Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 6: Menjadi Sempurna di Hadapan Tuhan: ‘Sedikit Lebih Baik Hari Demi Hari’


Bab 6

Menjadi Sempurna di Hadapan Tuhan: “Sedikit Lebih Baik Hari Demi Hari”

“Janganlah berharap untuk menjadi sempurna sekaligus. Jika Anda lakukan, Anda akan kecewa. Jadilah lebih baik hari ini daripada adanya Anda kemarin, dan menjadi lebih baik besok daripada adanya Anda hari ini.”

Dari Kehidupan Lorenzo Snow

Presiden Lorenzo Snow suatu kali menghadiri sebuah pertemuan imamat dimana perwakilan dari setiap kuorum penatua berdiri dan melaporkan tentang pekerjaan yang telah dilakukan kuorumnya. Sewaktu Presiden Snow mendengarkan para pemuda ini, dia diingatkan tentang dirinya sendiri bertahun-tahun sebelumnya. Ketika dia berdiri untuk berbicara, dia berkata:

“Saya ingin mengatakan sesuatu, jika mungkin, yang tidak akan pernah Anda lupakan, dan saya pikir bahwa saya barangkali dapat melakukannya.

Saya melihat, sebagaimana saya hampir selalu melihat ketika para Elder muda bersama-sama, dan sesungguhnya ketika para Elder paruh baya bersama-sama, semacam keengganan untuk berbicara di hadapan hadirin. Saya melihat ini di sini pagi ini pada diri para pemuda yang telah bangkit untuk mengekspresikan diri mereka dan untuk memberikan informasi perihal pekerjaan khusus yang telah mereka lakukan.

Tidak akan keliru, barangkali, jika saya akan memberi tahu Anda sedikit pengalaman saya, ketika saya mulai berbicara di depan umum, bahkan sebelum saya menjadi seorang Elder. Saya ingat pertama kali saya diminta untuk memberikan kesaksian saya .… Itu adalah sesuatu yang sangat saya takutkan, namun pada waktu yang sama saya merasa bahwa adalah kewajiban saya untuk berdiri, tetapi saya menunggu, dan menunggu. Seseorang memberikan kesaksian, yang lain memberikan kesaksiannya, kemudian yang lain lagi, dan mereka hampir selesai semua, tetapi saya masih ketakutan untuk berdiri. Saya belum pernah berbicara di hadapan hadirin .… Saya [akhirnya] menyimpulkan itu sudah waktunya bagi saya untuk berdiri. Saya melakukannya. Nah, berapa lama Anda kira saya berbicara? Saya perkirakan sekitar setengah menit—tidak mungkin lebih dari satu menit. Itu adalah upaya saya yang pertama; dan yang kedua, saya pikir, kira-kira sama. Saya pemalu, … tetapi saya menetapkan pikiran saya, secara kukuh dan teguh, bahwa kapan pun saya diminta untuk melaksanakan tugas sejenis ini atau yang apa pun lain, saya akan melakukannya tidak masalah apa mungkin hasilnya. Itu adalah bagian dari landasan keberhasilan saya sebagai Penatua di Israel.”

Presiden Snow memberi tahu para pemuda tersebut bahwa tidak lama setelah pengalaman ini, dia mengadakan pertemuan pertamanya sebagai misionaris penuh-waktu. “Saya belum pernah begitu ketakutan menghadapi apa pun dalam hidup saya seperti yang saya rasakan mengenai pertemuan itu,” kenangnya. “Saya berdoa sepanjang hari, saya pergi menyendiri dan memohon kepada Tuhan. Saya tidak pernah berbicara [di depan umum] sebelumnya kecuali di pertemuan-pertemuan kesaksian itu. Saya takut menghadapinya. Saya kira tidak seorang pun pernah ketakutan menghadapi suatu kondisi urusan lebih daripada saya pada waktu itu. Pertemuan diadakan, dan ruangannya cukup penuh terisi .… Saya mulai berbicara dan saya pikir saya mengambil waktu sekitar tiga perempat jam.”1 Dalam laporan lain dari pertemuan yang sama, dia mencatat, “Ketika saya berdiri di hadapan jemaat itu, walaupun saya tidak tahu satu kata pun yang dapat saya katakan, segera setelah saya membuka mulut saya untuk berbicara, Roh Kudus bersemayam dengan amat kuatnya di atas diri saya, memenuhi pikiran saya dengan terang serta menyampaikan gagasan dan tutur kata yang patut untuk memaparkannya. Orang-orang tercengang dan meminta pertemuan lagi.”2

Presiden Snow membagikan pelajaran yang dia inginkan para pemuda pelajari dari pengalamannya, “Teman-teman saya yang muda, ada suatu kesempatan bagi Anda untuk menjadi hebat—sama hebatnya sebagaimana yang Anda inginkan. Dalam memulai kehidupan Anda boleh menetapkan hati Anda pada hal-hal yang sangat sulit untuk diperoleh, tetapi mungkin dalam jangkauan Anda. Dalam upaya Anda yang pertama untuk memuaskan hasrat Anda, Anda mungkin gagal, dan upaya Anda yang berkelanjutan mungkin tidak terbukti menjadi apa yang boleh disebut keberhasilan. Tetapi sejauh upaya Anda adalah upaya yang tulus, dan sejauh hasrat Anda didasarkan pada kesalehan, pengalaman yang Anda dapatkan saat mengejar hasrat hati Anda mestilah akan bermanfaat bagi Anda, dan bahkan kesalahan Anda, jika kesalahan yang Anda buat, akan berbalik menjadi keuntungan Anda.”3

Itu adalah tema favorit Presiden Snow. Dia sering mengingatkan para Orang Suci tentang perintah Tuhan untuk menjadi sempurna, dan dia meyakinkan mereka bahwa melalui kecerdasan mereka sendiri dan dengan bantuan Tuhan, mereka dapat mematuhi perintah itu. Dia mengajarkan, “Kita seharusnya merasakan di dalam hati kita bahwa Allah adalah Bapa kita, dan bahwa sementara kita membuat kesalahan dan masih lemah namun jika kita hidup sedekat sempurna mungkin semua akan baik-baik saja dengan diri kita.”4

Ajaran-Ajaran Lorenzo Snow

Dengan ketekunan, kesabaran, dan bantuan ilahi, kita dapat mematuhi perintah Tuhan untuk menjadi sempurna.

“Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: ‘Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela’” [Kejadian 17:1].

Berhubungan dengan ini saya akan mengutip bagian dari firman Juruselamat dalam khotbah-Nya di Bukit, sebagaimana termuat dalam ayat terakhir dari Matius pasal ke-5.

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” [Matius 5:48] ….

Kita belajar bahwa Tuhan menampakkan diri kepada Abraham dan memberinya janji-janji yang sangat besar, dan bahwa sebelum dia siap untuk menerimanya suatu persyaratan tertentu dibuat oleh-Nya, bahwa dia [Abraham] hendaknya menjadi sempurna di hadapan Tuhan. Dan persyaratan yang sama dibuat oleh Juruselamat bagi para Murid-Nya, bahwa mereka hendaknya menjadi sempurna, bahkan seperti Dia dan Bapa-Nya di Surga adalah sempurna. Ini saya percayai merupakan topik bahasan yang merisaukan para Orang Suci Zaman Akhir; dan saya ingin menawarkan sedikit komentar secara saran, untuk perenungan bagi mereka yang berkepentingan.

Tuhan menawarkan untuk menganugerahkan berkat-berkat yang paling tinggi ke atas para Orang Suci Zaman Akhir; tetapi, seperti Abraham, kita harus mempersiapkan diri kita untuknya, dan untuk melakukan ini hukum yang sama yang diberikan kepadanya dari Tuhan telah pula diberikan kepada kita untuk kita taati. Kita juga dituntut untuk mencapai suatu keadaan kesempurnaan di hadapan Tuhan; dan Tuhan dalam perkara ini, sama seperti dengan setiap perkara lainnya, belum pernah membuat persyaratan yang tidak dapat dipatuhi, tetapi sebaliknya, Dia telah menempatkan untuk kegunaan para Orang Suci Zaman Akhir sarana yang melaluinya mereka dapat menyepadankan diri dengan tata tertib kudus-Nya. Ketika Tuhan membuat persyaratan ini bagi Abraham, Dia memberinya sarana yang melaluinya dia dapat menjadi memenuhi syarat untuk mematuhi hukum itu dan sepenuhnya mencapai persyaratan itu. Dia memiliki hak istimewa Roh Kudus, karena kita diberi tahu Injil dikhotbahkan kepada Abraham, dan melalui Injil itu dia dapat memperoleh bantuan ilahi itu yang akan memungkinkan dia memahami apa yang dari Allah, dan tanpanya tak seorang pun dapat melakukannya; tanpanya tak seorang pun dapat sampai pada keadaan kesempurnaan di hadapan Tuhan.

Demikian juga berkaitan dengan para Orang Suci Zaman Akhir; mereka tidak mungkin dapat tiba pada standar moral dan rohani seperti itu kecuali melalui bantuan dan pertolongan supranatural [surgawi]. Tidak juga kita mengharapkan agar para Orang Suci Zaman Akhir, sekaligus akan atau dapat menyepadankan diri dengan hukum ini dalam segala keadaan. Itu menuntut waktu; dituntut banyak kesabaran dan kedisiplinan dari pikiran dan hati untuk mematuhi perintah ini. Dan walaupun kita mungkin gagal pada mulanya dalam usaha kita, namun ini hendaknya tidak membuat putus asa para Orang Suci Zaman Akhir dari berikhtiar untuk menjalankan ketetapan hati untuk mematuhi persyaratan yang berat itu. Abraham, walaupun dia mungkin telah memiliki iman untuk berjalan di hadirat Tuhan menurut hukum ilahi ini, namun ada saat-saat ketika imannya dicobai dengan hebat, tetapi dia masih tidak berputus asa karena dia menjalankan ketetapan hati untuk mematuhi kehendak Allah.

Kita mungkin berpikir bahwa kita tidak dapat menjalani hukum yang sempurna, bahwa pekerjaan menyempurnakan diri kita adalah terlalu sulit. Ini mungkin ada benarnya, tetapi kenyataannya masihlah tetap bahwa ini adalah perintah dari Yang Mahakuasa kepada kita dan kita tidak dapat mengabaikannya. Ketika kita mengalami saat-saat pencobaan, maka inilah waktu bagi kita untuk memanfaatkan bagi diri kita sendiri hak istimewa yang besar berupa memohon kepada Tuhan untuk kekuatan dan pemahaman, kecerdasan serta kasih karunia yang melaluinya kita dapat mengatasi kelemahan daging yang melawannya harus kita lakukan peperangan yang berkelanjutan5 [lihat saran 1 dan 2 pada halaman 120].

Ketika kita patuh pada persyaratan dari Tuhan, kita sempurna dalam lingkup itu.

Abraham dipanggil untuk meninggalkan kaum kerabat dan negerinya [lihat Abraham 2:1–6]. Bila dia tidak patuh pada persyaratan ini, dia tidak akan disetujui oleh Tuhan. Tetapi dia telah patuh; dan saat dia meninggalkan rumahnya dia tanpa keraguan hidup dalam kepatuhan pada hukum kesempurnaan yang ilahi ini. Bila dia gagal dalam hal ini dia tentunya tidak dapat mematuhi persyaratan dari Yang Mahakuasa. Dan saat dia meninggalkan rumah ayahnya, saat dia menundukkan dirinya sendiri terhadap pencobaan ini dia melakukan apa yang suara hatinya sendiri dan Roh Allah benarkan dia dalam melakukannya, dan tak seorang pun dapat melakukan lebih baik, sejauh dia tidak melakukan kekeliruan ketika dia melaksanakan pekerjaan ini.

Ketika para Orang Suci Zaman Akhir menerima Injil dalam bangsa-bangsa seluruh dunia, dan ketika suara Yang Mahakuasa kepada mereka adalah, untuk meninggalkan tanah-tanah leluhur mereka, untuk meninggalkan kaum kerabat mereka seperti yang Abraham lakukan, sejauh mereka patuh pada persyaratan ini, sejauh itulah mereka berjalan dalam kepatuhan pada hukum ini, dan mereka sesempurna yang dapat orang capai dalam keadaan tersebut dan dalam lingkup di mana mereka bertindak, bukan berarti bahwa mereka sempurna dalam pengetahuan atau kuasa, dsb.; tetapi dalam perasaan mereka, dalam integritas, motivasi dan kebulatan tekad mereka. Dan saat mereka sedang menyeberangi samudra raya, sejauh mereka tidak menggerutu tidak juga mengeluh, tetapi mematuhi nasihat-nasihat yang diberikan kepada mereka dan dalam setiap hal membawa diri mereka dengan cara yang pantas, mereka sesempurna yang Allah tuntut dari mereka.

Tuhan merancang untuk membawa kita ke dalam kerajaan selestial. Dia telah menyingkapkan melalui wahyu langsung bahwa kita adalah anak keturunan-Nya, diperanakkan di dunia-dunia kekal, bahwa kita telah datang ke bumi ini untuk tujuan khusus mempersiapkan diri kita menerima kegenapan dari kemuliaan Bapa kita ketika kita akan kembali ke hadirat-Nya. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan kemampuan untuk menaati hukum ini untuk menguduskan motivasi, hasrat, perasaan dan kasih sayang kita agar itu boleh murni dan kudus serta kehendak kita dalam segala sesuatu patuh pada kehendak Allah, dan tidak memiliki kehendak sendiri kecuali untuk melakukan kehendak Bapa kita. Orang yang demikian dalam lingkupnya adalah sempurna, dan mengarahkan berkat Allah dalam segala yang dia lakukan dan ke mana pun dia pergi.

Tetapi kita tunduk pada kebodohan, pada kelemahan daging dan kita kurang lebih tidak berpengetahuan, dengan demikian berkemungkinan besar untuk berbuat khilaf. Ya, tetapi itu bukanlah alasan mengapa kita hendaknya tidak merasa berhasrat untuk mematuhi perintah Allah ini, khususnya melihat bahwa Dia telah menempatkan dalam jangkauan kita sarana untuk merampungkan pekerjaan ini. Ini saya pahami adalah makna dari kata kesempurnaan, sebagaimana diutarakan oleh Juruselamat kita dan oleh Tuhan kepada Abraham.

Seseorang mungkin sempurna perihal beberapa hal dan tidak yang lainnya. Seseorang yang mematuhi firman kebijaksanaan dengan setia adalah sempurna sejauh berkenaan dengan hukum itu. Ketika kita bertobat dari dosa-dosa kita dan dibaptis untuk pengampunan akan itu, kita sempurna sejauh berkenaan dengan masalah itu6 [lihat saran 3 pada halaman 120].

Alih-alih menjadi putus asa ketika kita gagal, kita dapat bertobat dan memohon kepada Allah kekuatan untuk melakukan dengan lebih baik.

Sekarang kita diberi tahu oleh Rasul Yohanes, bahwa “kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” [lihat 1 Yohanes 3:2–3]. Para Orang Suci Zaman Akhir mengharapkan untuk sampai pada keadaan kesempurnaan ini; kita mengharapkan untuk menjadi seperti Bapa dan Allah kita, anak-anak yang patut dan layak untuk berdiam di hadirat-Nya; kita mengharapkan bahwa ketika Putra Allah akan menampakkan diri, kita akan menerima tubuh kita diperbarui dan dimuliakan, dan sehingga “akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia” [lihat Filipi 3:21].

Ini adalah pengharapan kita. Sekarang marilah semua yang hadir mengajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri: Apakah pengharapan kita cukup berdasar? Dengan perkataan lain, apakah kita berupaya untuk memurnikan diri kita sendiri? Bagaimana Orang Suci Zaman Akhir dapat merasa dibenarkan dalam dirinya kecuali dia berupaya untuk memurnikan dirinya bahkan sebagaimana Allah adalah murni, kecuali dia berupaya untuk menjaga suara hatinya hampa dari kesalahan di hadapan Allah dan manusia setiap hari dalam hidupnya? Kita tidak diragukan lagi, banyak dari kita, berjalan dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu, dan dari bulan ke bulan, di hadapan Allah, merasa tidak berada dalam penghukuman, membawa diri kita dengan pantas dan berupaya dengan sungguh-sungguh serta dalam segala kelembutan hati agar Roh Allah membimbing langkah kita sehari-hari; namun mungkin ada saat tertentu atau saat-saat dalam hidup kita, ketika kita amat dicobai dan barangkali tak berdaya; bahkan jika demikian keadaannya, itu bukanlah alasan mengapa kita hendaknya tidak mencoba lagi, dan itu pun dengan tenaga dan kebulatan tekad yang dilipatgandakan untuk mencapai sasaran kita.7

Tuhan berkeinginan untuk memperlihatkan kemurahan hati terhadap anak-anak-Nya di bumi, tetapi Dia menuntut dari mereka pertobatan sejati ketika mereka melanggar atau gagal dalam tugas apa pun. Dia mengharapkan kepatuhan mereka dan agar mereka akan berikhtiar untuk membuang segala dosa, untuk memurnikan diri mereka dan sesungguhnya menjadi umat-Nya, para Orang Suci-Nya, sehingga mereka boleh dipersiapkan untuk datang ke hadirat-Nya, dijadikan seperti Dia dalam segala hal dan memerintah bersama-Nya dalam kemuliaan-Nya. Untuk mencapai ini mereka harus berjalan di jalan yang sesak dan sempit, menjadikan hidup mereka lebih cemerlang dan lebih baik, dipenuhi dengan iman dan kasih amal, yang adalah kasih murni Kristus, serta melaksanakan dengan setia setiap kewajiban dalam Injil.8

Jika kita dapat membaca secara terperinci kehidupan Abraham atau kehidupan orang-orang mulia dan kudus lainnya kita tidak diragukan lagi akan mendapati bahwa upaya mereka untuk menjadi saleh tidak selalu dimahkotai dengan keberhasilan. Oleh sebab itu kita hendaknya tidak menjadi putus asa jika kita akan terkuasai pada suatu saat yang lemah; tetapi, sebaliknya, bertobat dengan segera dari kekhilafan atau kekeliruan yang mungkin telah kita perbuat, dan sejauh mungkin memperbaikinya, dan kemudian mengupayakan dari Allah kekuatan yang diperbarui untuk maju terus dan berbuat lebih baik.

Abraham dapat berjalan dengan sempurna di hadirat Allah hari demi hari ketika dia meninggalkan rumah ayahnya, dan dia memperlihatkan bukti dari pikiran yang unggul dan terdisiplin dengan baik dalam arah yang dia sarankan ketika para gembalanya bertengkar dengan para gembala kemenakan lelakinya, Lot [lihat Kejadian 13:1–9]. Meskipun demikian, ada suatu masa dalam kehidupan Abraham yang mestilah menjadi pencobaan yang sangat berat; sesungguhnya apa pun yang lebih hebat hampir tidak dapat dibayangkan; itu adalah ketika Tuhan meminta dia untuk mempersembahkan sebagai kurban putranya yang terkasih dan satu-satunya, bahkan dia yang melaluinya dia mengharapkan penggenapan janji besar yang dibuat oleh Tuhan kepadanya; tetapi melalui pernyataan watak yang benar dia dimungkinkan untuk mengatasi pencobaan tersebut, serta membuktikan iman dan integritasnya kepada Allah [lihat Kejadian 22:1–14]. Hampir tidak dapat dibayangkan bahwa Abraham mewarisi keadaan pikiran seperti itu dari orang tua yang pemuja berhala; tetapi adalah konsisten untuk memercayai bahwa di bawah berkat Allah dia dimungkinkan untuk memperolehnya, setelah melewati peperangan yang serupa terhadap daging seperti kita adanya, dan tidak diragukan lagi kadang kala tidak berdaya dan kemudian mengatasi sampai dia dimungkinkan untuk menanggung ujian yang begitu hebat.

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,” kata Rasul Paulus, “menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” [lihat Filipi 2:5–6]. Sekarang, setiap orang yang memiliki sasaran ini di hadapannya akan memurnikan dirinya sendiri sabagaimana Allah adalah murni, dan mencoba untuk berjalan dengan sempurna di hadapan-Nya. Kita memiliki sedikit tindakan bodoh kita dan kelemahan kita; kita hendaknya mencoba untuk mengatasinya secepat mungkin, dan kita hendaknya menanamkan perasaan ini dalam hati anak-anak kita, agar rasa takut akan Allah boleh tumbuh bersama mereka bahkan sejak masa muda mereka, dan agar mereka boleh belajar untuk membawa diri mereka dengan pantas di hadapan-Nya dalam segala keadaan.

Jika suami dapat hidup dengan istrinya suatu hari tanpa bertengkar atau tanpa memperlakukan siapa pun dengan tidak baik atau tanpa memilukan Roh Allah dengan cara apa pun, itu adalah baik sejauh ini; dia sejauh ini sempurna. Kemudian biarkan dia mencoba untuk menjadi sama hari berikutnya. Tetapi sekiranya dia gagal dalam usahanya ini pada hari berikutnya, tidaklah ada alasan mengapa dia tidak akan berhasil dalam melakukannya pada hari ketiga ….

Para Orang Suci Zaman Akhir hendaknya memupuk ambisi ini secara terus-menerus yang sedemikian jelasnya dinyatakan oleh para rasul di zaman dahulu. Kita hendaknya mencoba untuk berjalan tiap hari sehingga suara hati kita akan hampa dari kesalahan di hadapan setiap orang. Dan Allah telah menempatkan di Gereja sarana khusus yang melaluinya kita dapat dibantu, yaitu, para Rasul dan Nabi serta Pemberita Injil, dsb., “untuk memperlengkapi orang-orang kudus,” dan seterusnya [lihat Efesus 4:11–12]. Dan dia juga telah menganugerahkan ke atas diri kita Roh Kudus-Nya yang adalah pembimbing yang tidak pernah keliru, berdiri, sebagai malaikat Allah, di sisi kita, memberi tahu kita apa yang harus dilakukan serta memberikan kita kekuatan dan sokongan ketika keadaan yang berlawanan muncul di jalan kita. Kita mestilah tidak membiarkan diri kita menjadi putus asa kapan pun kita menemukan kelemahan kita. Kita hampir tidak dapat menemukan contoh dalam segala teladan mulia yang ditunjukkan kepada kita oleh para nabi, zaman dahulu atau zaman modern, dimana mereka mengizinkan Yang Jahat membuat mereka putus asa; tetapi sebaliknya mereka secara terus-menerus berupaya untuk mengatasi, untuk memenangi hadiah dan dengan demikian mempersiapkan diri mereka untuk kegenapan kemuliaan9 [lihat saran 4 pada halaman 120].

Dengan bantuan ilahi, kita dapat hidup di atas kebodohan dan kepongahan dunia.

Ketika kita suatu kali menorehkan ke dalam pikiran kita bahwa kita benar-benar memiliki kuasa di dalam diri kita melalui Injil yang telah kita terima, untuk menaklukkan nafsu kita, selera kita dan dalam segala sesuatu menundukkan kehendak kita pada kehendak Bapa Surgawi kita, dan, alih-alih menjadi sarana untuk membangkitkan perasaan yang tidak menyenangkan dalam lingkaran keluarga kita, dan mereka yang dengannya kita bersekutu, tetapi amat membantu untuk menciptakan surga kecil di bumi, maka pertempuran itu boleh dikatakan telah separuh dimenangi. Salah satu kesulitan utama yang banyak orang derita adalah, bahwa kita terlalu mudah melupakan sasaran kehidupan yang besar, motivasi Bapa Surgawi kita dalam mengirim kita ke sini untuk mengenakan kefanaan, seperti halnya pemanggilan kudus yang dengannya kita telah dipanggil; dan oleh sebab itu, alih-alih bangkit di atas hal-hal waktu sementara yang kecil, kita terlalu sering membiarkan diri kita untuk turun ke tingkatan dunia tanpa memanfaatkan bagi diri kita bantuan ilahi yang telah Allah berlakukan, yang itu saja dapat memungkinkan kita mengatasinya. Kita tidak lebih baik daripada sisa dunia jika kita tidak memupuk perasaan untuk menjadi sempurna, bahkan seperti Bapa kita di surga adalah sempurna.

Inilah imbauan Juruselamat kepada para orang suci zaman dahulu, yang adalah orang-orang yang memiliki nafsu yang serupa dan tunduk pada godaan-godaan yang sama seperti diri kita, dan Dia tahu apakah orang-orang dapat menyepadankan diri padanya atau tidak; Tuhan tidak pernah, tidak juga Dia akan menuntut sesuatu dari anak-anak-Nya yang adalah tidak mungkin untuk mereka laksanakan. Para Penatua Israel yang mengharapkan pergi ke dunia untuk mengkhotbahkan Injil keselamatan di tengah angkatan yang berbelit-belit dan suka melawan, di antara orang-orang yang penuh kejahatan dan kebusukan hendaknya memupuk semangat ini secara khusus. Dan bukan hanya mereka, tetapi setiap orang, setiap remaja putra dan putri yang termasuk dalam Gereja ini yang layak untuk disebut orang suci hendaknya memupuk hasrat ini untuk hidup mencapai persyaratan ini agar suara hati mereka boleh jernih di hadirat Allah. Merupakan sesuatu yang indah baik dalam diri yang muda maupun tua untuk memiliki sasaran ini dalam pandangan; itu khususnya menyenangkan untuk melihat kaum muda kita mengambil arah sehingga terang dan kecerdasan Allah dapat bercahaya di air muka mereka, agar mereka boleh memiliki pemahaman yang benar tentang kehidupan dan dapat hidup di atas kebodohan dan kepongahan dunia serta kekhilafan dan kejahatan manusia.10

Tidak ada perlunya bagi para Orang Suci Zaman Akhir untuk cemas akan hal-hal dari dunia ini. Itu semuanya akan berlalu. Hati kita hendaknya ditempatkan pada hal-hal di atas; untuk berjuang mengejar kesempurnaan itu yang berada dalam Kristus Yesus, yang secara sempurna patuh dalam segala sesuatu kepada Bapa, dan dengan demikian mendapatkan permuliaan-Nya yang akbar dan menjadi pola untuk para saudara-Nya. Mengapa kita harus gundah dan khawatir atas hal-hal duniawi ini ketika takdir kita begitu agung dan mulia? Jika kita akan mengikatkan diri kepada Tuhan, menaati perintah-perintah-Nya, meneladani kesempurnaan-Nya dan menggapai realitas kekal dari kerajaan surgawi-Nya, semua akan baik-baik saja dengan kita dan kita akan menang serta mendapatkan kemenangan pada akhirnya.11

Dalam segala tindakan dan tingkah laku Anda senantiasalah miliki kesadaran bahwa Anda sekarang bersiap dan membuat bagi diri Anda suatu kehidupan untuk dilanjutkan melalui kekekalan; tidak bertindak berdasarkan asas yang akan membuat Anda malu atau yang tidak rela Anda tindaki di surga, tidak menggunakan sarana dalam pencapaian sebuah sasaran yang suara hati yang diterangi selestial tidak akan setujui. Sementara perasaan dan nafsu membangkitkan semangat Anda menuju tindakan, biarlah asas-asas yang murni, terhormat, kudus, dan bajik, selalu berkuasa dan memerintah.12

Kita tidak dapat menjadi sempurna sekaligus, tetapi kita dapat sedikit lebih baik hari demi hari.

Anak tumbuh dari masa kanak-kanak ke masa remaja, dan dari masa remaja ke masa dewasa, dengan pertumbuhan yang terus-menerus dan tetap; tetapi dia tidak dapat mengatakan bagaimana dan kapan pertumbuhan tersebut terjadi. Dia tidak menyadari bahwa dia sedang tumbuh; tetapi dengan menaati hukum kesehatan dan menjadi bijaksana di jalannya dia pada akhirnya sampai pada kedewasaan. Demikianlah berkaitan dengan diri kita sendiri sebagai Orang Suci Zaman Akhir. Kita tumbuh dan meningkat. Kita tidak menyadarinya pada saat ini; tetapi setelah setahun atau sekitar itu kita menemukan bahwa kita berada, katakankah, jauh di atas bukit, mendekati puncak gunung. Kita merasa bahwa kita memiliki iman kepada Tuhan; bahwa pemeliharaan-Nya selalu bermanfaat; bahwa kita terhubungkan dengan-Nya; bahwa Dia sebenarnya adalah Bapa kita, dan bahwa Dia memimpin kita terus dalam kehidupan.13

Janganlah berharap untuk menjadi sempurna sekaligus. Jika Anda lakukan, Anda akan kecewa. Jadilah lebih baik hari ini daripada adanya Anda kemarin, dan menjadi lebih baik besok daripada adanya Anda hari ini. Godaan-godaan yang barangkali sebagian menguasai kita hari ini, janganlah biarkan itu menguasai kita sejauh itu esok hari. Demikianlah lanjutkan untuk menjadi sedikit lebih baik hari demi hari; dan janganlah biarkan hidup Anda berlalu tanpa mencapai kebaikan bagi orang lain seperti halnya bagi diri kita sendiri.14

Tiap hari yang lalu atau tiap minggu yang lalu hendaknya menjadi yang terbaik yang pernah kita alami, yaitu, kita hendaknya meningkatkan diri kita sedikit setiap hari, dalam pengetahuan dan kebijaksanaan, dan dalam kemampuan untuk mencapai kebaikan. Sewaktu kita tumbuh menjadi lebih tua kita hendaknya hidup lebih dekat kepada Tuhan tiap hari berikutnya15 [lihat saran 5 pada halaman 121].

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertimbangkan gagasan-gagasan ini sewaktu Anda menelaah bab ini atau sewaktu Anda bersiap untuk mengajar. Untuk bantuan tambahan, lihat halaman vii–x.

  1. Presiden Snow mengakui bahwa perintah untuk menjadi sempurna menyebabkan kerisauan bagi sebagian Orang Suci Zaman Akhir (halaman 109–112). Sewaktu Anda menelaah bab ini, carilah nasihat yang mungkin menghibur seseorang yang disusahkan oleh perintah untuk menjadi sempurna.

  2. Dalam bagian yang dimulai pada halaman 109, ungkapan “bantuan supranatural” merujuk pada pertolongan dari Tuhan. Dengan cara apa Tuhan menolong kita menjadi sempurna?

  3. Pada halaman 112–113, periksalah komentar Presiden Snow tentang Abraham dan para pionir Orang Suci Zaman Akhir terdahulu. Menurut Anda apa maknanya menjadi sempurna “dalam lingkup di mana [kita sedang] bertindak”? Renungkan apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadi lebih sempurna dalam “perasaan, … integritas, motivasi dan kebulatan tekad.”

  4. Presiden Snow berkata, “Kita mestilah tidak membiarkan diri kita menjadi putus asa kapan pun kita menemukan kelemahan kita” (halaman 117). Bagaimaan kita dapat bangkit melampaui parasaan putus asa? (Untuk beberapa contoh, lihat halaman 113–119).

  5. Bagaimanakah itu membantu Anda untuk tahu bahwa Anda hendaknya tidak “berharap untuk menjadi sempurna sekaligus”? [lihat halaman 119). Pikirkan tentang cara-cara khusus Anda dapat mengikuti nasihat Presiden Snow untuk “menjadi sedikit lebih baik hari demi hari.”

  6. Carilah satu atau dua pernyataan dalam bab ini yang secara khusus mengilhami bagi Anda. Apa yang Anda sukai tentang pernyataan-pernyataan ini?

Tulisan Suci Terkait: 1 Nefi 3:7; 3 Nefi 12:48; Eter 12:27; Moroni 10:32–33; A&P 64:32–34; 67:13; 76:69–70

Bantuan Pengajaran: “Perseorangan tersentuh sewaktu kontribusi mereka dihargai. Anda dapat membuat usaha khusus untuk menghargai komentar setiap orang dan, jika mungkin, buatlah komentar itu bagian dari pembahasan kelas” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia, 36).

Catatan

  1. Dalam “Anniversary Exercises,” Deseret Evening News, 7 April 1899, 9

  2. Dalam Eliza R. Snow Smith, Biography and Family Record of Lorenzo Snow (1884), 16.

  3. Dalam “Anniversary Exercises,” 9.

  4. Dalam “Impressive Funeral Services,” Woman’s Exponent, Oktober 1901, 36.

  5. Deseret News: Semi-Weekly, 3 Juni 1879, 1.

  6. Deseret News: Semi-Weekly, 3 Juni 1879, 1.

  7. Deseret News: Semi-Weekly, 3 Juni 1879, 1.

  8. Deseret Semi-Weekly News, 4 Oktober 1898, 1.

  9. Deseret News: Semi-Weekly, 3 Juni 1879, 1.

  10. Deseret News: Semi-Weekly, 3 Juni 1879, 1.

  11. Deseret Semi-Weekly News, 4 Oktober 1898, 1.

  12. Millennial Star, 1 Desember 1851, 363.

  13. Dalam Conference Report, April 1899, 2.

  14. Improvement Era, Juli 1901, 714.

  15. Improvement Era, Juli 1899, 709.

Dalam Khotbah di Bukit, Juruselamat berfirman, “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” (Matius 5:48).

Tuhan memerintahkan Abraham, “Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela” (Kejadian 17:1).

Kita hendaknya berusaha hari demi hari untuk meningkatkan hubungan kita dengan anggota keluarga.