2008
Kesaksian
Mei 2007


Kesaksian

Pengetahuan mendorong kepatuhan, dan kepatuhan memperluas pengetahuan

Gambar
Elder Dallin H. Oaks

Sebuah kesaksian tentang Injil merupakan kesaksian pribadi yang lahir dalam jiwa kita melalui Roh Kudus bahwa kenyataan-kenyataan pasti akan kepentingan kekal adalah benar dan bahwa kita tahu hal itu benar. Kenyataan semacam itu mencakup sifat Tubuh Ketuhanan dan hubungan kita dengan tiga anggota itu sendiri, keefektifan Kurban Tebusan, dan kenyataan Pemulihan.

Kesaksian akan Injil bukanlah sebuah laporan perjalanan, laporan kesehatan, ataupun ungkapan kasih bagi anggota keluarga. Itu sebuah khotbah. Presiden Kimball mengajarkan bahwa saat kita mulai berkhotbah kepada orang lain, kesaksian kita berhenti.1

I.

Berbagai pernyataan muncul sewaktu kita mendengar orang lain memberikan kesaksian atau sewaktu kita berpikir memberikan kesaksian kita.

  1. Dalam pertemuan kesaksian seorang anggota mengatakan, “Saya tahu bahwa Bapa dan Putra menampakkan diri kepada Nabi Joseph Smith.” Seorang pengunjung bertanya-tanya, “Apa yang dia maksudkan ketika mengatakan dia tahu itu?”

  2. Seorang remaja putra yang tengah mempersiapkan misinya bertanya-tanya apakah kesaksiannya cukup kuat sehingga dia dapat melayani sebagai misionaris.

  3. Seorang muda mendengar kesaksian dari orang tua atau guru. Bagaimana kesaksian semacam itu membantu seseorang yang mendengarnya?

II.

Apa yang kita maksudkan ketika kita bersaksi dan mengatakan bahwa kita tahu Injil adalah benar? Bandingkan jenis pengetahuan itu dengan “Saya tahu udara dingin di luar” atau “Saya tahu saya mengasihi istri saya.” Ini adalah tiga jenis pengetahuan yang berbeda, masing-masing dipelajari dalam cara yang berbeda. Pengetahuan tentang suhu di luar dapat dijelaskan dengan bukti ilmiah. Pengetahuan bahwa kita mengasihi pasangan kita adalah bersifat pribadi dan subyektif. Meskipun kenyataan ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, itu tetap penting. Gagasan bahwa semua pengetahuan yang penting didasarkan pada bukti ilmiah adalah tidak benar.

Sementara ada beberapa “bukti” untuk kebenaran-kebenaran Injil (untuk contoh lihat Mazmur 19:1; Helaman 8:24), metode ilmiah tidak akan menghasilkan pengetahuan rohani. Inilah yang diajarkan Yesus sebagai tanggapan terhadap kesaksian Simon Petrus bahwa Dia adalah Kristus: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di Surga” (Matius 16:17). Rasul Paulus menjelaskan hal ini. Dalam sepucuk surat kepada orang-orang suci di Korintus dia mengatakan, “tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah” (1 Korintus 2:11; lihat juga Yohanes 14:17).

Sebagai perbandingan, kita tahu hal-hal dari manusia melalui cara-cara manusia, namun “manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (1 Korintus 2:14).

Kitab Mormon mengajarkan bahwa Allah akan menyatakan kebenaran mengenai hal-hal rohani kepada kita melalui kuasa Roh Kudus (lihat Moroni 10:4–5). Dalam wahyu modern Allah berjanji kepada kita bahwa kita akan menerima “pengetahuan” dengan cara Dia berbicara dalam pikiran dan hati kita “melalui Roh Kudus” (A&P 8:1–2).

Salah satu hal terbesar mengenai rencana Bapa Surgawi bagi anak-anak-Nya adalah bahwa kita masing-masing dapat mengetahui kebenaran tentang rencana itu bagi diri kita. Pengetahuan yang diwahyukan itu tidak datang dari buku-buku, dari bukti ilmiah, atau dari perenungan intelektual. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, kita dapat menerima pengetahuan itu secara langsung dari Bapa Surgawi kita melalui kesaksian Roh Kudus.

Sewaktu kita mengetahui kebenaran-kebenaran rohani melalui sarana rohani, kita dapat menjadi yakin mengenai pengetahuan itu seyakin cendekiawan atau ilmuwan tentang berbagai jenis pengetahuan yang telah mereka peroleh melalui metode yang berbeda.

Nabi Joseph Smith menyediakan sebuah contoh hebat mengenai hal ini. Ketika dia dianiaya karena memberitahukan kepada orang-orang mengenai penglihatannya, dia mempersamakan keadaannya dengan Rasul Paulus, yang dicemooh dan diumpat sewaktu dia membela diri di depan Raja Agripa (lihat Kisah Para Rasul 26). “Namun kesemuanya ini tidak melenyapkan kenyataan penglihatannya,” Joseph bertutur. “Dia telah melihat sebuah penglihatan, dia tahu bahwa dia telah melihatnya dan semua penganiayaan di kolong langit tidak dapat mengubah kenyataan itu …. Demikian pula dengan aku,” Joseph melanjutkan. “Aku betul-betul telah melihat seberkas cahaya dan di tengah-tengah cahaya itu aku melihat dua Orang, dan Mereka benar-benar telah berbicara kepadaku …. Aku telah melihat sebuah penglihatan; aku mengetahuinya dan aku tahu bahwa Allah pun mengetahuinya, dan aku tidak dapat ataupun berani menyangkalnya” (Joseph Smith 2:24–25).

III.

Itulah kesaksian Joseph Smith. Bagaimana dengan kesaksian kita? Bagaimana kita dapat mengetahui dan bersaksi bahwa apa yang dikatakannya adalah benar? Bagaimana seseorang memperoleh apa yang kita sebut kesaksian?

Langkah pertama dalam memperoleh jenis pengetahuan apa pun adalah dengan sungguh-sungguh berhasrat untuk mengetahuinya. Dalam hal pengetahuan rohani, langkah berikutnya adalah berbicara kepada Allah dalam doa yang sungguh-sungguh. Sewaktu kita membaca dalam wahyu modern, “Jika engkau mau bertanya engkau akan menerima wahyu demi wahyu, pengetahuan demi pengetahuan, agar engkau boleh mengetahui rahasia-rahasia dan hal kedamaian—yaitu yang mendatangkan kesukaan yang mendatangkan kekekalan hidup” (A&P 42:16).

Berikut adalah yang Alma tulis mengenai apa yang dia lakukan: “Lihatlah, aku telah berpuasa dan berdoa berhari-hari lamanya supaya aku sendiri dapat mengetahui hal-hal ini. Dan sekarang aku tahu sendiri bahwa hal-hal itu adalah benar, karena Tuhan Allah telah menyatakan hal-hal itu kepadaku melalui Roh-Nya yang Kudus” (Alma 5:46).

Sewaktu kita berhasrat dan mencari, kita hendaknya mengingat bahwa memperoleh sebuah kesaksian bukanlah hal yang pasif namun sebuah proses yang melaluinya kita diharapkan untuk melakukan sesuatu. Yesus mengajarkan: “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah aku berkata-kata dari Diri-Ku Sendiri” (Yohanes 7:17).

Cara lainnya untuk mencari kesaksian tampaknya mencengangkan ketika dibandingkan dengan metode untuk memperoleh pengetahuan lain. Kita memperoleh atau memperkuat kesaksian dengan membagikannya. Seseorang bahkan menyarankan bahwa beberapa kesaksian datang lebih mudah dengan berdiri untuk membagikannya daripada dengan berlutut dalam doa memohon sebuah kesaksian.

Kesaksian pribadi adalah dasar bagi iman kita. Akibatnya, hal-hal yang harus kita lakukan untuk memperoleh, memperkuat, dan mempertahankan sebuah kesaksian adalah penting bagi kehidupan rohani kita. Selain hal-hal yang sudah disebutkan, kita perlu mengambil sakramen setiap minggu (lihat A&P 59:9) untuk memenuhi syarat bagi janji berharga bahwa “Roh-Nya akan selalu menyertai [kita]” (A&P 20:77). Tentu saja, Roh itu adalah sumber bagi kesaksian kita.

IV.

Mereka yang memiliki kesaksian tentang Injil yang dipulihkan juga memiliki tugas untuk membagikannya. Kitab Mormon mengajarkan bahwa kita hendaknya “berdiri sebagai para saksi Allah setiap saat dan dalam segala hal, dan di segala tempat di mana pun [kita] berada” (Mosia 18:9).

Salah satu ajaran paling mengesankan mengenai hubungan antara karunia kesaksian dan tugas untuk membagikannya terdapat di bagian 46 Ajaran dan Perjanjian. Dalam menguraikan berbagai jenis karunia rohani wahyu ini menyatakan:

“Kepada beberapa orang hal itu diberikan oleh Roh Kudus untuk mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah, dan bahwa Dia disalibkan untuk dosa-dosa dunia.

Kepada yang lain hal itu diberikan untuk memercayai perkataan mereka, supaya mereka juga boleh mempunyai hidup yang kekal jika mereka terus beriman” (ayat 13–14; lihat juga Yohanes 20:29).

Mereka yang memiliki karunia untuk mengetahui memiliki tugas yang nyata untuk memberikan kesaksian mereka agar orang-orang yang memiliki karunia untuk memercayai kata-kata mereka juga dapat memiliki kehidupan kekal.

Belum pernah ada suatu kebutuhan yang lebih besar untuk mengakui iman kita, secara pribadi dan secara umum (lihat A&P 60:2). Meskipun beberapa orang mengakui tak bertuhan, ada banyak yang terbuka terhadap kebenaran-kebenaran tambahan mengenai Allah. Kepada para pencari yang tekun ini kami perlu meyakinkan tentang keberadaan Allah Bapa yang Kekal, misi ilahi Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, serta kenyataan Pemulihan. Kita harus berani dalam kesaksian kita tentang Yesus. Kita masing-masing memiliki banyak kesempatan untuk mengabarkan keyakinan rohani kita kepada teman-teman dan tetangga-tetangga kita, kepada rekan kerja, dan kenalan-kenalan kita. Kita hendaknya menggunakan kesempatan untuk menyatakan kasih kita kepada Juruselamat kita, kesaksian kita tentang misi ilahi-Nya, dan tekad kita untuk melayani-Nya.2 Anak-anak kita hendaknya juga secara sering mendengar kita memberikan kesaksian kita. Kita hendaknya juga memperkuat anak-anak kita dengan mendorong mereka untuk menegaskan diri dalam kesaksian mereka yang terus berkembang, bukan hanya dalam pengakuan mereka di bidang pendidikan, olahraga atau kegiatan sekolah lainnya.

V.

Kita hidup di zaman ketika sejumlah orang menggambarkan secara keliru kepercayaan dari orang-orang yang mereka sebut Mormon dan bahkan mencaci kita karena hal itu. Ketika kita menanggapi penggambaran yang keliru semacam itu, kita memiliki tugas untuk memberikan penjelasan tentang ajaran kita dan apa yang kita percayai. Kita hendaknya menjadi orang yang menyatakan kepercayaan kita daripada membiarkan orang lain menyampaikannya secara keliru. Ini membutuhkan kesaksian, yang dapat diungkapkan secara pribadi kepada seorang kenalan atau orang banyak dalam sebuah pertemuan kecil maupun besar. Sewaktu kita bersaksi tentang kebenaran yang kita ketahui, kita hendaknya dengan setia mengikuti peringatan untuk berbicara “dengan halus dan lemah lembut” (A&P 38:41). Kita hendaknya tidak menggebu-gebu, bersuara tinggi, atau mencela. Sebagaimana Rasul Paulus mengajarkan, kita hendaknya membicarakan kebenaran dalam kasih (lihat Efesus 4:15). Siapa pun boleh tidak setuju dengan kesaksian pribadi kita, namun tidak seorang pun dapat menyangkalnya.

VI.

Sebagai penutup, saya merujuk pada hubungan antara kepatuhan dan pengetahuan. Para anggota yang memiliki kesaksian dan yang bertindak dengan arahan para pemimpin Gereja mereka kadang-kadang dituduh memiliki kepatuhan buta.

Tentu saja, kita memiliki para pemimpin, dan tentu saja, kita tunduk pada keputusan dan arahan mereka dalam urusan-urusan Gereja dan dalam melaksanakan tata cara-tata cara imamat yang diperlukan. Namun ketika tiba saatnya untuk belajar dan mengetahui kebenaran Injil—kesaksian pribadi kita—kita masing-masing memiliki hubungan langsung dengan Allah, Bapa Kekal kita, dan Putra-Nya, Yesus Kristus, melalui kuasa kesaksian dari Roh Kudus. Inilah yang para pencela kita gagal pahami. Itu membingungkan mereka karena kita dapat bersatu dalam mengikuti pemimpin kita namun bebas dalam mengetahui bagi diri sendiri.

Barangkali kebingungan yang beberapa orang rasakan dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa kita masing-masing memiliki dua jalur yang berbeda kepada Allah. Kita memiliki jalur pemerintahan melalui nabi dan pemimpin kita. Jalur ini, yang berhubungan dengan ajaran, tata cara, dan perintah, menghasilkan kepatuhan. Kita juga memiliki jalur kesaksian pribadi, langsung kepada Allah. Ini berhubungan dengan keberadaan-Nya, hubungan kita dengan-Nya, dan kebenaran dari Injil-Nya yang dipulihan. Jalur ini menghasilkan pengetahuan. Dua jalur ini secara bersama-sama menekankan: pengetahuan mendorong kepatuhan (lihat Ulangan 5:27; Musa 5:11), dan kepatuhan memperluas pengetahuan (lihat Yohanes 7:17; A&P 93:1).

Kita semua bertindak atau memberi kepatuhan pada pengetahuan. Baik dalam ilmu pengetahuan atau agama, kepatuhan kita tidak buta ketika kita menerapkan pengetahuan yang sesuai dengan tindakan kita. Seorang ilmuwan menerima laporan mengenai hasil eksperimen ilmiah dari sumber terpercaya dan bertindak berdasarkan hasil tersebut. Dalam hal agama, sumber pengetahuan orang yang percaya adalah rohani, namun asasnya sama. Dalam hal Orang-Orang Suci Zaman Akhir, ketika Roh Kudus memberi jiwa kita kesaksian mengenai kebenaran Injil yang dipulihkan dan pemanggilan seorang nabi modern, pilihan kita untuk mengikuti ajaran-ajaran tersebut bukanlah kepatuhan buta.

Dalam semua kesaksian kita, kita harus menghindari arogansi dan kesombongan. Kita hendaknya mengingat peringatan Kitab Mormon kepada orang-orang yang memiliki kesombongan dalam hal-hal lebih besar yang Allah berikan kepada mereka seperti itu sehingga mereka menganiaya sesama mereka. Yakub mengatakan ini sebagai “keji bagi Dia yang menciptakan semua manusia” karena “yang satu sama berharganya seperti yang lain” (lihat Yakub 2:21). Kemudian, Alma memperingatkan bahwa “janganlah kamu menganggap satu daging lebih tinggi daripada yang lain, atau janganlah seseorang menganggap dirinya lebih tinggi daripada yang lain” (Mosia 23:7).

Saya menutup dengan kesaksian saya. Saya tahu bahwa kita memiliki seorang Bapa Surgawi yang rencana-Nya membawa kita ke bumi dan menyediakan kondisi-kondisi serta tujuan akhir dari perjalanan kekal kita. Saya tahu bahwa kita memiliki Juruselamat, Yesus Kristus, yang ajaran-ajaran-Nya menjelaskan rencana dan yang Kurban Tebusan-Nya memberi kepastian akan kebakaan dan kesempatan bagi kehidupan kekal. Saya tahu bahwa Bapa dan Putra menampakkan diri kepada Nabi Joseph Smith untuk memulihkan kegenapan Injil di zaman akhir ini. Dan saya tahu bahwa kita dipimpin oleh seorang Nabi, Presiden Thomas S. Monson, yang memegang kunci-kunci imamat untuk melaksanakan tata cara-tata cara yang ditetapkan bagi kemajuan kita menuju kehidupan kekal. Dalam nama Yesus Kristus, amin.

Catatan

  1. Lihat Teachings of Spencer W. Kimball, diedit oleh Edward L. Kimball, Salt Lake City: Bookcraft (1982), 138.

  2. Untuk contoh, lihat Jeanne Newman, “With the Sound of a Trump,” Tambuli, Agustus–September 1985, 21–23.