Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 2: Pembaptisan dan Karunia Roh Kudus


Bab 2

Pembaptisan dan Karunia Roh Kudus

“Ini … adalah tata tertib Injil pada zaman para rasul, kepercayaan kepada Yesus Kristus, pertobatan, pembaptisan melalui pencelupan untuk pengampunan akan dosa-dosa, dan penumpangan tangan untuk penerimaan Roh Kudus. Ketika tata tertib ini dipahami dan secara tepat dilaksanakan, kuasa, karunia, berkat, dan kesempatan istimewa yang mulia mengikuti dengan segera.”

Dari Kehidupan Lorenzo Snow

Bahkan setelah menerima kesaksian bahwa Joseph Smith adalah seorang Nabi Lorenzo Snow bergumul dengan keputusan untuk bergabung dengan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Dia tahu bahwa jika dia menjadi anggota Gereja, dia akan harus meninggalkan beberapa aspirasi duniawinya. Tetapi mengikuti sebuah pengalaman yang dia sebut “pergumulan hati dan jiwa yang paling hebat” dari dirinya, dia sepakat untuk dibaptis. Dia menuturkan kembali, “Melalui pertolongan Tuhan—karena saya merasa yakin Dia mestilah telah menolong saya—saya meletakkan kesombongan, ambisi dan aspirasi duniawi saya di atas altar, dan, rendah hati seperti seorang anak, pergi ke air pembaptisan, serta menerima tata cara-tata cara Injil .… Saya menerima pembaptisan dan tata cara penumpangan tangan oleh seseorang yang mengaku memiliki wewenang ilahi.”1

Setelah dia menerima berkat ini bagi dirinya sendiri, dia bersemangat untuk membagikannya bersama orang lain. Dalam sepucuk surat yang dia tulis sebagai misionaris di Italia, dia berkata, “Di sebagian besar negara pembukaan pintu kerajaan Allah telah disertai dengan banyak masalah dan kegelisahan. Tidaklah sedikit dari ini telah jatuh menjadi bagian kami. Oleh karena itu, dengan berlimpah kesenangan, saya turun ke dalam air dengan calon pertama untuk kehidupan kekal. Tidak pernah bagi kami terdengar begitu manisnya bahasa Italia seperti pada waktu yang menarik ini, ketika saya melaksanakan tata cara sakral ini, dan membuka pintu yang tak seorang pun dapat tutup2 [lihat saran 1 pada halaman 65].

Ajaran-Ajaran Lorenzo Snow

Kita menerima berkat-berkat dari Allah ketika kita mengikuti asas-asas yang telah Dia tegakkan.

Ada asas-asas tertentu yang ditegakkan oleh Allah, yang dipahami dan ditaati, akan menempatkan manusia dalam kepemilikan atas pengetahuan rohani, karunia, dan berkat. Pada masa awal dunia, juga pada zaman para rasul, orang-orang datang ke dalam kepemilikan kuasa rohani dan berbagai kesempatan istimewa dengan mendapatkan pemahaman tentang dan melaksanakan dengan setia peraturan-peraturan tertentu yang Tuhan tegakkan. Misalnya, Abel, salah seorang putra Adam, mendapatkan informasi bahwa mempersembahkan kurban adalah tata tertib yang ditegakkan oleh Allah, yang melaluinya manusia boleh menerima berkat-berkat, dia menetapkan dirinya sendiri untuk bekerja, menaati tata tertib tersebut, melaksanakan pengurbanan, yang melaluinya dia mendapatkan pernyataan-pernyataan mulia dari Yang Mahatinggi [lihat Kejadian 4:4; Ibrani 11:4].

Sekali lagi, ketika orang-orang yang hidup sebelum air bah yang dahsyat telah mencemarkan diri mereka sendiri, dan waktunya tiba ketika penghancuran datang ke atas diri mereka, Tuhan mengungkapkan sebuah jalan yang melaluinya orang-orang saleh boleh meloloskan diri; sesuai dengan itu, semua yang memahami dan menaati jalan itu pasti akan mewujudkan berkat yang dijanjikan [lihat Kejadian 6–8].

Yosua, sebelum mendapatkan kepemilikan atas Yerikho, harus menjalankan langkah-langkah tertentu yang ditetapkan oleh Allah. Langkah-langkah ini setelah secara tepat diambil, menurut perintah, sasaran itu dengan segera jatuh ke dalam kepemilikannya [lihat Yosua 6].

Contoh lainnya: perkara Naaman, panglima bala tentara Asiria;—tampaknya, terserang penyakit kusta dan mendengar tentang Elisa, sang Nabi, dia mengajukan permohonan kepadanya untuk penyingkiran dari kesengsaraan itu. Sang nabi, memiliki Roh Kudus bersamanya, yang [menyampaikan] Pikiran Allah, memberi tahu dia bahwa dengan membasuh di Perairan Yordan tujuh kali, dia bisa dipulihkan. Pada mulanya, Naaman berpikir ini terlalu amat sederhana dan menjadi tidak senang serta berkeinginan untuk tidak memenuhinya—untuk tidak menggunakan sarana yang begitu sederhana. Meskipun demikian, setelah lebih banyak pertimbangan yang memadai, merendahkan hatinya sendiri, dia pergi mematuhi peraturan tersebut; lalu tengoklah! berkatnya secara langsung mengikuti [lihat 2 Raja-Raja 5:1–14] ….

Ketika dispensasi Injil diperkenalkan, karunia dan berkat didapatkan berdasarkan asas-asas yang serupa; yaitu, berdasarkan kepatuhan pada peraturan-peraturan tertentu yang telah ditegakkan. Tuhan masih menetapkan tindakan-tindakan tertentu, dengan menjanjikan kepada mereka semua yang mau melakukannya, kesempatan istimewa tertentu yang khas; dan ketika tindakan-tindakan itu dilaksanakan—ditaati dalam setiap perinciannya—kemudian berkat-berkat yang dijanjikan itu pasti akan diwujudkan.3

Tata cara-tata cara lahiriah berupa pembaptisan dan pengukuhan secara tak terpisahkan berhubungan dengan pekerjaan batiniah dari iman dan pertobatan.

Sebagian orang dengan sia-sia membayangkan bahwa di bawah dispensasi Injil, karunia dan berkat didapatkan bukan melalui ketaatan lahiriah, atau pekerjaan lahiriah, tetapi sekadar melalui iman dan pertobatan, melalui operasi secara mental, terlepas dari jasmani. Tetapi, mengesampingkan tradisi, takhayul, dan pernyataan kepercayaan manusia, kita akan melihat pada firman Allah, dimana kita akan menemukan bahwa pekerjaan lahiriah, atau tata cara lahiriah, di bawah dispensasi Injil, secara tak terpisahkan berhubungan dengan pekerjaan batiniah, dengan iman dan pertobatan. Sebagai bukti tentang ini, saya memperkenalkan pengamatan berikut:—

Juruselamat berfirman, “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” [Lukas 6:46]. Sekali lagi; Dia berfirman, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” [lihat Matius 7:24]. Dan, “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan [Markus 16:16]. Demikian juga, Dia berfirman, “Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” [Yohanes 3:5]. Perkataan Juruselamat kita ini menuntut manusia untuk melaksanakan pekerjaan lahiriah untuk menerima keselamatan mereka.

Pada hari Pentakosta, Petrus berkata, kepada khalayak ramai sekelilingnya, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” [lihat Kisah Para Rasul 2:38]. Dalam pernyataan kenabian ini, kita belajar bahwa orang harus melaksanakan pekerjaan lahiriah, pembaptisan dalam air, supaya mereka boleh menerima pengampunan akan dosa-dosa, dan sesudahnya karunia Roh Kudus. Tetapi, sebelum melaksanakan pekerjaan lahiriah, pekerjaan batiniah harus dilaksanakan—iman dan pertobatan. Iman dan pertobatan datang sebelum pembaptisan; dan pembaptisan sebelum pengampunan akan dosa-dosa serta penerimaan Roh Kudus .…

Sebagian orang menganggapnya keliru memasukkan pembaptisan di antara asas-asas yang penting yang ditetapkan oleh Allah, harus dilaksanakan untuk mendapatkan pengampunan akan dosa-dosa. Sebagai jawaban, kami katakan bahwa Juruselamat dan para rasul telah melakukannya sebelum kita; oleh karena itu, kami merasa berkewajiban untuk mengikuti teladan mereka .… Pembaptisan … kini menjauhkan jiwa kita dari dosa dan pencemaran, melalui iman pada pendamaian yang agung .…

Secara gamblang dinyatakan bahwa pekerjaan lahiriah mestilah diperhatikan, seperti halnya iman dan pertobatan, untuk menerima hak-hak istimewa Injil4 [lihat saran 2 pada halaman 65].

Pembaptisan dilaksanakan melalui pencelupan, dan karunia Roh Kudus dilimpahkan melalui penumpangan tangan.

Pembaptisan dalam air, yang menjadi bagian dari Injil Kristus, kita oleh karena itu memerhatikan bahwa para hamba Allah pada masa awal sangat berhati-hati dalam melakukan pelaksanaannya .…

Kita sekarang akan meluangkan sesaat dalam ikhtiar untuk mendapatkan pandangan yang tepat dari metode yang dengannya pembaptisan dilaksanakan. Amatlah jelas bahwa hanya ada satu cara atau metode yang dengannya tata cara ini harus dilaksanakan, dan metode itu dijelaskan kepada para rasul dan dianut dengan saksama dalam segala pelaksanaan mereka. Supaya kita boleh mendapatkan pengertian yang benar tentang topik bahasan ini, akanlah perlu untuk merujuk pada keadaan ketika pembaptisan dilaksanakan.

Dikatakan tentang Yohanes [Pembaptis] bahwa dia membaptis di Ainon, karena di sana ada banyak air [lihat Yohanes 3:23]; lalu jika pemercikan telah menjadi aturannya, kita hampir tidak dapat mengira dia akan pergi ke Ainon, karena ada banyak air di tempat itu, karena air yang sangat sedikit, sesungguhnya, telah dapat memerciki seluruh Yudea, yang dapat dia peroleh tanpa melakukan perjalanan ke Ainon. Kita diberi tahu, juga, bahwa dia membaptis di Yordan, dan bahwa setelah tata cara dilaksanakan terhadap Juruselamat kita, dia keluar dari air, secara lugas menandakan bahwa dia telah turun ke dalam air, supaya tata cara tersebut boleh dilaksanakan dengan cara yang tepat [lihat Matius 3:16]. Sekali lagi; diceritakan tentang sida-sida, bahwa dia turun ke dalam air bersama Filipus, dan kemudian keluar dari air [lihat Kisah Para Rasul 8:26–38]; sekarang, mestilah diakui oleh setiap orang yang menuntut memiliki akal sehat dan konsistensi bahwa jika pemercikan sedikit air pada dahi memenuhi tujuan itu, maka orang-orang itu tidak pernah akan pergi ke dalam air untuk menerima tata cara itu. Paulus, saat menulis kepada para orang suci, memberi kita sebuah kesaksian yang gamblang yang berpihak pada pencelupan .… Rasul itu menyatakan bahwa para orang suci telah dikuburkan bersama Kristus melalui pembaptisan [lihat Roma 6:4; Kolose 2:12].

Secara gamblang terbukti mereka tidak dapat dikuburkan melalui pembaptisan tanpa seutuhnya dibenamkan atau tertutup dalam air. Sebuah objek tidak dapat dikatakan dikuburkan ketika bagian mana pun darinya tetap tak tertutupi; demikian juga, seseorang tidak dikuburkan dalam air melalui pembaptisan kecuali keseluruhan orangnya ditempatkan ke dalam habitat air. Penjelasan dari rasul ini tentang metode pembaptisan secara sangat indah sesuai dengan yang diberikan oleh Juruselamat kita, Jika seseorang tidak dilahirkan dari air, dan sebagainya. Dilahirkan dari suatu benda menandakan ditempatkan dalam benda itu; dan muncul, atau keluar darinya, dilahirkan dari air, juga harus menandakan ditempatkan dalam rahim air dan dimunculkan kembali.

Saya percaya cukup telah dikatakan untuk meyakinkan setiap pikiran yang masuk akal dan tak berprasangka bahwa pencelupan adalah metode yang dengannya tata cara pembaptisan dilaksanakan pada masa awal Kekristenan, ketika Injil dipermaklumkan dalam kemurnian dan kegenapannya, oleh karena itu, saya akan menutup pengamatan saya tentang pokok ini.

Kita belajar dari [pasal] ke-6 dari Ibrani bahwa penumpangan tangan diperinci di antara asas-asas Injil. Dikenal oleh semua orang bahwa tata cara ini, seperti halnya pembaptisan untuk pengampunan akan dosa-dosa, dengan pencelupan, cukup diabaikan pada zaman sekarang dalam gereja-gereja Kristen; sedikit ulasan, oleh karena itu, tentang subjek ini, saya harap, akan terbukti bermanfaat. Kita memiliki beberapa contoh tentang Kristus menumpangkan tangan-Nya ke atas yang sakit dan menyembuhkan mereka; dan dengan pemberian kewenangan-Nya kepada para rasul, pasal terakhir dari Markus, Dia berfirman, “Tanda-tanda ini akan menyertai mereka yang percaya; mereka akan menumpangkan tangan ke atas yang sakit, dan mereka akan sembuh, dan sebagainya”. Ananias menumpangkan tangannya ke atas Saul, yang dengan segera menerima penglihatannya setelah tata cara ini dilaksanakan [lihat Kisah Para Rasul 9:17–18]. Paulus, ketika terdampar ke Pulau Malta, menumpangkan tangannya ke atas ayah Publius, gubernur pulau itu, dan menyembuhkannya dari demam [lihat Kisah Para Rasul 28:8]. Sedikit ulasan ini memperlihatkan secara jelas bahwa penumpangan tangan telah ditetapkan oleh Allah untuk menjadi suatu [sarana] yang melaluinya berkat-berkat surgawi boleh didapatkan.

Walaupun penyembuhan orang sakit berhubungan dengan pelaksanaan tata cara ini, namun, ketika kita telaah pokok bahasan ini lebih lanjut, kita akan menemukan bahwa sebuah berkat yang masih lebih besar lagi berhubungan dengan tata cara ini. Kita diberi tahu, di Kota Samaria, para pria dan wanita telah dibaptis oleh Filipus, yang menyebabkan kesukacitaan besar pada mereka yang dibaptis. Mereka mungkin bersukacita sebagai akibat telah menerima pengampunan akan dosa-dosa, melalui iman, pertobatan, dan pembaptisan, serta menerima sebagian dari Roh Kudus Allah, yang secara alami mengikuti mereka, setelah mendapatkan jawaban dari suara hati yang baik melalui pengampunan akan dosa-dosa mereka. Melalui bagian dari Roh Kudus ini, yang menjadi kepemilikan mereka, mereka mulai melihat kerajaan Allah. Karena akan diingat kembali bahwa Juruselamat kita telah memaklumkan, “Bahwa tak seorang pun dapat melihat kerajaan Allah, kecuali dia dilahirkan kembali”; dan dalam ayat berikutnya, Dia berfirman, “Dia tidak dapat masuk ke dalamnya, kecuali dia dilahirkan dua kali; pertama dari air, kemudian dari Roh” [lihat Yohanes 3:3–5].

Sekarang, orang-orang di Samaria itu telah dilahirkan dari air—mereka telah menerima kelahiran pertama, oleh karena itu, mereka berada dalam keadaan melihat kerajaan Allah, merenungkan dengan mata iman berbagai berkat, hak istimewa, dan kemuliaannya; tetapi karena mereka belum dilahirkan untuk kedua kalinya, yaitu, dari Roh, mereka belum masuk ke dalam kerajaan Allah—mereka belum menerima kepemilikan atas hak-hak istimewa Injil dalam kegenapannya. Ketika para rasul di Yerusalem mendengar tentang keberhasilan Filipus, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke Samaria, untuk tujuan melaksanakan penumpangan tangan. Sesuai dengan itu, ketika mereka tiba di Samaria, mereka menumpangkan tangan mereka ke atas mereka yang telah dibaptis, dan mereka menerima Roh Kudus [lihat Kisah Para Rasul 8:5–8, 12, 14–17]5 [lihat saran 3 pada halaman 65].

Berkat-berkat pembaptisan dan pengukuhan datang hanya ketika tata cara-tata cara itu dilaksanakan oleh wewenang yang tepat.

Kecuali [tata cara-tata cara] dilaksanakan oleh orang yang dengan sebenarnya diutus oleh Allah, berkat-berkat yang sama tidak akan mengikuti. Para rasul dan tujuh puluh ditahbiskan oleh Yesus Kristus untuk melayani dalam tata cara-tata cara Injil, yang melaluinya karunia dan berkat dunia-dunia kekal akan dinikmati. Oleh sebab itu, Kristus berfirman kepada para rasul, “Dosa-dosa siapa pun yang kamu ampuni, itu akan diampuni; dan dosa-dosa siapa pun yang kamu pertahankan, itu akan dipertahankan” [lihat Yohanes 20:23]: yaitu, setiap orang yang akan datang dalam kerendahan hati, dengan tulus bertobat dari dosa-dosanya, dan menerima pembaptisan dari para rasul akan mendapati dosa-dosanya diampuni melalui darah Pendamaian Yesus Kristus, dan melalui penumpangan tangan hendaknya menerima Roh Kudus; tetapi mereka yang akan menolak menerima tata tertib dari hal-hal ini dari para rasul akan mendapatkan dosa-dosa mereka tetap di atas diri mereka .… Kuasa dan wewenang melaksanakan Injil ini dianugerahkan ke atas orang lain oleh para rasul; sehingga para rasul bukan satu-satunya yang memegang jabatan yang bertanggung jawab ini .… Sekarang, sampai seseorang dapat menemukan yang memegang jabatan seperti ini, seseorang yang memiliki wewenang untuk membaptis dan menumpangkan tangan, tak seorang pun berada di bawah kewajiban apa pun untuk menerima tata cara-tata cara itu, tidak juga dia perlu mengharapkan berkat-berkatnya, kecuali itu telah dilaksanakan secara sah.

… Wewenang untuk melaksanakan tata cara-tata cara Injil [telah] hilang selama berabad-abad .… Gereja yang ditegakkan oleh para rasul secara bertahap jatuh, mengembara ke dalam padang belantara, dan kehilangan wewenangnya, imamatnya, dan menyimpang dari tata tertib Allah, itu kehilangan juga karunia dan kasih karunianya; itu melanggar hukum dan mengubah tata cara Injil; mengubah pencelupan menjadi pemercikan, dan cukup mengabaikan penumpangan tangan; meremehkan nubuat dan tidak percaya pada tanda-tanda ….

Yohanes, dalam Kitab Wahyunya, setelah melihat dan berbicara tentang pengembaraan gereja ke dalam kegelapan, … berbicara, dalam [pasal 14, ayat 6], tentang pemulihan Injil. “Aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi;” demikianlah terbukti bahwa nubuat itu harus digenapi pada suatu masa sebelum kedatangan kedua Juruselamat kita.

… Saya sekarang memberikan kesaksian, dengan memiliki kepastian yang paling tinggi melalui wahyu dari Allah, bahwa nubuat ini telah digenapi, bahwa seorang Malaikat dari Allah telah mengunjungi manusia pada zaman terakhir ini dan memulihkan apa yang telah lama hilang, bahkan imamat,—kunci-kunci kerajaan,—kegenapan Injil abadi6 [lihat saran 4 pada halaman 66].

Ketika kita menaati perjanjian baptisan dan mengupayakan bimbingan Roh Kudus, berkat-berkat yang dijanjikan pasti mengikuti.

Ini karenanya adalah tata tertib Injil pada zaman para rasul, kepercayaan kepada Yesus Kristus, pertobatan, pembaptisan melalui pencelupan untuk pengampunan akan dosa-dosa, dan penumpangan tangan untuk penerimaan Roh Kudus. Ketika tata tertib ini dipahami dan secara tepat dilaksanakan, kuasa, karunia, berkat, dan kesempatan istimewa yang mulia mengikuti dengan segera; dan di setiap zaman dan periode, ketika langkah-langkah ini secara tepat dilaksanakan serta ditaati dalam tempat dan urutannya yang tepat, berkat-berkat yang sama pasti mengikuti; tetapi ketika dilalaikan, apakah seutuhnya ataupun sebagian, akan ada ketiadaan menyeluruh dari berkat-berkat itu, atau pengurangan besar darinya.

Kristus, dengan pemberian kewenangan-Nya kepada para rasul, berbicara tentang beberapa karunia supranatural yang mereka terima yang menunjukkan kepatuhan pada tata tertib dari hal-hal ini [lihat Markus 16:15–18]. Paulus … memberikan laporan yang lebih lengkap tentang berbagai karunia yang menyertai kegenapan Injil; dia menyebutkan sembilan darinya dan memberi tahu kita bahwa itu adalah dampak atau buah dari Roh Kudus [lihat 1 Korintus 12:8–10]. Sekarang, Roh Kudus dijanjikan kepada semua orang, bahkan sebanyak yang akan Tuhan panggil [lihat Kisah Para Rasul 2:37–39]. Karunia ini, tak terubahkan dalam sifat dan cara kerjanya, dan secara tak terpisahkan dihubungkan oleh janji dengan skema atau tata tertib dari hal-hal ini, itu menjadi masuk akal, konsisten, dan berdasarkan Tulisan Suci untuk mengantisipasi karunia dan berkat yang sama; dan jika Nuh, setelah membangun Bahtera, dapat menuntut hak atas dan mendapatkan keselamatan duniawi menurut janji [lihat Musa 7:42–43]; atau Yosua, setelah mengelilingi Yerikho sejumlah yang disebutkan, dapat naik ke atas tembok-temboknya yang telah runtuh dan menawan para penghuninya [lihat Yosua 6:12–20]; atau bangsa Israel, setelah mempersembahkan kurban yang diperintahkan, kemudian dapat, sebagaimana dijanjikan, [memperoleh] dosa-dosa mereka diampuni [lihat Imamat 4:22–35]; atau Naaman, setelah patuh kepada suruhan Elisa, dengan membasuh tujuh kali di Perairan Yordan, dapat menuntut dan mendapatkan kesembuhannya [lihat 2 Raja-Raja 5:1–14]; atau yang terakhir, si orang buta, setelah membasuh diri di kolam Siloam, jika kemudian dia dapat menuntut dan mewujudkan pahala yang dijanjikan [lihat Yohanes 9:1–7], maka, saya berkata, dengan kepantasan dan konsistensi, bahwa kapan pun seseorang akan mengesampingkan prasangka, dan gagasan sekte, dan tradisi kelirunya, serta menyepadankan diri dengan seluruh tata tertib Injil Yesus Kristus, maka tidak ada apa pun di bawah dunia-dunia selestial yang akan bekerja menentang penuntutan hak atas dan penerimaan karunia Roh Kudus serta semua berkat yang berhubungan dengan Injil pada zaman para rasul.

Untuk mendapatkan agama yang akan menyelamatkan kita di hadirat Allah, kita harus mendapatkan Roh Kudus, dan untuk mendapatkan Roh Kudus, kita harus percaya kepada Tuhan Yesus, kemudian bertobat dari dosa-dosa kita, yaitu, meninggalkannya, lalu berjalan maju dan dicelupkan ke dalam air untuk pengampunan akan dosa-dosa, kemudian menerima penumpangan tangan.7

Ketika kita menerima Injil ini, kita membuat perjanjian di hadapan Allah bahwa kita bersedia dituntun, bahwa kita bersedia diperintah, dan mau mengikuti saran-saran dari Roh Kudus, bahwa kita mau mengikuti saran-saran dari asas yang memberikan kehidupan, yang memberikan pengetahuan, yang memberikan pemahaman mengenai apa yang dari Allah, yang menyampaikan pikiran Allah; dan bahwa kita akan bekerja untuk pencapaian tujuan Allah dalam keselamatan keluarga umat manusia, mengadopsi sebagai moto kehidupan, “Kerajaan Allah, atau tidak sama sekali.” Seberapa jauhnya kita telah menaati perjanjian-perjanjian ini … dan mengikuti petunjuk Roh Kudus, diri kita sendiri harus menjadi hakimnya. Sejauh kita telah melakukan ini, sejauh itu telahlah berkat-berkat dari Yang Mahakuasa turun ke atas diri kita, dan pikiran kita telah diterangi, pemahaman kita diperluas, dan kita telah maju di jalan kekudusan, di jalan kesempurnaan .… Sejauh apa pun kita telah gagal dalam kesetiaan kita, … sejauh itu pun kita telah menjadi pecundang dalam ikhtiar yang di dalamnya kita telah terlibat untuk mendapatkan kehidupan kekal, untuk mendapatkan kebijaksanaan dan pengetahuan serta kecerdasan ilahi yang cukup untuk membendung arus kejahatan dan godaan yang mengelilingi kita. Dan sejauh apa pun kita telah mengikuti saran-saran dari Roh ilahi ini, telah kita alami kedamaian dan sukacita bagi jiwa kita, kita telah menundukkan musuh, kita telah menyimpan bagi diri kita sendiri harta yang ngengat dan karat tidak dapat hancurkan, sejauh itu pula kita telah memajukan diri kita di jalan kerajaan selestial8 [lihat saran 5 di halaman 66].

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertimbangkan gagasan-gagasan ini sewaktu Anda menelaah bab ini atau sewaktu Anda bersiap untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–x.

  1. Sewaktu Anda membaca kisah pada halaman 53–54, pikirkan tentang pembaptisan dan pengukuhan Anda sendiri atau suatu masa ketika Anda melihat orang lain menerima tata cara-tata cara ini. Perjanjian apa yang Anda buat ketika Anda menerima tata cara-tata cara ini? Bagaimana perjanjian-perjanjian ini telah memengaruhi kehidupan Anda?

  2. Mengapa iman dan pertobatan tidaklah cukup tanpa tata cara? Mengapa tata cara tidaklah cukup tanpa iman dan pertobatan? Sewaktu Anda merenungkan atau membahas pertanyaan-pertanyaan ini, ulaslah ajaran-ajaran Presiden Snow tentang pekerjaan batiniah dan tata cara lahiriah (halaman 56–58).

  3. Telaahlah ajaran-ajaran Presiden Snow pada halaman 58–61, menyimak tulisan suci yang dia rujuk. Dengan cara apa tulisan suci ini meningkatkan pemahaman Anda tentang kebutuhan untuk pencelupan? Mengapa menurut Anda penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus adalah “berkat yang lebih besar” daripada penumpangan tangan untuk pemberkatan orang sakit?

  4. Bacalah bagian yang dimulai pada halaman 61. “Karunia dan kasih karunia” apa yang Anda miliki dalam kehidupan Anda karena imamat telah dipulihkan?

  5. Telaahlah dua alinea terakhir dari bab ini. Apa maknanya bagi Anda dituntun dan diperintah oleh “saran-saran dari Roh Kudus”?

  6. Bagaimana Ajaran dan Perjanjian 68:25–28 berhubungan dengan ajaran-ajaran dalam bab ini? Apa yang dapat orang tua lakukan untuk membantu anak-anak mereka memahami iman, pertobatan, pembaptisan, dan karunia Roh Kudus?

Tulisan Suci Terkait: 2 Nefi 31:12, 17–20; Mosia 18:8–10; Alma 5:14; A&P 20:37; 36:2; 39:6; 130:20–21

Bantuan Pengajaran: “[Hindari] godaan untuk mencakup terlalu banyak materi …. Kita sedang mengajar orang, bukan semata-mata masalah pokok bahasan; dan … setiap garis besar pelajaran yang pernah saya lihat akan secara tak terelakkan memiliki lebih banyak di dalamnya daripada yang mungkin dapat kita cakup dalam waktu yang disediakan” (Jeffrey R. Holland, “Teaching and Learning in the Church,” Ensign, Juni 2007, 91).

Catatan

  1. “How He Became a ‘Mormon,’” Juvenile Instructor, 15 Januari 1887, 22.

  2. “Organization of the Church in Italy,” Millennial Star, 15 Desember 1850, 373.

  3. The Only Way to Be Saved (pamflet, 1841), 2–3; huruf miring pada aslinya telah dihilangkan; tanda baca telah distandarisasi. Lorenzo Snow menulis pamflet ini delapan tahun sebelum pemanggilannya untuk melayani sebagai Rasul. Itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, termasuk bahasa Italia, Prancis, Belanda, Denmark, Jerman, Swedia, Bengali, Turki Armenia, dan Turki Yunani. Itu dicetak ulang dari waktu ke waktu sepanjang sisa tahun 1800-an, selama pelayanannya sebagai Rasul.

  4. The Only Way to Be Saved, 3–4, 6; huruf miring pada aslinya telah dihilangkan.

  5. The Only Way to Be Saved, 6–9.

  6. The Only Way to Be Saved, 10–12; huruf miring pada aslinya telah dihilangkan.

  7. The Only Way to Be Saved, 9–10.

  8. Dalam Conference Report, April 1880, 79–80.

Yesus Kristus memberikan teladan bagi kita ketika Dia dibaptiskan dengan pencelupan.

Pada hari Pentakosta, kira-kira 3.000 orang dibaptis.

Kita menerima karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan.