Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 24: Kehidupan yang Terpusat pada Kristus


Bab 24

Kehidupan yang Terpusat pada Kristus

“Ukuran terbaik untuk kebesaran sejati adalah sejauh mana kita hidup seperti Kristus.”

Dari Kehidupan Ezra Taft Benson

Presiden Ezra Taft Benson sering mengutip nasihat Juruselamat kepada dua belas murid orang Nefi: “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya? Sesungguhnya Aku berfirman kepadamu, bahkan seperti aku” (3 Nefi 27:27).1 Asas ini—perlunya untuk menjadi lebih seperti Kristus—adalah tema yang diulang-ulang dalam pelayanan Presiden Benson, khususnya selama pelayanannya sebagai Presiden Kuorum Dua Belas Rasul dan sebagai Presiden Gereja.

Setelah mengabdikan kehidupannya pada pelayanan Tuhan, Presiden Benson berbicara dengan kuasa dan keyakinan ketika dia membagikan kata-kata kesaksian berikut:

“Saya bersaksi kepada Anda bahwa tidak ada tantangan yang lebih besar, lebih menggetarkan, dan membuat jiwa kita menjadi lebih mulia daripada berusaha mempelajari mengenai Kristus dan mengikuti langkah-langkah-Nya. Contoh bagi kita, Yesus Kristus, berjalan di bumi ini sebagai ‘Teladan.’ Dia adalah Pengantara kita dengan Bapa. Dia mengupayakan kurban Pendamaian agung agar kita memiliki kegenapan sukacita dan dipermuliakan menurut kasih karunia-Nya dan pertobatan dan kesalehan kita. Dia melakukan semua hal dengan sempurna dan memerintahkan agar kita sempurna bahkan seperti Dia dan Bapa-Nya adalah sempurna (lihat 3 Nefi 12:48).

“‘Apa yang akan Yesus lakukan?’ atau ‘Apa yang Dia ingin agar saya lakukan?’ adalah pertanyaan pribadi paling penting dari kehidupan ini. Mengikuti jalan-Nya adalah pencapaian terbesar dari kehidupan. Pria dan wanita yang benar-benar berhasil adalah yang kehidupannya paling selaras dengan kehidupan Tuan.”2

Sewaktu Presiden Benson mengimbau para Orang Suci untuk mengikuti teladan sempurna Juruselamat, dia mengingatkan mereka bahwa mereka dapat melakukannya dengan bantuan Juruselamat. Dia menyatakan:

“Saya tahu Tuhan hidup. Saya tahu bahwa Dia mengasihi kita. Saya tahu bahwa tidak seorang pun bisa berhasil tanpa Dia, tetapi sebagai seorang mitra bersama-Nya tidak seorang pun bisa gagal.

Saya tahu bahwa Allah dapat membantu kita menjadi lebih berhasil dalam kehidupan kita daripada yang dapat kita lakukan sendiri.

Semoga kita semua memiliki keberanian moral dari sekarang hingga seterusnya untuk berusaha lebih kuat lagi setiap hari untuk memikirkan mengenai Kristus, mempelajari mengenai-Nya, mengikuti jejak-Nya, dan melakukan apa yang Dia ingin agar kita lakukan.”3

Gambar
Head and shoulders profile protrait of Jesus Christ. Christ is depicted with a white cloth over His head.

“Yesus berfirman … , Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6).

Ajaran-Ajaran Ezra Taft Benson

1

Teladan dan ajaran-ajaran Yesus Kristus memberikan standar mulia bagi seluruh umat manusia.

Dua ribu tahun yang lalu seorang pria yang sempurna berjalan di bumi: Yesus Kristus. Dia adalah putra dari seorang bapa surgawi dan seorang ibu fana. Dia adalah Allah dunia ini, di bawah Bapa. Dia mengajar orang-orang kebenaran, bahwa mereka dapat bebas. Teladan dan ajaran-ajaran-Nya memberikan standar mulia, satu-satunya jalan yang pasti, bagi seluruh umat manusia.4

Tidak ada pengaruh lain apa pun yang memiliki dampak yang demikian besar di bumi ini selain kehidupan Yesus Kristus. Kita tidak dapat memahami kehidupan kita tanpa ajaran-ajaran-Nya. Tanpa Dia kita akan dibingungkan oleh kepercayaan-kepercayaandan ibadat-ibadat palsu, akibat dari rasa takut dan kegelapan di mana hal-hal yang berhawa nafsu dan materialistis dianggap penting. Kita masih sangat jauh dari tujuan yang telah Dia tetapkan untuk kita, kita tidak boleh lupa akan hal itu; dan kita juga tidak boleh lupa bahwa pendakian besar kita menuju terang, menuju kesempurnaan, tidak akan dimungkinkan kecuali karena ajaran-ajaran-Nya, kehidupan-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya.

… Kita harus belajar dan belajar lagi bahwa hanya dengan menerima dan menjalankan Injil kasih sebagaimana diajarkan oleh Tuhan dan hanya dengan melakukan kehendak-Nya kita dapat memutuskan belenggu ketidaktahuan dan keraguan yang mengikat kita. Kita harus mempelajari kebenaran sederhana, mulia ini sehingga kita dapat menikmati sukacita manis dari roh dalam kehidupan ini dan dalam kekekalan. Kita harus berkurban dalam melakukan kehendak-Nya. Kita harus mengutamakan Dia dalam kehidupan kita.5

Dalam pasal 14 kitab Yohanes, Yesus dengan penuh kasih mengucapkan salam perpisahan kepada murid-murid-Nya setelah perjamuan terakhir. Dia memberi tahu mereka bahwa Dia pergi untuk mempersiapkan sebuah tempat bagi mereka di rumah Bapa-Nya; bahwa di mana Dia berada, mereka juga dapat berada. Dan Tomas berkata kepadanya:

“Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:5–6). Jalan itu ada di hadapan kita. Jalan itu ditandai dengan jelas.6

2

Kita datang kepada Kristus sewaktu kita memandang kepada-Nya dalam setiap pikiran dan meniru sifat-sifat-Nya.

Dalam bahasa Kitab Mormon, kita perlu untuk “percaya kepada Kristus dan tidak menyangkal-Nya.” (2 Nefi 25:28). Kita perlu menaruh kepercayaan kepada Kristus dan bukan kepada lengan daging (lihat 2 Nefi 4:34). Kita perlu untuk “datang kepada Kristus, dan disempurnakan di dalam Dia” (Moroni 10:32). Kita perlu untuk datang “dengan hati yang patah dan roh yang menyesal” (3 Nefi 12:19), lapar dan haus akan kebenaran (lihat 3 Nefi 12:6). Kita perlu untuk datang “mengenyangkan diri dengan firman Kristus” (2 Nefi 31:20), sewaktu kita menerimanya melalui tulisan suci-Nya, orang yang diurapi-Nya, dan Roh Kudus-Nya.

Singkatnya, kita perlu mengikuti “teladan Putra Allah yang hidup” (2 Nefi 31:16).7

Tuhan berfirman, “Pandanglah kepada-Ku dalam setiap pemikiran.” (A&P 6:36). Memandang kepada Tuhan dalam setiap pemikiran adalah satu-satunya kemungkinan cara kita dapat menjadi macam pria dan wanita yang seharusnya kita adanya.

Tuhan mengajukan pertanyaan kepada murid-murid-Nya, “Orang macam apakah seharusnya kamu adanya?” Dia kemudian menjawab pertanyan-Nya sendiri dengan mengatakan, “Bahkan seperti Aku.” (3 Nefi 27:27). Untuk menjadi seperti Dia, kita harus memikirkan mengenai Dia—secara terus-menerus dalam pikiran kita. Setiap kali kita mengambil sakramen, kita berkomitmen untuk “selalu mengingat Dia.” (Moroni 4:3; 5:2; A&P 20:77, 79).

Jika pikiran-pikiran menjadikan kita sebagaimana kita adanya, dan kita ingin menjadi seperti Kristus, maka kita harus memiliki pikiran-pikiran seperti Kristus. Izinkan saya mengulangi hal itu: Jika pikiran-pikiran menjadikan kita sebagaimana kita adanya, dan kita ingin menjadi seperti Kristus, maka kita harus memiliki pikiran-pikiran seperti Kristus.

… Pikiran-pikiran kita hendaknya terfokus pada Tuhan. Kita hendaknya memikirkan mengenai Kristus.8

Biarkan kehidupan pribadi kita, rumah kita, dan kinerja pekerjaan kita mencerminkan karakter seperti Kristus. Hiduplah sedemikian rupa sehingga orang lain akan mengatakan mengenai Anda, “Dia adalah orang Kristen yang sejati!”

Ya, kita percaya kepada Yesus Kristus, tetapi terlebih penting lagi—kita memandang kepada-Nya, kita menaruh kepercayaan kepada-Nya dan berusaha untuk meniru sifat-sifat-Nya.9

Kristus adalah sosok yang ideal kita. Dia adalah teladan kita .… Ukuran terbaik mengenai kebesaran sejati adalah sejauh mana kita hidup seperti Kristus.10

Untuk menjadi seperti Juruselamat—sungguh itu merupakan tantangan bagi siapa pun! Dia adalah anggota Ke-Allah-an. Dia adalah Juruselamat dan Penebus. Dia sempurna dalam setiap aspek kehidupan-Nya. Tidak ada kelemahan maupun kegagalan dalam Dia. Apakah mungkin bagi kita … untuk menjadi bahkan seperti Dia adanya? Jawabannya adalah ya. Tidak saja kita dapat, melainkan itu adalah tugas, tanggung jawab kita. Dia tidak akan memberi kita perintah itu jika Dia tidak benar-benar bermaksud bagi kita untuk melakukannya [lihat Matius 5:48; 3 Nefi 12:48].

Gambar
The resurrected Jesus Christ appearing to seven of the Apostles (including Peter) on the shores of the Sea of Galilee. Peter is standing by Christ. Christ has His hand on Peter's shoulder as He instructs Peter to "feed my sheep." The other Apostles are seated on the ground as they watch. There is a fishing boat in the background.

Rasul Petrus, di sini digambarkan bersama Yesus Kristus yang telah bangkit, mengajarkan mengenai bagaimana kita dapat meniru karakter Juruselamat.

Rasul Petrus berbicara mengenai proses yang dengannya seseorang dapat mengambil bagian “dalam kodrat ilahi” (2 Petrus 1:4). Ini penting, karena jika kita benar-benar mengambil bagian dalam kodrat ilahi, kita akan menjadi seperti Dia. Marilah kita memeriksa dengan saksama apa yang Petrus ajarkan kepada kita mengenai proses ini. Berikut adalah hal yang dia katakan:

“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan;

Dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan;

Dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang” (2 Petrus 1:5–7).

Kebajikan-kebajikan yang diuraikan oleh Petrus adalah bagian dari sifat ilahi, atau karakter Juruselamat. Ini adalah kebajikan-kebajikan yang hendaknya kita tiru jika kita ingin menjadi lebih seperti Dia. Marilah kita membahas beberapa dari sifat-sifat penting ini.

Ciri-ciri utama, di mana semua ciri lainnya ditambahkan, adalah iman. Iman adalah landasan yang di atasnya karakter seperti allah dibangun .…

Petrus terus mengatakan bahwa kita harus menambahkan pada iman kita kebajikan …. Perilaku yang bajik menyiratkan bahwa [seseorang] memiliki pikiran yang murni dan tindakan-tindakan yang bersih. Dia tidak akan bernafsu di dalam hatinya, karena jika dia memilikinya berarti “menyangkal iman” dan kehilangan Roh (A&P 42:23)—dan tidak ada yang lebih penting dalam pekerjaan ini selain Roh .…

Kebajikan berhubungan dengan kekudusan, sebuah sifat kesalehan. [Kita] hendaknya secara aktif mencari apa yang bajik dan indah dan bukan yang merendahkan atau kotor. Kebajikan akan mengisi pikiran [kita] dengan tiada hentinya (lihat A&P 121:45). Bagaimana mungkin seseorang dapat menurutkan kehendak hatinya pada kejahatan pornografi, perkataan tak senonoh, atau kata-kata kasar dan menganggap dirinya sangat bajik? …

Langkah berikutnya yang digambarkan Petrus dalam proses pertumbuhan adalah untuk menambahkan pengetahuan pada iman dan kebajikan kita. Tuhan telah memberi tahu kita bahwa “tidaklah mungkin bagi seseorang untuk diselamatkan dalam ketidaktahuan” (A&P 131:6). Di tempat lain Allah memerintahkan, “Carilah kamu dari buku-buku terbaik kata-kata kebijaksanaan; upayakanlah pembelajaran, bahkan melalui penelaahan dan juga melalui iman” (AP 88:118) .… Meskipun pembelajaran apa pun tentang kebenaran bermanfaat, kebenaran-kebenaran tentang keselamatan adalah kebenaran paling penting yang dapat dipelajari siapa pun. Pertanyaan Tuhan, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Matius 16:26) dapat diterapkan untuk pengejaran pendidikan maupun pengejaran harta benda duniawi. Tuhan mungkin juga telah menanyakan, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi tidak belajar untuk diselamatkan?” …

Dengan menggabungkan pendidikan rohani dengan pendidikan duniawi kita akan membantu kita tetap terfokus pada hal-hal yang paling penting dalam kehidupan ini .…

Sifat lain yang digambarkan oleh Petrus sebagai bagian dari kodrat ilahi adalah penguasaan diri. [Orang yang bisa menguasai diri] mampu mengekang emosi dan ungkapan kata-katanya. Dia melakukan segala sesuatu secara seimbang dan tidak mengambil bagian secara berlebihan. Dengan kata lain, dia memiliki kendali diri. Dia piawai dalam mengendalikan emosinya, bukan sebaliknya .…

Terhadap pengendalian diri kita, kita hendaknya menambahkan ketekunan …. Ketekunan adalah bentuk lain dari pengendalian diri. Ini adalah kemampuan untuk menunda pemuasan diri dan mengekang nafsu seseorang. Dalam hubungannya dengan orang-orang yang dikasihi, seorang yang sabar tidak terlibat dalam perilaku terburu-buru di mana dia akan menyesal kemudian. Kesabaran adalah ketenangan dalam keadaan tertekan. Seorang yang sabar memahami kesalahan-kesalahan orang lain.

Seorang yang sabar juga menantikan Tuhan. Kita terkadang membaca atau mendengar orang yang mencari berkat dari Tuhan, kemudian menjadi tidak sabar ketika berkat itu tidak segera datang. Bagian dari kodrat ilahi adalah menaruh kepercayaan kepada Tuhan cukup untuk “diam dan ketahuilah bahwa [Dia adalah] Allah” (A&P 101:16).

[Seseorang] yang sabar akan bersikap toleran terhadap kesalahan dan kegagalan orang-orang yang dia kasihi. Karena dia mengasihi mereka, dia tidak akan mencari-cari kesalahan atau mengecam atau menyalahkan.

Sifat lain yang disebutkan oleh Petrus adalah kasih …. Orang yang memiliki kasih bersimpati dan lemah lembut terhadap orang lain. Dia tenggang rasa terhadap perasaan orang lain dan sopan dalam perilakunya. Dia memiliki sifat yang suka membantu. Kasih memaafkan kelemahan dan kesalahan orang lain. Kasih diberikan kepada semua orang—kepada yang lanjut usia dan orang muda, kepada binatang, kepada mereka yang berada dalam posisi yang rendah maupun yang tinggi.

Ini adalah sifat-sifat sejati dari kodrat ilahi. Dapatkah Anda melihat bagaimana kita dapat menjadi lebih seperti Kristus sewaktu kita menjadi lebih bajik, lebih memiliki kasih, lebih sabar, dan lebih bisa mengendalikan perasaan emosi kita?

Rasul Paulus menggunakan beberapa ungkapan yang jelas untuk mengilustrasikan bahwa seorang anggota Gereja harus berbeda dari dunia. Dia menganjurkan kita untuk “mengenakan Kristus” (Galatia 3:27), “menanggalkan manusia lama,” dan “mengenakan manusia baru” (Efesus 4:22, 24).

Kebajikan terakhir dan tertinggi dari karakter ilahi adalah kasih amal, atau kasih murni Kristus (lihat Moroni 7:47). Jika kita benar-benar ingin berusaha menjadi lebih seperti Juruselamat dan Tuan kita, maka belajar mengasihi seperti Dia mengasihi hendaknya menjadi tujuan terakhir kita. Mormon menyebut kasih amal “terbesar dari segalanya” (Moroni 7:46).

Dunia sekarang berbicara banyak mengenai kasih, dan kasih itu dicari oleh banyak orang. Tetapi kasih murni Kristus sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan dunia tentang kasih. Kasih amal tidak pernah mencari kepuasan yang mementingkan diri sendiri. Kasih murni Kristus hanya mengupayakan pertumbuhan kekal dan sukacita bagi orang lain .…

Juruselamat menyatakan bahwa hidup yang kekal adalah mengenal satu-satunya Allah yang benar dan Putra-Nya, Yesus Kristus (lihat Yohanes 17:3). Jika ini benar, dan saya memberikan kesaksian kudus saya bahwa itu adalah benar, maka kita harus bertanya bagaimana kita mengenal Allah. Proses menambahkan satu sifat Ke-Allah-an ke sifat lainnya, sebagaimana digambarkan oleh Petrus, menjadi kunci untuk memperoleh pengetahuan ini yang menuntun pada kehidupan kekal. Perhatikan janji Petrus, yang langsung mengikuti proses yang digambarkan:

“Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus” (2 Petrus 1:8; cetak miring ditambahkan).

… Saya berdoa agar sifat-sifat dan atribut-atribut Juruselamat ini dapat kita miliki dengan berlimpah-limpah sehingga ketika kita berdiri pada Penghakiman dan Dia menanyakan kepada kita masing-masing, “Orang macam apakah kamu?” kita dapat mengangkat kepala kita dengan rasa syukur dan sukacita dan menjawab, “Bahkan seperti Engkau.”11

3

Juruselamat akan menghibur kita dan mengangkat kita dalam upaya-upaya kita untuk tetap berada di jalan yang telah Dia tandai untuk kita.

Sebanyak kita menyimpang dari jalan yang telah ditandai untuk kita oleh Manusia dari Galilea itu, sebanyak itulah kita akan gagal dalam pertempuran individual kita .… Tetapi kita tidak tanpa bantuan-Nya. Berulang kali Dia mengatakan kepada para murid-Nya, dan kepada kita semua, “Janganlah gelisah hatimu .…”

Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

“Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu .…”

“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, …” (Yohanes 14:1, 14, 18, 27).12

Marilah kita kembali ke Kitab Mormon … untuk mempelajari beberapa asas mengenai datang kepada Kristus, berkomitmen kepada-Nya, terpusat kepada-Nya, dan mengurbankan kehendak kita untuk mengikuti kehendak-Nya. Kita akan mengutip hanya beberapa di antara banyak kutipan mengenai hal itu.

Pertama, kita perlu mengetahui bahwa Kristus mengundang kita untuk datang kepada-Nya. “Lihatlah, Dia mengirimkan ajakan kepada semua orang, karena lengan belas kasihan diulurkan terhadap mereka, … Ya, Dia berfirman: Datanglah kepada-Ku dan kamu akan makan buah dari pohon kehidupan” (Alma 5:33–34).

Datanglah, karena Dia berdiri “dengan lengan terbuka untuk menyambutmu” (Mormon 6:17).

Datanglah, karena “Dia akan melipurmu dalam kesengsaraanmu, dan Dia akan membela perkaramu” (Yakub 3:1).

“Datanglah kepada-Nya, dan persembahkanlah seluruh jiwamu sebagai persembahan kepada-Nya” (Omni 1:26).

Sewaktu Moroni menutup catatan tentang peradaban bangsa Yared, dia menulis, “Aku hendak menganjurkanmu untuk mencari Yesus ini tentang siapa para nabi dan rasul telah menulis” (Eter 12:41).

Dalam kata-kata penutup Moroni yang ditulis menjelang berakhirnya peradaban bangsa Nefi, dia berkata, “Ya, datanglah kepada Kristus, dan disempurnakanlah di dalam Dia, … dan jika kamu akan menolak dari dirimu segala kefasikan, dan mengasihi Allah dengan segala daya, pikiran dan kekuatanmu, maka kasih karunia-Nya cukuplah bagimu” (Moroni 10:32).

Mereka yang berkomitmen pada Kristus “berdiri sebagai saksi bagi Allah di segala waktu dan dalam segala hal” agar mereka dapat berada “bahkan sampai kematian” (Mosia 18:9). Mereka “menyimpan nama” Kristus “tertulis selalu” dalam hati mereka (Mosia 5:12). Mereka mengambil ke atas diri mereka “nama Kristus, memiliki kebulatan tekad untuk melayani-Nya sampai akhir” (Moroni 6:3).

Ketika kita menjalankan kehidupan yang terpusat pada Kristus, “kita berbicara tentang Kristus, kita bersukacita di dalam Kristus, kita berkhotbah tentang Kristus” (2 Nefi 25:26). Kita “menerima firman Allah yang menyenangkan, dan mengenyangkan diri dengan kasih-Nya” (Yakub 3:2). Bahkan ketika jiwa Nefi bersedih karena kedurhakaannya, dia berkata, “Aku tahu kepada siapa aku telah percaya. Allahku telah menjadi pendukungku” (2 Nefi 4:19–20).

Kita ingat nasihat Alma: “Biarlah semua perbuatanmu bagi Tuhan, dan ke mana pun engkau pergi biarlah itu di dalam Tuhan; ya, biarlah semua pikiranmu diarahkan kepada Tuhan; ya, biarlah kasih sayang hatimu ditujukan kepada Tuhan selamanya. Berundinglah dengan Tuhan dalam segala perbuatanmu” (Alma 37:36–37).

“Ingatlah, ingatlah bahwa adalah di atas batu karang Penebus kita, yang adalah Kristus, … bahwa kamu mesti membangun landasanmu; agar ketika iblis akan mengirimkan anginnya yang dahsyat, … [mereka] tidak akan memiliki kuasa atas dirimu untuk menyeretmu turun ke dalam jurang kegetiran” (Helaman 5:12).

Nefi berkata, Tuhan “telah memenuhiku dengan kasih-Nya, bahkan sampai dilalapnya dagingku” (2 Nefi 4:21). Mereka yang dilalap dalam Kristus “dijadikan hidup di dalam Kristus” (2 Nefi 25:25). Mereka “tidak akan menderita macam-macam kesengsaraan, kecuali itu tertelan dalam sukacita Kristus” (Alma 31:38). Mereka “didekap dalam lengan Yesus” (Mormon 5:11). Nefi berkata, “Aku bermegah dalam Yesusku, karena Dia telah menebus jiwaku” (2 Nefi 33:6). Lehi berkata, “Aku dikelilingi secara kekal dalam lengan kasih-Nya” (2 Nefi 1:15) .…

… Mormon yang berjiwa besar itu [menulis] surat kepada putra terkasihnya, Moroni, dengan kata-kata ini:

“Putraku, setialah kepada Kristus; dan semoga apa yang telah aku tuliskan tidak memilukan engkau, menekan engkau sampai kematian; tetapi semoga Kristus mengangkat engkau, dan semoga penderitaan dan kematian-Nya, dan diperlihatkannya tubuh-Nya kepada leluhur kita, dan belas kasihan dan kepanjangsabaran-Nya, dan harapan akan kemuliaan-Nya dan akan kehidupan kekal, berdiam dalam pikiranmu selamanya.

Dan semoga kasih karunia Allah Bapa, yang takhta-Nya berada tinggi di langit, dan Tuhan kita Yesus Kristus, yang duduk di sisi kanan kekuasaan-Nya, sampai segala sesuatu akan menjadi tunduk kepada-Nya, berada, dan tinggal bersamamu selamanya” (Moroni 9:25–26).

Doa saya untuk kita masing-masing adalah agar kita juga akan mengikuti nasihat yang diilhami itu: “Setialah kepada Kristus.” Maka Dia akan mengangkat kita dan kasih karunia-Nya akan tinggal bersama kita selamanya.13

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Presiden Benson menyatakan, “Tidak ada pengaruh lain apa pun yang memiliki dampak yang demikian besar di bumi ini selain kehidupan Yesus Kristus” (bagian 1). Dengan cara-cara apa kehidupan Juruselamat telah memiliki dampak di bumi? Dengan cara-cara apa kehidupan-Nya telah memengaruhi Anda?

  • Bagaimanakah kehidupan kita berubah ketika kita “memikirkan mengenai Kristus”? Bagaimanakah pikiran-pikiran kita berhubungan dengan sifat-sifat kita? Sewaktu Anda mempelajari bagian 2, renungkanlah apa yang dapat Anda lakukan untuk mengembangkan sifat-sifat seperti Kristus lebih penuh lagi seperti yang disebutkan di bagian tersebut.

  • Bagaimanakah ajaran-ajaran di bagian 3 dapat memberi kita harapan sewaktu kita berusaha untuk menjadi lebih seperti Juruselamat? Bagaimanakah Juruselamat telah menolong Anda dalam upaya-upaya Anda untuk mengikuti Dia?

Tulisan Suci yang Berhubungan

Markus 8:34; Filipi 4:13; 1 Yohanes 3:23–24; 2 Nefi 25:23, 26; Mosia 3:19; Alma 7:11–13; Moroni 7:48

Bantuan Belajar

“Rencanakan kegiatan-kegiatan belajar yang akan membangun iman Anda kepada Juruselamat” (Mengkhotbahkan Injil-Ku [2004], 22). Misalnya, sewaktu Anda belajar Anda dapat menanyakan kepada diri Anda sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: “Bagaimanakah ajaran-ajaran ini dapat membantu saya meningkatkan pemahaman saya tentang Pendamaian Yesus Kristus? Bagaimanakah ajaran-ajaran ini dapat membantu saya menjadi lebih seperti Juruselamat?”

Catatan

  1. Lihat, misalnya, “Strengthen Thy Stakes,” Ensign, Januari 1991, 5; “Think on Christ,” Ensign, Maret 1989, 4; “In His Steps,” Ensign, September 1988, 4.

  2. “Think on Christ,” Ensign, April 1984, 13.

  3. “Think on Christ,” Ensign, April 1984, 13.

  4. Dalam Conference Report, April 1967, 58.

  5. “Life Is Eternal,” Ensign, Juni 1971, 34.

  6. Dalam Conference Report, April 1966, 128.

  7. “Joy in Christ,” Ensign, Maret 1986, 5.

  8. “Think on Christ,” Ensign, April 1984, 11, 13.

  9. The Teachings of Ezra Taft Benson (1988), 328.

  10. “A Sacred Responsibility,” Ensign, Mei 1986, 78.

  11. Dalam Conference Report, Okt. 1986, 59, 60–62, 63; atau Ensign, November 1986, 45, 46–47, 48.

  12. “Life Is Eternal,” 34.

  13. “Come unto Christ,” Ensign, November 1987, 84–85.