaimana saya baca disini, ada satu hal yang para murid Juruselamat tidak capai—mereka tidak berhasil dalam membina persatuan roh dan perasaan itu yang mereka seharusnya telah miliki, dan Tuhan mendera mereka karena hal itu. Tuhan menuntut agar manusia hendaknya saling mengampuni, bahkan tujuh puluh kali tujuh. Dan bahkan jika pihak itu tidak minta pengampunan, kita harus mengampuni .… Dia yang tidak mengampuni saudaranya, kita diberi tahu, ada tinggal di dalam dirinya dosa yang lebih besar—yaitu, dialah pendosa yang lebih besar daripada orang yang bersalah kepadanya. Tuhan menuntut kita untuk mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri—suatu masalah yang sulit dalam banyak keadaan; tetapi kita akan harus meraih titik kesempurnaan itu, dan kita akan meraihnya8 [lihat saran 4 pada halaman 235].

Sewaktu kita menjadi bersatu dalam Injil, kita meningkat dalam terang dan kecerdasan serta bersiap untuk berdiam di hadirat Allah.

Kita hendaknya terikat bersama dan bertindak seperti Daud dan Yonatan yang memiliki satu hati [lihat 1 Samuel 18:1], dan lebih suka membiarkan lengan kita terpotong dari tubuh kita daripada menyakiti satu sama lain. Betapa kita akan menjadi suatu umat yang besar jika kita berada dalam kondisi ini, dan kita harus mencapainya, bagaimanapun sedikitnya perasaan persahabatan yang mungkin telah kita jalankan pada waktu sekarang. Saya hanya dapat memberi tahu Anda bahwa harinya akan datang ketika kita harus menjadi bersatu dengan cara ini jika kita ingin pernah melihat hadirat Allah. Kita akan harus belajar untuk mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Kita harus mencapai ini, bagaimanapun jauhnya kita berada darinya pada waktu sekarang, namun tidak masalah, kita harus mempelajari asas-asas ini dan membinanya dalam dada kita. Sekarang, ini dapat saya lihat dengan jelas, dan itulah alasan mengapa saya berbicara tentang masalah-masalah ini dalam gaya yang saya gunakan, karena saya berkeinginan untuk menanamnya dalam benak para Orang Suci, dan untuk memiliki hal-hal ini di antara perasaan sehari-hari mereka.9

Suara Yang Mahakuasa memanggil kita keluar dari tengah kekacauan, yang adalah Babilon, untuk membentuk suatu persatuan dan suatu persaudaraan yang indah, yang di dalamnya kita hendaknya saling mengasihi seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Ketika kita menyimpang dari tujuan ini, Roh Allah menarik diri dari kita sampai sejauh penyimpangan itu. Tetapi jika kita melanjutkan dalam tingkat perjanjian-perjanjian itu yang kita buat ketika kita menerima Injil, ada peningkatan yang sebanding dari terang dan kecerdasan, dan ada persiapan yang kuat untuk apa yang akan datang. Dan karena kesetiaan kita dan ketaatan kita pada perjanjian-perjanjian yang telah kita buat, landasan yang di atasnya kita berdiri menjadi seperti tiang-tiang langit—tak tergoyahkan10 [lihat saran 5 pada halaman 236].

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertimbangkan gagasan-gagasan ini sewaktu Anda menelaah bab ini atau sewaktu Anda bersiap untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–x.

  1. Tiliklah kembali pengalaman Lorenzo Snow dengan Dana Tetap Emigrasi (halaman 225, 227). Di Gereja dewasa ini, kesempatan apa yang kita miliki untuk memberikan uang atau harta benda untuk menolong orang lain? Dengan cara apa upaya ini dapat menolong kita menjadi satu?

  2. Renungkan ajaran-ajaran Presiden Snow tentang mengapa Tuhan ingin kita bersatu (halaman 227–228). Mengapa menurut Anda orang lain akan lebih mungkin untuk memperoleh kesaksian tentang Tuhan dan Gereja-Nya yang dipulihkan ketika mereka melihat bahwa kita bersatu? Bagaimana perasaan mereka mungkin berubah jika mereka melihat bahwa kita terbelah?

  3. Periksalah bagian yang dimulai pada halaman 229. Bagaimana nasihat ini berlaku di rumah tangga kita? Pertimbangkan apa yang dapat Anda lakukan untuk mendorong lebih banyak kesatuan dalam hubungan keluarga Anda.

  4. Bagaimana kita dapat mengalami kesatuan dalam Lembaga Pertolongan atau kuorum imamat kita, bahkan ketika kita memiliki minat dan gagasan yang berbeda? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 230–234). Dengan cara apa Anda telah memperoleh manfaat dari kesatuan dalam keluarga Anda? Di Gereja? Di masyarakat?

  5. Mengapa Anda berpikir saling mengasihi dapat menjadikan kita “suatu umat yang besar”? Bagaimana kasih bagi orang lain memengaruhi cara kita hidup? Sewaktu Anda merenungkan atau membahas pertanyaan-pertanyaan ini, tiliklah kembali dua alinea terakhir di dalam bab (halaman 234–235).

Tulisan Suci Terkait: Mazmur 133; Yohanes 13:34–35; Roma 12:5; Mosia 18:21; 4 Nefi 1:15–17; A&P 51:9; Musa 7:18

Bantuan Pengajaran: “Kuasa pengajaran Injil yang paling tinggi, meyakinkan dan menginsafkan dinyatakan sewaktu seorang guru yang terilhami mengatakan, ‘Saya tahu melalui kuasa Roh Kudus, melalui wahyu-wahyu dari Roh Suci ke dalam jiwa saya, bahwa ajaran yang saya ajarkan adalah benar’” (Bruce R. McConkie, dikutip dalam Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia, 43).

Catatan

  1. Dikutip dalam Brigham Young, Heber C. Kimball, dan Willard Richards, “Important from Salt Lake City,” Millennial Star, 15 April 1850, 120; lihat juga Eliza R. Snow Smith, Biography and Family Record of Lorenzo Snow (1884), 107.

  2. Dalam Biography and Family Record of Lorenzo Snow, 108.

  3. Deseret News, 14 Januari 1857, 355.

  4. Deseret News: Semi-Weekly, 23 Januari 1883, 1.

  5. Dalam Conference Report, Oktober 1897, 32–33.

  6. Deseret News, 11 Maret 1857, 3–4; dalam sumber aslinya, halaman 3 secara keliru diberi label sebagai halaman 419.

  7. Deseret News, 14 Januari 1857, 355.

  8. Dalam Conference Report, April 1898, 61, 63.

  9. Deseret News, 11 Maret 1857, 4.

  10. Deseret Semi-Weekly News, 4 Juni 1889, 4.

Sebelum para Orang Suci meninggalkan Nauvoo, para pemimpin imamat membuat perjanjian untuk menolong semua Orang Suci yang ingin bergabung dalam emigrasi itu.

“Bukankah seharusnya ada persatuan dalam keluarga? … Dapat dipastikan seharusnya ada.”