Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 21: Berusaha untuk Menjadi Sempurna


Bab 21

Berusaha untuk Menjadi Sempurna

Bagaimanakah kita dapat berusaha untuk memenuhi perintah “Karena itu haruslah kamu sempurna”?

Pendahuluan

Presiden Harold B. Lee mengajarkan pentingnya mengikuti teladan Juruselamat sewaktu kita berusaha untuk menjadi sempurna:

“Saya yakin bahwa Tuhan tidak hanya membuat perbandingan ketika Dia mengatakan, ‘Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapa-Mu yang di surga adalah sempurna’ [Matius 5:48] …. Apakah Anda mengira Juruselamat menganjurkan sebuah tujuan yang tidak mungkin untuk dicapai sehingga memperolok-olok kita dalam upaya kita untuk berusaha mencapai kesempurnaan? Memang mustahil bagi kita untuk mencapai tingkat kesempurnaan dalam kefanaan ini seperti yang dibicarakan Tuhan, tetapi di dalam kehidupan ini kita meletakkan landasan yang di atasnya akan kita bangun di dalam kekekalan; oleh karena itu, kita harus memastikan agar landasan yang kita letakkan didasarkan pada kebenaran, kesalehan dan iman. Agar kita dapat mencapai tujuan itu kita harus mematuhi perintah-perintah Allah dan setia sampai akhir hayat kita di sini, dan kemudian setelah kematian terus hidup dalam kebenaran dan pengetahuan sampai kita menjadi seperti Bapa kita di Surga ….

“ …. [Rasul Paulus] menekankan jalan yang dapat menuntun kepada kesempurnaan. Berbicara mengenai Yesus, dia berkata, ‘Dan sekalipun Dia adalah Anak, Dia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Dia mencapai kesempurnaan-Nya, Dia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya’ (Ibrani 5:8-9) ….

“ …. Oleh karena itu janganlah biarkan hari berlalu tanpa belajar dari pengalaman besar kehidupan [Kristus] dalam upaya-Nya menuju kesempurnaan hidup dan marilah kita berjalan dijalan itu untuk mencapai tujuan kekal kita.”1

Ajaran-ajaran Harold B. Lee

Bagaimanakah pemahaman atas kekurangan kita dapat menolong kita menjadi sempurna?

[Ada] tiga hal penting yang diperlukan untuk mengilhami orang agar hidup seperti Kristus—atau, berbicara secara lebih akurat lagi dalam bahasa tulisan suci, untuk hidup lebih sempurna seperti Tuhan hidup. Hal penting pertama yang akan saya sebut agar kita penuhi adalah: Harus timbul di dalam diri seseorang yang ingin diajar atau yang ingin hidup sempurna adalah suatu kesadaran bahwa dia perlu menjadi sempurna.

Penguasa muda yang kaya itu tidak perlu diajar bertobat dari pembunuhan atau pikiran untuk membunuh. Dia tidak perlu dididik mengenai cara bertobat dari perzinahan, juga dari mencuri, berdusta, berbuat curang, atau tidak menghormati ibunya. Dia mengatakan bahwa semua ini telah dia lakukan sejak masa mudanya; tetapi pertanyaan yang dia ajukan adalah, “Apa lagi yang masih kurang?” [lihat Matius 19:16–22].

Tuhan, dengan kemampuan-Nya untuk membedakan dan kuasa seorang Guru yang Agung, mendiagnosa kasus orang ini dengan sempurna: Kebutuhan dan kekurangannya adalah kemampuan untuk mengatasi kecintaannya akan hal-hal duniawi, kecenderungannya untuk mengandalkan kepada kekayaan. Lalu Yesus memberikan resep obat yang mujarab: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Matius 19:21).

Dalam pertobatan dramatis Rasul Paulus, ketika dia dijadikan buta secara fisik oleh terang sewaktu dalam perjalanan ke Damsyik … , dia mendengar suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakan engkau menganiaya Aku?” [Kisah para Rasul 9:4]. Dan dari kedalaman jiwa Saulus yang rendah hati ini muncul pertanyaan yang selalu diajukan oleh orang yang merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu: “Tuhan, apa yang harus kuperbuat?” [Kisah para Rasul 9:6] ….

Enos, cucu Lehi, menceritakan mengenai pergumulan yang dia miliki di hadapan Allah, sebelum dia menerima pengampunan atas dosa-dosanya. Kita diberitahukan mengenai dosa-dosa yang telah dia lakukan, tetapi tampaknya dia telah mengakui dosa-dosa tersebut dengan terus terang. Dan kemudian dia mengatakan, “Dan jiwaku lapar …. ” [Enos 1:4]. Jadi Anda lihat, bahwa kesadaran dan perasaan akan kebutuhan yang mendesak, dan pertimbangan yang mendalam, membuat dia berhadapan dengan kekurangan dan kebutuhannya sendiri.

Sifat seseorang akan kebutuhan ini diungkapkan dalam Khotbah agung di Bukit ketika Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Matius 5:3). Tentu saja, orang yang miskin di hadapan Allah, adalah orang yang membutuhkan sesuatu secara rohani, yang merasa sedemikian miskin secara rohani sehingga mereka meminta bantuan ….

Setiap dari kita, jika kita mau mencapai kesempurnaan, harus menanyakan kepada diri kita sendiri pertanyaan ini, “Apa lagi yang masih kurang?” Jika kita mau mulai mendaki ke arah menuju kesempurnaan ….

Bagaimanakah dilahirkan kembali membantu kita menjadi sempurna?

Hal penting kedua untuk memperoleh kesempurnaan yang akan saya sebutkan terdapat di dalam pembicaraan antara Tuhan dengan Nikodemus. Dia melihat sewaktu Nikodemus datang kepada-Nya bahwa dia sedang mencari jawaban terhadap pertanyaan yang telah diajukan banyak orang lain kepada-Nya: “Apa yang harus aku lakukan untuk diselamatkan?” Dan Tuhan menjawab, Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, dia tidak dapat melihat Kerajaan Surga.” Lalu Nikoddemus berkata, Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau dia sudah tua? ….” Yesus menjawab, “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, dia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3–5).

Seseorang harus “dilahirkan kembali” jika dia ingin mencapai kesempurnaan, agar dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Dan bagaimanakah seseorang dilahirkan kembali? Itu adalah pertanyaan sama yang diajukan Enos. Dan Anda ingat jawaban sederhana yang diberikan: “Karena imanmu kepada Kristus, yang belum pernah engkau lihat atau pun dengar. Dan bertahun-tahun akan berlalu sebelum Dia menyatakan Diri-Nya secara jasmani. Oleh karena itu, pergilah, imanmu telah memulihkan engkau” [Enos 1:8].

Brother Marion G. Romney dan saya sedang duduk di kantor suatu hari ketika seorang pemuda masuk. Dia sedang mempersiapkan diri untuk pergi misi, dan dia telah diwawancarai dengan cara yang biasa dan telah membuat pengakuan mengenai pelanggaran-pelanggaran tertentu di masa mudanya. Tetapi dia mengatakan kepada kami, “Saya belum puasa dengan hanya mengakui. Bagaimanakah saya tahu bahwa saya telah diampuni?” Dengan kata lain, “Bagaimana saya tahu kalau saya dilahirkan kembali?” Dia merasa bahwa dia tidak dapat pergi misi dalam keadaanya sekarang.

Sewaktu kami berbicara, Brother Romney mengatakan: “Nak, ingatkah Anda apa yang dikatakan Raja Benyamin? Dia menyampaikan khotbah kepada sejumlah orang yang hatinya telah tertusuk karena ‘diri mereka dalam keadaan jasmani mereka sendiri, bahkan lebih rendah daripada debu bumi. Dan mereka semua berseru dengan satu suara yang nyaring, dengan mengatakan: Ya, kasihanilah dan berikan darah penebusan Kristus agar kami boleh menerima pengampunan atas dosa-dosa kami, serta hati kami boleh dimurnikan, karena kami percaya kepada Yesus Kristus, Putra Allah, yang telah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu; yang akan turun di antara anak-anak manusia. Dan terjadilah bahwa setelah mereka mengucapkan kata-kata ini, Roh Tuhan turun ke atas mereka dan mereka dipenui dengan kegembiraan, karena mereka telah menerima pengampunan atas segala dosa mereka, dan memperoleh kedamain suara hati, karena iman mereka yang sangat besar kepada Yesus Kristus … ’” (Mosia 4:2–3).

Brother Romney mengatakan kepadanya, “Anakku, tunggu saja dan berdoalah sampai Anda memiliki kedamaian suara hati karena iman Anda akan penebusan Yesus Kristus, dan Anda akan mengetahui bahwa dosa-dosa Anda telah diampuni.” Selain itu, seperti yang yang dijelaskan oleh Penatua Romney, kita semua berada dalam keadaan melarat, dan kita berkelana di dalam kabut sebelum kita dilahirkan kembali ….

Anda tidak dapat memiliki kehidupan seperti Kristus … tanpa dilahirkan kembali. Seseorang tidak akan pernah bahagia di hadirat Yang Mahakudus Israel tanpa unsur pembersih dan pemurni ini ….

Bagaimanakah menjalankan perintah-perintah dengan lebih lengkap dapat membantu kita menjadi sempurna?

Dan terakhir hal penting ketiga: membantu orang yang diajar mengenal injil dengan menjalankan injil. Kepastian rohani yang diperlukan bagi keselamatan harus didahului oleh upaya maksimum seseorang. Kasih karunia, atau karunia cuma-cuma dari kuasa penebusan Tuhan, harus didahului dengan upaya pribadi. Saya mengulang kembali apa yang diucapkan Nefi, “Setelah kita berbuat segala sesuatu … dengan kasih karunia kita diselamatkan” [2 Nefi 25:23] ….

…. Jadi, ini adalah salah satu unsur penting jika Anda ingin menjalankan kehidupan yang sempurna. Orang harus “membuat keputusan” untuk menjalankan perintah-perintah.

Tuhan menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi mengenai bagaimana mereka dapat menjadi yakin apakah misi-Nya berasal dari Allah atau apakah Dia hanya orang biasa. Dia mengatakan: “Barang siapa mau melakukan kehendak-Nya, dia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri” (Yohanes 7:17).

Kesaksian tentang kebenaran tidak pernah datang kepada orang yang memiliki tubuh yang tidak bersih. Roh Tuhan dan ketidakbersihan tidak dapat tinggal pada waktu yang bersamaan dalam diri seseorang. “Aku, Tuhan, terikat apabila kamu melakukan apa yang Aku firmankan, tetapi apabila kamu tidak melakukan apa yang Aku firmankan, maka kamu tidak memperoleh janji itu” (A&P 82:10)” …. Kecuali engkau mentaati hukum-Ku, maka engkau tidak akan menerima kemuliaan ini” (A&P 132:21). Kebenaran itu dinyatakan secara berulang-ulang dalam tulisan suci.

Semua asas dan tata cara injil pada dasarnya hanyalah merupakan undangan untuk mempelajari injil dengan menerapkan ajaran-ajarannya. Tidak seorang pun mengetahui asas tentang persepuluhan sebelum dia membayar persepuluhan. Tidak seorang pun mengetahui asas tentang Kata-kata Bijaksana sebelum dia mematuhi Kata-kata Bijaksana. Anak-anak, maupun orang dewasa oleh karena itu, tidak dipertobatkan kepada persepuluhan, Kata-kata Bijaksana, menguduskan hari Sabat, atau doa hanya dengan mendengar seseorang membicarakan mengenai asas-asas ini. Kita mempelajari injil dengan menerapkannya ….

Izinkanlah saya memberikan rangkuman: Kita tidak pernah benar-benar dapat mengetahui apa pun tentang ajaran-ajaran injil sebelum kita mengalami berkat-berkat yang datang dari menjalankan setiap asas. “Ajaran-ajaran tentang moral itu sendiri,” ujar seseorang mengatakan, “hanya memiliki dampak dangkal terhadap roh kecuali ajaran-ajaran tersebut didukung melalui tindakan-tindakan.” Perintah paling penting dari semua perintah dalam injil kepada Anda dan saya adalah perintah khusus tersebut, yang untuk sementara ini diperlukan dari kita masing-masing agar mempertimbangkannya dengan masak-masak untuk mematuhinya. Setiap dari kita harus menganalisa kebutuhan-kebutuhan masing-masing dan mulai sekarang mengatasi kebutuhan-kebutuhan tersebut, karena hanya setelah kita berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan tersebut maka kita diizinkan untuk tinggal di kerajaan Bapa.2

Bagaimanakah ucapan bahagia merupakan “undang-undang untuk kehidupan yang sempurna”?

Anda mungkin ingin mengetahui “langkah-langkah” yang dapat dijadikan sebagai pola kehidupan untuk diikuti sepenuhnya sehingga menjadikan dia warga negara yang layak atau “orang suci” dalam kerajaan Allah. Jawaban terbaik dapat ditemukan dengan mempelajari kehidupan Yesus dalam tulisan suci …. Kristus datang ke dunia tidak saja untuk menebus dosa-dosa umat manusia tetapi juga untuk memberikan teladan bagi dunia mengenai standar kesempurnaan dari hukum Allah dan kepatuhan kepada Bapa. Dalam Khotbah-Nya di Bukit, Tuhan telah memberikan kepada kita sesuatu yang mengungkapkan mengenai karakter-Nya yang sempurna, … dan dengan demikian memberikan kita pola bagi kehidupan kita sendiri ….

Dalam Khotbah di Bukit yang tiada taranya itu, Yesus memberikan kepada kita delapan cara khusus agar kita dapat menerima … sukacita. Setiap dari pemyataan-Nya diawali dengan kata “Berbahagialah.” … Pernyataan Tuhan di bukit ini dikenal di dalam sastra dunia Kristen sebagai Ucapan Bahagia …. Sesungguhnya Ucapan Bahagia mewujudkan undang-undang bagi kehidupan sempurna.

Marilah kita memperimbangkannya untuk beberapa saat. Empat di antaranya berhubungan dengan individu kita masing-masing, kehidupan di dalam sanubari pribadi kita masing-masing, jika kita ingin menjadi sempurna dan memperoleh berkat dari sukacita di dalam sanubari tersebut.

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.

Berbahagialah orang yang berduka cita.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran.

Berbahagialah orang yang suci hatinya [lihat Matius 5:3–4, 6, 8].

Menjadi orang yang miskin di hadapan Allah

Menjadi miskin di hadapan Allah adalah merasakan diri Anda seolah-olah Anda membutuhkan sesuatu secara rohani, senantiasa bergantung kepada Tuhan untuk pakaian, makanan dan udara yang Anda hirup, kesehatan, kehidupan Anda; menyadari bahwa tidak ada hari berlalu tanpa doa puji syukur yang sungguh-sungguh, untuk bimbingan dan pengampunan serta kekuatan yang dibutuhkan setiap hari. Jika remaja menyadari kebutuhan rohaninya, ketika berada di tempat-tempat berbahaya dimana kehidupannya sendiri terancam, dia dapat ditarik kepada sumber kebenaran dan digerakkan oleh Roh Tuhan pada saat dia mengalami pencobaannya terbesar dalam hidupnya. Sungguh menyedihkan bagi orang yang karena kekayaan atau pengetahuan atau kedudukan duniawinya, mengira dirinya bebas dari kebutuhan rohani ini. [Miskin di hadapan Allah] adalah lawan dari kesombongan atau keangkuhan …. Apabila di dalam kerendahan hati Anda merasakan kebutuhan akan rohani, Anda akan siap diterima ke dalam “Gereja Putra Sulung, dan menjadi orang-orang pilihan Allah” [lihat A&P 76:54; 84:34].

Berduka cita

Untuk dapat berduka cita, sebagaimana yang diajarkan dalam pelajaran Tuhan di sini, orang harus memperlihatkan “duka cita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan” dan memperoleh bagi yang bertobat pengampunan akan dosa-dosa dan mencegah kembalinya perbuatan-perbuatan yang membuat dia berduka cita [lihat 2 Korintus 7:10]. Dia harus melihat, seperti yang dilihat Rasul Paulus, “bermegah juga dalam kesengsaraan … : tahu bahwa bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Roma 5:3–4). Anda harus bersedia “saling menanggung beban, supaya beban itu menjadi ringan.” Anda harus bersedia berduka cita dengan mereka yang berduka cita dan menghibur mereka yang membutuhkan penghiburan (Mosia 18:8–9). Ketika seorang ibu berduka dalam kesepiannya menunggu kembalinya seorang putri yang tidak patuh, Anda dengan belas kasihan Anda harus melarang siapa pun untuk menjadi orang pertama yang mencari-cari kesalahan …. Duka cita Anda terhadap mereka yang lanjut usia, janda dan yatim piatu hendaknya membuat Anda berkeinginan untuk membantu hal-hal yang mereka butuhkan. Singkatnya, Anda harus menjadi seperti pemungut cukai dan bukan seperti orang Farisi. “Ya Allah, kasihanilah aku orang yang berdosa ini” [lihat Lukas 18:10–13]. Pahala Anda untuk melakukan hal [ini] adalah berkat penghiburan bagi jiwa Anda sendiri melalui pengampunan atas dosa-dosa Anda.

Menjadi haus dan lapar

Pernahkah Anda merasakan lapar akan makanan dan haus akan air ketika satu-satunya roti yang telah basi atau sedikit air hangat untuk mengurangi rasa lapar dan haus tampaknya merupakan harta paling berharga dari semua harta yang Anda miliki? Jika Anda sedemikian lapar maka Anda dapat mulai memahami apa yang dimaksud Tuhan ketika mengatakan bahwa kita hendaknya lapar dan haus akan kebenaran. Adalah perasaan lapar dan haus itulah yang menuntun mereka yang berada jauh dari rumah untuk mencari penemanan bersama para orang suci dalam kebaktian sakramen dan itulah yang menyebabkan kita menyembah di Hari Tuhan di mana pun kita berada. Rasa lapar dan haus itulah yang menuntun kepada doa yang tulus dan menuntun kaki kita ke bait suci dan mengundang kita untuk khidmat di dalamnya. Orang yang menguduskan Hari Sabat akan dipenuhi dengan sukacita abadi yang jauh lebih diinginkan daripada kesenangan-kesenangan sementara-yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan bertentangan dengan perintah Allah. Jika Anda meminta dengan “hati yang tulus, dengan maksud yang sungguh-sungguh, beriman dalam Kristus, Dia akan menyatakan kebenarannya kepadamu, melalui kuasa Roh Kudus,” dan dengan kuasanya Anda “dapat mengetahui kebenaran akan segala hal” (Moroni 10:4–5) ….

Menjadi orang yang suci hatinya

Jika Anda ingin melihat Allah, Anda harus murni …. Beberapa rekan Yesus melihat diri-Nya hanya sebagai seorang anak Yusuf, tukang kayu. Orang-orang lainnya menyangka Dia sebagai seorang pelahap dan peminum atau tukang mabuk karena kata-kata yang Dia ucapkan. Ada pula yang mengira Dia kerasukan iblis. Hanya orang-orang benar yang melihat dia sebagai Anak Allah. Hanya jika Anda orang yang suci hatinya yang akan melihat Allah, dan dalam tingkat yang lebih rendah Anda akan dapat melihat “Allah” atau kebaikan di dalam manusia dan mengasihi dia karena kebaikan yang Anda lihat di dalam dirinya. Perhatikanlah dengan baik bahwa orang yang mengecam dan memfitnah hamba Allah atau para pemimpin yang diurapi Tuhan di Gereja. Dia adalah orang yang berbicara dari hati yang tidak suci.

Tetapi untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga kita tidak saja harus menjadi baik melainkan harus berbuat baik dan menjadi baik untuk suatu tujuan. Jadi jika Anda mau berjalan setiap hari di jalan menuju kesempurnaan dan kepenuhan hidup, Anda harus dididik oleh keempat “pasal” lainnya dalam Undang-undang Tuhan bagi kehidupan sempurna. Ucapan bahagia ini berkaitan dengan hubungan-hubungan sosial manusia dengan orang lain:

Berbahagialah orang yang lemah lembut.

Berbahagialah orang yang murah hatinya.

Berbahagialah orang yang membawa damai.

Berbahagialah orang yang dianiaya [lihat Matius 5:5, 7, 9–10].

Menjadi lemah lembut

Orang yang lemah lembut didefinisikan sebagai orang yang tidak mudah terhasut atau kesal dan tabah ketika mengalami luka atau jengkel. Kelemahlembutan tidak sama dengan kelemahan. Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat, orang yang dapat mengendalikan diri dengan sempurna. Dia adalah orang yang memiliki keberanian terhadap kepercayaan yang dia yakini, meskipun dia menghadapi tekanan dari kelompok atau kumpulannya. Dalam suasana kontroversial dia mengambi keputusan yang disetujui semua orang dan nasihatnya yang bijaksana memadamkan tindakan tergesa-gesa gerombolan penjahat. Dia adalah orang yang rendah hati; dia tidak berbicara keras. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan” (Amsal 16:32). Dia adalah pemimpin alami dan dipilih oleh tentara dan angkatan laut, bisnis dan gereja untuk memimpin. Dia adalah “garam” di bumi dan akan mewarisi bumi.

Menjadi murah hati

Keselamatan kita terletak pada belas kasihan yang kita perlihatkan kepada orang lain. Kata-kata yang tidak baik dan kasar, atau tindakan kekejaman terhadap manusia atau binatang, meskipun sebagai reaksi terhadap pembalasan, membuat dia tidak memenuhi syarat menuntut belas kasihan ketika dia membutuhkan belas kasihan di hari penghakiman sebelum pengadilan di bumi atau di surga. Adakah orang yang belum pernah disakiti oleh kata-kata fitnah orang lain yang dikiranya temannya? Ingatkah Anda pergumulan yang Anda miliki untuk menahan diri memberikan ganti rugi? Berbahagialah Anda semua yang berbelas kasihan karena Anda akan memperoleh belas kasihan!

Menjadi orang yang membawa damai

Orang yang membawa damai akan disebut anak-anak Allah. Orang yang membuat masalah, orang yang melawan hukum dan ketertiban, pemimpin gerombolan penjahat, pelanggar hukum digerakkan oleh motif jahat dan jika mereka tidak berhenti maka akan dikenal sebagai anak-anak Setan bukan anak-anak Allah. Kekanglah diri Anda dari orang yang menimbulkan keragu-raguan yang menggelisahkan dengan menganggap enteng hal-hal kudus karena dia tidak mencari kedamaian melainkan menyebarkan kebingungan. Orang yang suka bertengkar atau berselisih, dan yang berdebat untuk tujuan-tujuan lain, bukan untuk memutuskan mengenai kebenaran, adalah orang yang melanggar asas utama yang telah diletakkan Tuhan sebagai asas penting dalam membangun kehidupan yang kaya. “Damai sejahtera di bumi di antara manusia” adalah nyanyian malaikat yang dinyanyikan pada waktu kelahiran Raja Damai [lihat Lukas 2:14] ….

Menahan penganiayaan demi kebenaran

Orang yang dianiaya demi kebenaran untuk mempertahankan tujuan agung dimana kebenaran dan kebajikan dan kehormatan berada dalam bahaya adalah orang yang memiliki sifat seperti Allah. Untuk setiap tujuan agung selalu ada orang yang mati syahid. Bahaya terbesar yang dapat datang dari penganiayaan bukan dari penganiayaan itu sendiri tetapi dari kemungkinan dampak yang dapat terjadi terhadap orang yang teraniaya yang karena penganiayaan tersebut dia menjadi tidak bergairah lagi untuk membela tujuan kebenaran. Kebanyakan dari penganiayaan itu datang karena kurangnya pemahaman, karena manusia cenderung menentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Beberapa dari penganiayaan itu datang dari orang yang bermaksud jahat. Namun, apa pun penyebabnya, penganiayaan tampaknya begitu lazim dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam tujuan kebenaran sehingga Tuhan memperingatkan kita, “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu” (Lukas 6:26).

…. Ingatlah peringatan itu ketika Anda diejek dan dicemoohkan karena Anda menolak mengkompromikan standar-standar Anda untuk berpantang terhadap Kata-kata Bijaksana, untuk bersikap jujur dan mempertahankan moralitas agar dipuji oleh orang banyak. Jika Anda berpegang teguh pada hal yang benar meskipun diejek oleh orang banyak atau bahkan diserang secara fisik, Anda akan dimahkotai dengan berkat sukacita kekal. Adalah mungkin bahwa di zaman kita ada orang suci atau bahkan para rasul, seperti di zaman dahulu, diminta untuk menyerahkan nyawa mereka demi mempertahankan kebenaran? Jika saat itu tiba, Allah akan memastikan agar mereka tidak gagal!

Perlahan-lahan sewaktu kita merenungkan dengan penuh doa semua ajaran ini, kita akan menjadikan hal yang mungkin dianggap orang lain sebagai penemuan yang mencengangkan bahwa sesungguhnya, ukuran Allah dalam menilai kita di dalam kerajaan-Nya bukan kedudukan-kedudukan tinggi yang pernah kita jabat di sini di antara manusia dan juga bukan di Gereja-Nya, juga bukan kehormatan-kehormatan yang telah kita capai, melainkan berdasarkan pada kehidupan-kehidupan yang telah kita jalani dan hal-hal baik yang telah kita lakukan, sesuai dengan “Undang-undang untuk Kehidupan Sempurna” yang diungkapkan dalam kehidupan Putra Allah.

Semoga Anda menjadikan Ucapan Bahagia sebagai Undang-undang bagi kehidupan Anda sendiri dan dengan demikian menerima berkat-berkat yang dijanjikan di dalamnya.3

Saran-saran untuk Pembelajaran dan Pembahasan

  • Bagaimanakah kita dapat mempelajari setiap hari dari “pengalaman besar” kehidupan Kristus?

  • Sewaktu kita berusaha untuk menjadi seperti Kristus, mengapa penting bagi kita untuk sering menanyakan kepada diri kita sendiri apa kekurangan kita?

  • Pengalaman-pengalaman apakah yang telah menolong Anda memahami bahwa kita mempelajari ajaran-ajaran injil dengan menerapkannya?

  • Ketika kita menyadari bahwa kita bergantung kepada Tuhan untuk semua berkat dalam kehidupan kita, bagaimanakah sikap dan perilaku kita dipengaruhi oleh kesadaran ini?

  • Apakah beberapa makna dari pernyataan, “Berbahagialah orang yang berduka cita”?

  • Bagaimanakah kecintaan akan hal-hal duniawi dapat menimbulkan rasa lapar dan haus kita akan hal-hal rohani?

  • Bagaimanakah dengan menjadi orang yang suci hatinya dapat menolong kita melihat kebaikan di dalam diri orang lain?

  • Bagaimanakah kelemahlembutan dapat menolong kita menjadi kuat?

  • Dalam hal-hal apakah kita dapat memperlihatkan belas kasihan kepada orang lain di dalam kehidupan kita sehari-hari?

Catatan

  1. Decisions for Successful Living (1973), 40–41, 44.

  2. Stand Ye in Holy Places (1974), 208–216.

  3. Decisions for Successful Living, 55–62.