Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 18: Berhati-Hatilah Akan Kesombongan


Bab 18

Berhati-Hatilah Akan Kesombongan

“Kesombongan adalah dosa universal, kejahatan besar. Penangkal untuk kesombongan adalah kerendahan hati.”

Dari Kehidupkan Ezra Taft Benson

Dalam ceramah konferensi umum pertamanya sebagai Presiden Gereja, Presiden Ezra Taft Benson mengajarkan mengenai perbedaan antara kesombongan dan kerendahan hati:

“Kesombongan tidak menghargai Allah dan tidak peduli mengenai apa yang benar. Kesombongan memandang pada manusia dan memperdebatkan siapa yang benar .…

Kesombongan ditandai dengan ‘Apa yang saya inginkan dari kehidupan?’ alih-alih ditandai dengan ‘Apa yang Allah ingin agar saya lakukan dengan kehidupan saya?’ Kesombongan menurutkan pada kehendak sendiri alih-alih kehendak Allah. Kesombongan adalah takut akan manusia alih-alih takut akan Allah.

Kerendahan hati menanggapi terhadap kehendak Allah—terhadap ketakutan akan penghakiman-Nya dan terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka di sekeliling kita. Bagi orang yang sombong, sorakan dari dunia adalah yang ingin mereka dengar; bagi orang yang rendah hati, sorakan dari surga menghangatkan hati mereka.”1

Ajaran-ajaran ini akrab bagi orang-orang yang telah melayani bersama Presiden Benson dalam Kuorum Dua Belas Rasul. Mereka tahu bahwa sebagai Presiden dari kuorum mereka, dia tidak pernah khawatir mengenai pandangan pribadinya—hanya mengenai belajar dan mengikuti kehendak Allah. Presiden Boyd K. Packer, yang kemudian melayani sendiri sebagai Presiden Kuorum Dua Belas, menceritakan mengenai pendekatan Presiden Benson terhadap pembahasan dalam pertemuan-pertemuan kuorum: “Anda bisa tidak sepaham dengan Presiden Benson tanpa khawatir bahwa dia menyimpannya di dalam hati. Kami sering mengadakan pembahasan mengenai hal-hal tanpa khawatir apa pandangan dia.”2 Penatua Russell M. Nelson, yang melayani dalam Kuorum Dua Belas Rasul selama dua tahun di bawah kepemimpinan Presiden Benson, mengatakan: “Dalam setiap pertimbangan, bahkan meskipun itu bukan pendapatnya, Presiden Benson mengukur situasi berdasarkan hanya pada satu standar—Apa yang terbaik bagi kerajaan Allah? Jika itu berarti bahwa suatu hal mungkin bisa dilakukan dengan cara lain daripada dengan cara yang akan dia lakukan, biarlah demikian. Dia hanya ingin apa yang terbaik bagi kerajaan Allah.”3

Sebagai seorang pemimpin pemerintahan, Presiden Benson memiliki pengabdian yang sama dalam hal melakukan apa yang terbaik bagi kerajaan Allah. Ketika dia melayani sebagai Menteri Pertanian Amerika Serikat, dia menerima banyak “sorakan dari dunia,” 4 disertai dengan kritikan keras dalam jumlah besar. Dia tidak membiarkan kedua hal ini menjadi sesuatu yang ingin dia dengar. Alih-alih, dia setia terhadap pengingat yang sering dia terima dari istrinya, Flora: “Jangan khawatir mengenai pendapat dunia tentang dirimu sepanjang kamu berada di pihak Tuhan.” 5 Merasa puas dengan “sorakan surga,” yang tidak bersuara,6 dia selalu berusaha menanggapi kehendak Allah.

Gambar
Frontal head and shoulders portrait of Jesus Christ. Christ is depicted wearing a pale red robe with a white and blue shawl over one shoulder. Light emanates from His face.

Juruselamat, yang “lemah lembut dan rendah hati” (Matius 11:29), adalah teladan besar kita mengenai kerendahhatian.

Ajaran-Ajaran Ezra Taft Benson

1

Tuhan telah memperingatkan kita untuk berhati-hati akan kesombongan.

Ajaran dan Perjanjian memberi tahu kita bahwa Kitab Mormon adalah “catatan tentang orang-orang yang terjatuh.” (A&P 20:9).Mengapa mereka terjatuh? Ini adalah salah satu pesan utama Kitab Mormon. Mormon memberikan jawabannya dalam bab-bab penutup dari kitab tersebut dengan kata-kata ini: “Lihatlah, putraku, aku akan menulis kepadamu lagi jika aku tidak pergi segera melawan orang-orang Laman. Lihatlah, kesombongan bangsa ini, atau orang-orang Nefi, telah berakibat pada kehancuran mereka kecuali mereka akan bertobat.” (Moroni 8:27). Dan kemudian, agar kita tidak kehilangan pesan Kitab Mormon yang sangat penting dari umat yang telah terjatuh itu, Tuhan memperingatkan kita dalam Ajaran dan Perjanjian, “Berhati-hatilah akan kesombongan, agar jangan kamu menjadi seperti orang-orang Nefi zaman dahulu.” (A&P 38:39).

Saya sungguh-sungguh menaruh perhatian terhadap iman dan doa-doa Anda sementara saya berusaha membawa terang mengenai pesan Kitab Mormon ini—dosa kesombongan. Pesan ini telah membebani jiwaku untuk beberapa waktu. Saya tahu Tuhan ingin pesan ini disampaikan sekarang.

Dalam sidang prafana, kesombonganlah yang telah menjatuhkan Lusifer, “putra fajar.” (2 Nefi 24:12–15; lihat juga A&P 76:25–27; Musa 4:3). Pada akhir dunia ini, ketika Allah membersihkan bumi dengan api, kesombongan akan dibakar seperti tunggul jerami dan yang lembut hati akan mewarisi bumi (lihat 3 Nefi 12:5; 25:1; A&P 29:9; Joseph Smith—Sejarah 1:37; Maleakhi 4:1).

Tiga kali dalam Ajaran dan Perjanjian Tuhan menggunakan ungkapan “berhati-hatilah akan kesombongan,” termasuk peringatan kepada penatua kedua Gereja, Oliver Cowdery, dan kepada Emma Smith, istri Nabi (A&P 23:1; lihat juga 25:14; 38:39).7

2

Ciri utama kesombongan adalah permusuhan terhadap Allah dan sesama manusia.

Kesombongan adalah dosa yang dipahami dengan sangat salah, dan banyak orang berdosa dalam ketidaktahuan (lihat Mosia 3:11; 3 Nefi 6:18). Dalam tulisan suci tidak ada yang namanya kesombongan yang saleh—kesombongan selamanya dianggap dosa. Oleh karena itu, tidak peduli bagaimana dunia menggunakan istilah tersebut, kita harus memahami bagaimana Allah menggunakan istilah tersebut agar kita dapat memahami bahasa tulisan suci dan memperoleh manfaat darinya (lihat 2 Nefi 4:15; Mosia 1:3–7; Alma 5:61).

Kebanyakan dari kita berpendapat bahwa kesombongan adalah mementingkan diri sendiri, kecongkakan, memegahkan diri, arogansi, atau keangkuhan. Semua ini adalah unsur-unsur dosa, tetapi pusat, atau intinya, masih hilang.

Ciri utama kesombongan adalah permusuhan—permusuhan terhadap Allah dan permusuhan terhadap sesama manusia. Permusuhan berarti “membenci, memusuhi, atau menentang.” Itu adalah kuasa yang dengannya Setan ingin memerintah atas kita.

Kesombongan pada dasarnya bersifat kompetitif. Kita menempatkan kehendak kita melawan kehendak Allah. Ketika kita mengarahkan kesombongan kita pada Allah, kesombongan itu adalah sikap “kehendakkulah yang terjadi dan bukan kehendak-Mu.” Seperti yang dikatakan oleh Paulus, mereka “semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus.” (Filipi 2:21).

Kehendak kita yang bersaing dengan kehendak Allah akan selalu membiarkan hasrat, keinginan, dan nafsu tanpa terkekang (lihat Alma 38:12; 3 Nefi 12:30).

Orang yang sombong tidak dapat menerima wewenang Allah memberikan pengarahan terhadap kehidupan mereka (lihat Helaman 12:6). Mereka menempatkan persepsi mereka tentang kebenaran melawan pengetahuan agung Allah, kemampuan mereka melawan kuasa imamat Allah, dan pencapaian mereka melawan pekerjaan agung-Nya.

Permusuhan kita terhadap Allah memiliki banyak sebutan, seperti pemberontak, kekerasan hati, kedegilan, yang tidak bertobat, yang congkak, mudah tersinggung, dan pencari tanda. Orang yang sombong ingin Allah akan sepakat dengan mereka. Mereka tidak tertarik untuk mengubah pandangan mereka agar sepakat dengan pandangan Allah.

Bagian besar lain dari dosa kesombongan yang sangat umum ini adalah permusuhan terhadap sesama manusia. Kita tergoda setiap hari untuk meninggikan diri kita di atas orang lain dan merendahkan mereka (lihat Helaman 6:17; A&P 58:41).

Yang sombong menjadikan setiap orang lawan mereka dengan mengadu kecerdasan, opini, pekerjaan, kekayaan, bakat, atau perangkat ukuran duniawi lainnya dengan orang lain. Dengan kata-kata C. S. Lewis: “Kesombongan tidak mendapatkan kenikmatan dari memiliki sesuatu, melainkan hanya dari memiliki lebih darinya daripada orang berikutnya …. Itu adalah perbandingan yang menjadikan Anda sombong: kenikmatan berada di atas yang lainnya. Begitu elemen persaingan hilang, kesombongan telah hilang” (Mere Christianity, New York: Macmillan, 1952, hlm. 109–110).

Dalam sidang pradunia, Lusifer menempatkan usulannya untuk bersaing dengan rencana Bapa sebagaimana didukung oleh Yesus Kristus (lihat Musa 4:1–3). Dia berkeinginan untuk dihormati melebihi yang lainnya (lihat 2 Nefi 24:13). Singkatnya, hasratnya yang penuh kesombongan adalah untuk menumbangkan takhta Allah (lihat A&P 29:36; 76:28).

Tulisan suci penuh dengan bukti-bukti mengenai akibat parah dari dosa kesombongan orang-orang, kelompok-kelompok, kota-kota, dan bangsa-bangsa. “Kecongkakan mendahului kehancuran” (Amsal 16:18). Kesombongan telah menghancurkan bangsa Nefi dan kota Sodom (lihat Moroni 8:27; Yehezkiel 16:49–50).8

3

Orang yang sombong lebih takut terhadap penghakiman manusia daripada penghakiman Allah.

Adalah melalui kesombonganlah Kristus disalibkan. Orang-orang Farisi murka karena Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Putra Allah, yang merupakan ancaman terhadap posisi mereka, sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh-Nya (lihat Yohanes 11:53).

Saul menjadi musuh Daud melalui kesombongan. Dia cemburu karena kelompok besar perempuan Israel bernyanyi bahwa “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” (1 Samuel 18:6–8).

Orang yang sombong lebih takut terhadap penghakiman manusia daripada penghakiman Allah (lihat A&P 3:6–7; 30:1–2; 60:2). “Apa yang akan orang pikirkan mengenai saya?” lebih ditakutkan daripada “Apa yang akan Allah pikirkan mengenai saya?”

Raja Nuh baru akan membebaskan Nabi Abinadi, tetapi sebuah permohonan terhadap kesombongannya oleh para imam yang jahat membuat Abinadi dikirim untuk dibakar (lihat Mosia 17:11–12). Herodes menjadi sedih atas permintaan istrinya untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Tetapi hasratnya yang penuh kesombongan agar terlihat baik “karena tamu-tamunya” menyebabkan dia membunuh Yohanes. (Matius 14:9; lihat juga Markus 6:26).

Gambar
The Book of Mormon prophet Abinadi preaching before King Noah and the wicked priests. Abinadi is bound in chains. Scriptural reference: Mosiah 12:18-37, 13:1-9

Kesombongan Raja Nuh menuntun pada kematian Abinadi dan kematiannya sendiri.

Takut terhadap penghakiman manusia tercermin dengan sendirinya dalam persaingan untuk mendapatkan persetujuan dari manusia. Orang yang sombong lebih suka “akan kehormatan manusia daripada kehormatan Allah.” (Yohanes 12:42–43). Motif kita untuk hal-hal yang kita lakukan merupakan asal dari terwujudnya dosa. Yesus mengatakan bahwa Dia “senantiasa berbuat apa” yang berkenan kepada Allah. (Yohanes 8:29). Tidakkah akan baik bagi kita memiliki motif agar berkenan kepada Allah alih-alih berusaha meninggikan diri kita melebihi saudara kita dan mengalahkan orang lain?

Sejumlah orang yang sombong tidak begitu khawatir apakah gaji mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sepanjang gaji mereka melebihi gaji orang lain. Kepuasan mereka adalah dengan menjadi lebih baik dari semua yang lainnya. Ini adalah permusuhan yang berhubungan dengan kesombongan.

Ketika kesombongan memiliki pengaruh yang kuat di dalam hati kita, kita kehilangan kemandirian kita dari dunia dan menyerahkan kebebasan kita pada belenggu penghakiman manusia. Dunia berteriak lebih keras daripada bisikan-bisikan dari Roh Kudus. Nalar manusia mengesampingkan wahyu-wahyu Allah, dan orang yang sombong melepaskan pegangan besi (lihat 1 Nefi 8:19–28; 11:25; 15:23–24).9

4

Kesombongan dinyatakan dalam banyak cara.

Kesombongan adalah dosa yang dapat dilihat dengan mudah pada orang lain tetapi jarang diakui oleh diri sendiri. Kebanyakan dari kita menganggap kesombongan sebagai dosa orang yang berada di posisi atas, seperti orang kaya dan orang terpelajar, dengan meremehkan semua orang lainnya (lihat 2 Nefi 9:42). Akan tetapi, ada penyakit yang jauh lebih lazim di antara kita—dan penyakit itu adalah kesombongan dari bawah dengan melihat ke atas. Itu dinyatakan dengan begitu banyak cara, seperti mencari-cari kesalahan orang lain, bergosip, memfitnah, menggerutu, membelanjakan uang melebihi pendapatan, iri hati, menginginkan barang orang lain, tidak mengucapkan rasa syukur dan pujian yang dapat memperkuat orang lain, dan tidak mau mengampuni dan cemburu.

Ketidakpatuhan pada dasarnya adalah pergumulan kekuatan yang sombong melawan seseorang yang berada di posisi memimpin kita. Itu bisa orangtua, seorang pemimpin imamat, seorang guru, atau pada akhirnya Allah. Orang yang sombong membenci fakta bahwa seseorang lebih baik dari dia. Dia beranggapan ini menurunkan posisinya.

Mementingkan diri sendiri adalah salah satu jenis kesombongan yang lebih umum. “Bagaimana segala sesuatu memengaruhi saya” adalah pusat dari semua yang penting—kesombongan diri, kasihan pada diri sendiri, pemenuhan diri sendiri secara duniawi, kepuasan diri sendiri, dan pencarian diri sendiri.

Kesombongan menghasilkan komplotan rahasia yang dibangun untuk mendapatkan kekuasan, keuntungan, dan kemuliaan dunia (lihat Helaman 7:5; Eter 8:9, 16, 22–23; Musa 5:31). Buah dari dosa kesombongan ini, yaitu komplotan rahasia, yang menghancurkan baik peradaban bangsa Yared maupun bangsa Nefi dan telah dan masih akan menyebabkan kejatuhan banyak bangsa (lihat Eter 8:18–25).

Bentuk lain dari kesombongan adalah perselisihan. Perdebatan, pertengkaran, kekuasaan yang tidak benar, kesenjangan generasi, perceraian, perundungan pasangan, kerusuhan, dan gangguan-gangguan semuanya jatuh ke dalam kategori kesombongan ini.

Perselisihan dalam keluarga kita menyebabkan Roh Tuhan pergi. Perselisihan juga menyebabkan banyak dari anggota keluarga pergi. Perselisihan berkisar dari perkataan yang bermusuhan hingga konflik-konflik yang terjadi di seluruh dunia. Tulisan suci memberi tahu kita bahwa “keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran.” (Amsal 13:10; lihat juga Amsal 28:25).

Tulisan suci memberikan kesaksian bahwa orang yang sombong mudah tersinggung dan menyimpan dendam (lihat 1 Ne. 16:1–3). Mereka tidak mengampuni agar orang lain terus berutang kepada mereka dan untuk membenarkan perasaan terluka mereka.

Orang yang sombong tidak mau menerima nasihat atau koreksi dengan mudah (lihat Amsal 15:10; Amos 5:10). Sikap membela diri digunakan oleh mereka untuk membenarkan dan merasionalisasi kelemahan-kelemahan dan kegagalan mereka (lihat Matius 3:9; Yohanes 6:30–59).

Orang yang sombong bergantung pada dunia untuk memberi tahu mereka apakah mereka memiliki nilai atau tidak. Harga diri mereka ditentukan oleh bagaimana mereka dinilai berdasarkan keberhasilan duniawi mereka. Mereka merasa berharga sebagai individu jika ada banyak orang yang belum memperoleh keberhasilan duniawi seperti mereka dalam bidang prestasi, bakat, kecantikan, atau intelek. Kesombongan adalah buruk. Kesombongan mengatakan, “Jika Anda berhasil, berarti saya gagal.”

Jika kita mengasihi Allah, lakukanlah kehendak-Nya, dan takutlah akan penghakiman-Nya lebih daripada penghakiman manusia, kita akan memiliki harga diri.10

5

Kesombongan membatasi atau menghentikan kemajuan.

Kesombongan adalah dosa laknat dalam arti kata itu yang sesungguhnya. Kesombongan membatasi atau menghentikan kemajuan (lihat Alma 12:10–11). Orang yang sombong tidak mudah diajar (lihat 1 Nefi 15:3, 7–11). Mereka tidak akan mengubah pikiran mereka untuk menerima kebenaran, karena jika mereka berubah berarti mereka telah salah.

Kesombongan secara merugikan berdampak terhadap semua hubungan kita—hubungan kita dengan Allah dan para hamba-Nya, antara suami dan istri, orangtua dan anak, majikan dan pekerja, guru dan siswa, dan seluruh umat manusia. Tingkat kesombongan kita menentukan bagaimana kita memperlakukan Allah kita serta para saudara dan saudari kita. Kristus ingin mengangkat kita ke tempat di mana Dia berada. Apakah kita berhasrat untuk melakukan hal yang sama bagi orang lain?

Kesombongan melemahkan perasaan kita sebagai anak Allah dan persaudaraan dengan sesama manusia. Kesombongan memisahkan dan membagi kita berdasarkan “peringkat,” menurut “kekayaan” kita dan “kesempatan untuk belajar.” (3 Nefi 6:12). Kesatuan adalah mustahil bagi umat yang sombong, dan kecuali kita bersatu kita bukan umat Tuhan (lihat Mosia 18:21; A&P 38:27; 105:2–4; Musa 7:18).

Pikirkan apa yang diakibatkan oleh kesombongan terhadap kita di masa lalu dan apa yang diakibatkannya sekarang terhadap kita dalam kehidupan kita sendiri, keluarga kita, dan Gereja.

Pikirkan tentang pertobatan yang dapat terjadi dengan kehidupan yang diubah, pernikahan yang dipertahankan, dan rumah tangga yang dikuatkan, jika kesombongan tidak menahan kita dari mengakui dosa kita dan meninggalkannya (lihat A&P 58:43).

Pikirkan mengenai banyak anggota Gereja yang kurang aktif karena mereka tersinggung dan kesombongan mereka tidak memperkenankan mereka untuk mengampuni atau sepenuhnya berjamu di meja perjamuan Tuhan.

Pikirkanlah tentang tambahan puluhan ribu remaja putra dan pasangan yang dapat berada di misi kecuali karena kesombongan yang menahan diri mereka dari menyerahkan hati mereka kepada Tuhan (lihat Alma 10:6; Helaman 3:34–35).

Pikirkan bagaimana pekerjaan bait suci dapat meningkat jika waktu yang dihabiskan dalam pelayanan ilahi ini lebih penting daripada banyak pengejaran penuh kesombongan yang bersaing untuk mendapatkan waktu kita.11

Gambar
A young couple sitting next to each other in an apartment or house. There are boxes around them to indicate they just moved in. They are smiling and hugging each other.

Kerendahhatian mendatangkan kesatuan dan kekuatan pada pernikahan dan keluarga.

6

Penangkal untuk kesombongan adalah kerendahan hati.

Kesombongan memengaruhi kita semua di berbagai waktu dan dalam berbagai tingkat. Sekarang Anda dapat melihat mengapa bangunan dalam mimpi Lehi yang melambangkan kesombongan dunia adalah besar dan luas dan begitu banyak orang yang telah masuk ke dalamnya (lihat 1 Nefi 8:26, 33; 11:35–36).

Kesombongan adalah dosa universal, kejahatan besar. Ya, kesombongan adalah dosa universal, kejahatan besar.

Penangkal untuk kesombongan adalah kerendahan hati—kelembutan hati, penyerahan diri (lihat Alma 7:23). Itu adalah hati yang hancur dan roh yang menyesal (lihat 3 Nefi 9:20; 12:19; A&P 20:37; 59:8; Mazmur 34:18; Yesaya 57:15; 66:2). Rudyard Kipling menyatakannya dengan sangat baik:

Keributan dan teriakan berhenti;

Kapten dan raja-raja pergi.

Pendamaian masih berlaku,

Hati yang rendah dan menyesal.

Tuhan Allah Semesta, belum bersama kita,

Agar kita tidak akan lupa, agar kita tidak akan lupa .…

Allah akan memiliki umat yang rendah hati. Kita dapat memilih untuk rendah hati atau kita dapat dipaksa untuk rendah hati. Alma berkata, “Diberkatilah mereka yang merendahkan hati mereka tanpa dipaksa untuk menjadi rendah hati.” (Alma 32:16).

Marilah kita memilih untuk menjadi rendah hati.

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan menaklukkan permusuhan terhadap saudara laki-laki dan saudara perempuan kita, menghargai mereka seperti kita menghargai kita sendiri, dan mengangkat mereka setinggi atau lebih tinggi dari kita sendiri (lihat A&P 38:24; 81:5; 84:106).

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan menerima nasihat dan deraan (lihat Yakub 4:10; Helaman 15:3; A&P 63:55; 101:4–5; 108:1; 124:61, 84; 136:31; Amsal 9:8).

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan mengampuni mereka yang telah menyinggung perasaan kita (lihat 3 Nefi 13:11, 14; A&P 64:10).

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan memberikan pelayanan yang tidak mementingkan diri (lihat Mosia 2:16–17).

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan pergi misi dan mengkhotbahkan firman yang dapat merendahkan hati orang lain (lihat Alma 4:19; 31:5; 48:20).

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan lebih sering pergi ke bait suci.

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan mengakui dan meninggalkan dosa-dosa kita dan dilahirkan dari Allah (lihat A&P 58:43; Mosia 27:25–26; Alma 5:7–14, 49).

Kita dapat memilih untuk merendahkan hati kita sendiri dengan mengasihi Allah, menyerahkan kehendak kita kepada kehendak-Nya, dan mengutamakan Dia dalam kehidupan kita (lihat 3 Nefi 11:11; 13:33; Moroni 10:32).

Marilah kita memilih untuk rendah hati. Kita dapat melakukannya. Saya tahu kita dapat.

Brother dan sister yang terkasih, kita harus mempersiapkan diri untuk menebus Sion. Pada dasarnya adalah dosa kesombongan yang mencegah kita menegakkan Sion di masa Nabi Joseph Smith. Itu adalah dosa kesombongan yang sama yang telah menghentikan persucian di antara orang-orang Nefi (lihat 4 Nefi 1:24–25).

Kesombongan adalah batu sandungan besar bagi Sion. Saya ulangi: Kesombongan adalah batu sandungan besar bagi Sion.

Kita harus membersihkan wadah bagian dalam dengan mengalahkan kesombongan (lihat Alma 6:2–4; Matius 23:25–26).

Kita harus menyerah “pada bujukan Roh Kudus,” menanggalkan ‘manusia alami’ yang penuh kesombongan, menjadi “orang suci melalui pendamaian Kristus Tuhan,” dan menjadi “seperti seorang anak, tunduk, lembut hati, rendah hati.” (Mosia 3:19; lihat juga Alma 13:28).

Doa saya yang sungguh-sungguh adalah semoga kita dapat melakukannya dan terus memenuhi tujuan ilahi kita.12

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Presiden Benson menekankan bahwa kesombongan menuntun pada kehancuran orang-orang Nefi (lihat bagian 1). Mengapa menurut Anda kesombongan memiliki kekuatan menghancurkan seperti itu?

  • Dengan cara-cara bagaimana orang “menempatkan kehendak [mereka] melawan kehendak Allah”? (lihat bagian 2). Apa beberapa berkat yang datang kepada kita ketika kita mengikuti kehendak Allah?

  • Mengapa menurut Anda kita terkadang menanyakan “Apa yang akan orang pikirkan mengenai saya?” alih-alih mengatakan “Apa yang akan Allah pikirkan mengenai saya?” (lihat bagian 3). Bagaimanakah kehidupan kita berubah ketika hasrat terbesar kita adalah agar berkenan kepada Allah?

  • Kajilah ulang pernyataan-pernyataan mengenai kesombongan yang dicantumkan di bagian 4. Bagaimanakah kita dapat menghindari pernyataan-pernyataan kesombongan ini dalam kehidupan kita?

  • Presiden Benson berkata, “Kesombongan secara merugikan berdampak terhadap semua hubungan kita”—dengan Allah dan orang-orang lain (bagian 5). Mengapa ini benar? Dengan cara-cara bagaimana hubungan kita meningkat ketika kita rendah hati?

  • Di bagian 6, Presiden Benson mencantumkan cara-cara kita dapat memilih untuk menjadi rendah hati. Mengapa menurut Anda lebih baik memilih menjadi rendah hati daripada dipaksa untuk menjadi rendah hati?

Tulisan Suci yang Berhubungan

Matius 23:12; Lukas 18:9–14; Yakobus 4:6; Alma 5:27–28; A&P 112:10; 121:34–40

Bantuan Belajar

Untuk mempersamakan perkataan seorang nabi dengan diri Anda sendiri, pikirkanlah mengenai bagaimana ajaran-ajarannya berhubungan dengan Anda (lihat Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia [1999], 170). Pertimbangkanlah untuk menanyakan kepada diri Anda sendiri bagaimana ajaran-ajaran tersebut dapat membantu Anda dengan masalah-masalah, pertanyaan-pertanyaan, dan tantangan-tantangan dalam kehidupan Anda.

Catatan

  1. “Cleansing the Inner Vessel,” Ensign, Mei 1986, 6–7.

  2. Boyd K. Packer, dalam Sheri L. Dew, Ezra Taft Benson: A Biography (1987), 429–430.

  3. Russell M. Nelson, dalam Ezra Taft Benson: A Biography, 430.

  4. “Cleansing the Inner Vessel,” 7.

  5. Flora Amussen Benson, dalam Ezra Taft Benson: A Biography, 293.

  6. “Cleansing the Inner Vessel,” 7.

  7. “Beware of Pride,” Ensign, Mei 1989, 4.

  8. “Beware of Pride,” 4–5.

  9. “Beware of Pride,” 5.

  10. “Beware of Pride,” 5–6.

  11. “Beware of Pride,” 6.

  12. “Beware of Pride,” 6–7; naskah nyanyian pujian untuk “God of Our Fathers, Known of Old” oleh Rudyard Kipling dalam Hymns, no. 80.