Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 15: Pernikahan Kekal


Bab 15

Pernikahan Kekal

“Kegenapan dan berkat-berkat Keimamatan dan Injil berasal dari pernikahan Selestial. Ini adalah tata cara terpenting dari Injil dan tata cara terpenting dari bait suci.”

Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith

Joseph Fielding Smith yang berusia delapan belas tahun telah diberi tahu bahwa seorang remaja putri bernama Louie Emily Shurtliff akan datang untuk tinggal bersama keluarga Smith sementara dia kuliah di perguruan tinggi. Tetapi dia masih terkejut—dan senang—ketika dia pulang ke rumah dari bekerja di suatu hari dan menemukan Louie menyanyikan sebuah nyanyian pujian dengan piano keluarganya. Mulai hari itu, pada akhir musim panas tahun 1894, Joseph dan Louie membina persahabatan yang berangsur-angsur berkembang sampai mereka jatuh cinta. Mereka dimeteraikan di Bait Suci Salt Lake pada tanggal 26 April 1898.1

Louie dan Joseph menikmati hubungan yang penuh kasih. Ketika dia dipanggil untuk melayani dalam misi dua tahun di Inggris tidak lama setelah mereka menikah, Louie bekerja dengan ayahnya untuk membantu keuangan suaminya. Dia juga membantunya secara emosional dan rohani dengan mengiriminya surat-surat yang memberikan dorongan semangat. Setelah dia kembali, mereka membangun keluarga yang bahagia dan memiliki dua putri. Tetapi setelah 10 tahun pernikahan, Louie mengalami sakit parah selama masa kehamilannya dan meninggal pada usia 31 tahun.

Joseph memperoleh penghiburan dengan kepastian bahwa Louie telah pergi “untuk dunia yang lebih baik,” dan dia mencatat dalam jurnalnya doa bahwa dia akan “layak bertemu dengannya dalam kemuliaan kekal, untuk disatukan kembali dengannya.”2 Tetapi meskipun penghiburan dan pengharapan yang dia temukan dalam injil, dia sangat merindukan Louie. Dia juga khawatir mengenai putri-putrinya tanpa seorang ibu. Tidak lama setelah kematian Louie, Joseph bertemu dengan Ethel Georgina Reynolds. Meskipun kasihnya terhadap Louie belum berkurang, dia jatuh cinta pada Ethel, dan demikian pula putri-putrinya. Dengan persetujuan dari orang tuanya, orang tua Louie, dan orang tua Ethel, Joseph meminta Ethel untuk menikah dengannya. Mereka dimeteraikan pada tanggal 2 November 1908. Mereka memiliki kehidupan bersama yang menyenangkan dan berkesan sementara mereka dikaruniai dengan sembilan anak lagi. Keluarga mereka ditandai dengan ketertiban, kerja keras, rasa hormat, kebersihan, kedisiplinan yang lemah lembut, kasih dan kegembiraan yang sehat.3

Setelah 29 tahun menikah, Ethel meninggal akibat penyakit berbahaya yang menggerogoti kekuatannya selama 4 tahun. Sekali lagi, Joseph merasa kesepian tetapi terhibur oleh kepastian akan pernikahan kekal.4 Dan sekali lagi, dia bertemu seseorang di mana dia dapat berbagi kehidupan bersama. Dia dan Jessie Evans dimeteraikan pada tanggal 12 April 1938. “Selama 33 tahun kehidupan mereka bersama, istrinya menemani dia hampir ke mana pun dia pergi, baik dekat maupun jauh. Sebagai balasannya dia membantu istrinya berbelanja kebutuhan dapur, mengelap piring-piring yang dicuci setelah makan malam, dan memasukkan ke dalam botol buah-buahan di musim gugur. Dia tidak keberatan memakai celemek walaupun dia adalah seorang rasul.”5 Jessie sering berkata mengenai suaminya, “Dia pria yang paling baik hati yang pernah saya kenal. Saya belum pernah mendengar dia berbicara dengan kata-kata yang tidak baik.” Dia selalu membalas, dengan senyuman, “Dia tidak pernah mengucapkan kata-kata yang tidak baik.”6

Penulis biografi John J. Stewart menulis mengenai kelemahlembutan dan kasih sayang Presiden Smith terhadap Jessie, “Ketika berbicara kepada jemaat di mimbar dia menasihati para suami untuk mengasihi dan setia kepada istri mereka. Tetapi khotbah yang menyentuh hati saya adalah ketika dia berjalan mendaki melewati jalan-jalan utara yang curam sebanyak sembilan blok di Salt Lake City ke Rumah Sakit Orang Suci Zaman Akhir pada bulan Juli yang panas tahun 1971 dan meluangkan perayaan ulang tahunnya yang ke-95 duduk di sisi tempat tidur istrinya Jessie yang sedang sakit. Sementara kondisi istrinya memburuk, dia tetap berada bersama istrinya siang dan malam selama beberapa minggu dengan cemas mengawasi dan merawat dia, memberinya penghiburan apa pun dan dorongan semangat yang dapat dia berikan sampai dia meninggal.”7

Jessie meninggal pada tanggal 3 Agustus 1971. Dua bulan kemudian, Presiden Smith memberikan ceramah pembuka di konferensi umum. Kesaksiannya menunjukkan bahwa perasaan sedih yang dialaminya menjadi tenang dengan kepercayaan kepada Tuhan dan harapan akan kehidupan kekal:

“Saya merasa terilhami untuk mengatakan seperti Ayub di zaman dahulu, yang pengetahuannya berasal dari sumber yang sama dengan sumber yang saya peroleh: ‘Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu,’ dan bahwa ‘sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya .…’ (Ayub 19:25–27).

Dan sementara saya menggabungkan kesaksian saya dengan kesaksian Ayub tersebut, saya ingin bergabung dengannya dalam mengucapkan puji syukur, atas jeritan, yang dia ucapkan karena perasaan perih dan sedih yang dialaminya: ‘… Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan’ (Ayub 1:21).

Saya berdoa agar kita semua dapat dibimbing oleh kuasa Roh Kudus, agar kita dapat berjalan dengan lurus di hadapan Tuhan, dan agar kita dapat mewarisi kehidupan kekal di rumah dan kerajaan yang telah dipersiapkan bagi yang patuh.”8

Setelah ceramah Presiden Smith, Presiden Harold B. Lee, yang memimpin pertemuan, berkata, “Saya yakin bahwa semua anggota Gereja di mana pun mereka berada, menyadari mengenai keadaan yang telah disampaikan dalam pesan yang kuat ini, akan sangat terilhami oleh kuasa dan kekuatan yang telah dia nyatakan di sini di hadapan kita di pagi ini. Terima kasih, Presiden Smith, dari kedalaman hati sanubari kami.”9

Ajaran-Ajaran Joseph Fielding Smith

1

Pernikahan selestial adalah tata cara terpenting dari Injil Yesus Kristus.

Tidak ada tata cara yang berhubungan dengan Injil Yesus Kristus yang lebih penting, yang lebih khusyuk dan lebih sakral, dan lebih diperlukan bagi sukacita kekal [kita] … daripada pernikahan.10

Kegenapan dan berkat-berkat Keimamatan dan Injil berasal dari pernikahan Selestial. Ini adalah tata cara terpenting dari Injil dan tata cara terpenting dari bait suci.11

Saya ingin memohon kepada para brother dan sister yang baik, para anggota yang baik di Gereja, untuk pergi ke bait suci dan dinikahkan untuk waktu fana dan segala kekekalan.12

2

Tidak seperti praktik-praktik dari dunia, pernikahan bertahan untuk selamanya dalam rencana injil.

Pernikahan dianggap oleh banyak orang hanya sekadar kontrak sipil atau perjanjian di antara seorang pria dan wanita bahwa mereka akan hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Sesungguhnya, pernikahan adalah asas kekal yang berdasarkan asas ini keberadaan umat manusia sangat bergantung. Tuhan memberikan hukum ini kepada manusia sejak paling awal dunia diciptakan sebagai bagian dari hukum Injil, dan pernikahan pertama adalah untuk bertahan selama-lamanya. Menurut hukum Tuhan setiap pernikahan seharusnya bertahan untuk selama-lamanya. Jika seluruh umat manusia bersedia hidup dengan kepatuhan yang ketat terhadap Injil dan terhadap kasih itu yang dimiliki oleh Roh Tuhan, maka semua pernikakan akan kekal ….

… Pernikahan sebagaimana dipahami oleh para Orang Suci Zaman Akhir adalah perjanjian yang dimaksudkan bertahan abadi. Pernikahan adalah landasan bagi permuliaan kekal, karena tanpa pernikahan maka tidak akan ada kemajuan kekal dalam kerajaan Allah.13

Gambar
A black couple. The man is sitting in a chair and looking back at his wife who is behind the chair. She has her arms on his shoulders.

“Pernikahan sebagaimana dipahami oleh para Orang Suci Zaman Akhir adalah perjanjian yang dimaksudkan bertahan abadi.”

Jelas sekali bagi kita semua yang membaca surat kabar, yang mendengarkan laporan berita di radio dan yang menonton acara di televisi bahwa terlalu banyak orang yang tidak menganggap pernikahan dan unit keluarga dengan cara yang sama seperti yang diinginkan Tuhan.14

Pernikahan adalah perjanjian sakral, namun dalam banyak kesempatan pernikahan dijadikan sasaran lelucon kasar, senda gurau, pengaturan sementara, oleh orang yang bermulut kotor dan cemar, dan juga oleh banyak orang yang menganggap dirinya terpelajar tetapi tidak memahami kesakralan asas yang besar ini.15

Tuhan telah memberi kita Injil abadi-Nya untuk menjadi terang dan standar bagi kita, dan injil ini mencakup ikatan pernikahan suci, yang bersifat kekal. Kita seharusnya tidak dan tidak boleh mengikuti tradisi-tradisi pernikahan dari dunia. Kita memiliki terang yang lebih cemerlang daripada terang yang dimiliki dunia, dan Tuhan mengharapkan lebih banyak dari kita daripada yang Dia harapkan dari mereka.

Kita tahu sifat yang sesungguhnya dari pernikahan. Kita tahu tujuan unit keluarga dalam rencana keselamatan. Kita tahu bahwa kita hendaknya dinikahkan di bait suci, dan bahwa kita harus menjaga diri kita tetap bersih dan murni agar dapat memperoleh meterai persetujuan dari Roh Kudus Perjanjian untuk ikatan pernikahan kita.

Kita adalah anak-anak roh Bapa Kekal kita, yang telah menetapkan rencana keselamatan yang melaluinya kita dapat datang ke bumi dan maju dan berkembang dan menjadi seperti Dia; yaitu, Dia telah menyediakan rencana injil yang akan memungkinkan kita memiliki unit-unit keluarga kekal kita sendiri dan memiliki kehidupan kekal.16

Pernikahan tidak pernah dimaksudkan oleh Tuhan untuk berakhir pada saat kematian tubuh fana; melainkan untuk menambah kehormatan, kekuasaan, kuasa kepada pihak-pihak yang membuat perjanjian, dan kesatuan yang berkelanjutan dan kekal bagi keluarga dalam kerajaan Allah. Berkat-berkat seperti itu hanya tersedia bagi mereka yang bersedia mematuhi perjanjian ini sebagaimana Tuhan mengungkapkannya. Pernikahan bukan hanya sekadar kemitraan di antara pria dan wanita, karena seperti yang Tuhan telah firmankan, dalam pernikahan mereka menjadi satu daging dan berada dalam kemitraan dengan Allah.17

3

Kesetiaan pada perjanjian pernikahan mendatangkan kebahagiaan dan menuntun pada berkat-berkat kemuliaan kekal.

Saya bersyukur kepada Tuhan atas pengetahuan tentang kekekalan perjanjian pernikahan, yang memberikan kepada suami hak untuk memiliki istrinya, dan kepada istrinya hak untuk memiliki suaminya di dunia yang akan datang, dengan syarat mereka telah pergi ke Rumah Tuhan dan telah dipersatukan untuk waktu fana dan segala kekekalan oleh orang yang memiliki kuasa pemeteraian, karena tidak dengan cara lain berkat besar ini dapat diperoleh. Saya juga bersyukur atas pengetahuan bahwa hubungan keluarga, dan kesatuan keluarga, akan berlanjut, di tempat yang diorganisasi dengan benar, dalam kesalehan di kehidupan yang akan datang.18

Saya ingin mengimbau mereka yang telah ke bait suci dan telah dinikahkan di sana untuk tetap setia dan jujur pada perjanjian mereka dan kewajiban mereka, karena di dalam Rumah Tuhan mereka telah membuat perjanjian yang khusyuk.19

Tidak ada yang akan mempersiapkan umat manusia untuk kemuliaan dalam kerajaan Allah dengan lebih mudah kecuali mereka tetap setia pada perjanjian pernikahan ….

Jika diterima dengan benar, perjanjian ini menjadi sumber kebahagiaan terbesar. Kehormatan terbesar dalam kehidupan ini, dan dalam kehidupan yang akan datang, kehormatan, kekuasaan dan kuasa dalam kasih yang sempurna, adalah berkat-berkat yang berasal dari perjanjian tersebut. Berkat-berkat dari kemuliaan kekal ini diperuntukkan bagi mereka yang bersedia mematuhi perjanjian ini dan semua perjanjian Injil lainnya.20

Gambar
Family looking at photo albums.

“Hubungan keluarga, dan kesatuan keluarga, akan berlanjut, di tempat yang diorganisasi dengan benar, dalam kesalehan di kehidupan yang akan datang.”

Apa makna pernikahan bagi para anggota Gereja? Pernikahan berarti bahwa mereka menerima dalam tata cara tersebut berkat terbesar, terpenting, dan berkat kehidupan kekal. Nah, itulah tujuan yang ingin dicapai Tuhan, “kehidupan kekal,” yang berarti tidak saja sang suami dan istri akan masuk dalam kehidupan kekal, melainkan anak-anak mereka yang dilahirkan dalam perjanjian juga akan berhak, melalui kesetiaan mereka, menerima kehidupan kekal. Dan selain itu, bahwa hubungan antara suami dan istri setelah kebangkitan dari kematian tidak akan berakhir. Dengan itu Tuhan menginginkan agar mereka akan memiliki kesinambungan keturunan untuk selama-lamanya, dan organisasi keluarga tidak berakhir. [lihat A&P 132:19–24]21

Agar dapat memenuhi tujuan-tujuan Bapa Kekal kita, harus ada ikatan, suami dan istri menerima berkat-berkat yang dijanjikan kepada mereka yang setia dan jujur yang akan mempermuliakan mereka pada tingkat Ke-Allah-an. Seorang pria tidak dapat menerima kegenapan berkat-berkat kerajaan Allah sendiri saja, demikian pula wanita, tetapi keduanya dapat secara bersama menerima semua berkat dan hak istimewa yang berhubungan dengan kegenapan kerajaan Bapa.22

4

Setiap jiwa yang hatinya benar akan memiliki kesempatan untuk menerima berkat-berkat pernikahan kekal, baik itu dalam kehidupan ini atau di kehidupan yang akan datang.

Dalam rencana besar keselamatan tidak ada yang diabaikan. Injil Yesus Kristus adalah hal yang paling indah di dunia. Injil merangkul setiap jiwa yang hatinya benar dan yang dengan tekun mencari-Nya dan berkeinginan untuk mematuhi hukum-hukum dan perjanjian-Nya. Oleh karena itu, jika seseorang karena alasan apa pun tidak memiliki kesempatan untuk mematuhi perjanjian apa pun, Tuhan akan menghakimi dia berdasarkan niat hatinya. Ada ribuan anggota Gereja [tanpa akses ke bait suci] yang telah menikah dan membesarkan keluarga di Gereja, yang tidak memiliki kesempatan “dimeteraikan” untuk waktu fana dan segala kekekalan. Banyak dari mereka ini telah meninggal, dan berkat-berkat mereka diberikan secara perwakilan. Injil adalah pekerjaan perwakilan. Yesus secara perwakilan melaksanakan pekerjaan untuk kita semua karena kita tidak dapat melakukannya untuk diri kita sendiri. Demikian pula, Dia telah memberikan izin kepada anggota Gereja yang masih hidup agar mereka dapat bertindak sebagai wakil bagi orang mati yang telah meninggal tanpa memiliki kesempatan untuk bertindak atas nama mereka sendiri.

Selain itu, ada ribuan remaja putra maupun remaja putri, yang telah meninggal ke dunia roh tanpa memiliki kesempatan untuk memperoleh berkat-berkat ini. Banyak di antara mereka telah menyerahkan nyawa mereka dalam pertempuran; banyak yang telah meninggal di masa remaja mereka; dan banyak yang telah meninggal di masa kanak-kanak mereka. Tuhan tidak akan melupakan satu orang pun dari mereka. Semua berkat permuliaan akan diberikan kepada mereka, karena ini adalah jalan keadilan dan belas kasihan. Ini berlaku juga bagi mereka yang tinggal di pasak-pasak Sion dan yang dekat dengan bait suci-bait suci kita; jika mereka kehilangan berkat-berkat dalam kehidupan ini, berkat-berkat ini akan diberikan kepada mereka saat milenium.23

Tidak satu orang pun dapat kehilangan berkat permuliaan jika mereka tetap setia .… Seorang suami yang tidak layak tidak bisa mencegah istrinya yang setia dari memperoleh permuliaan dan demikian pula sebaliknya.24

5

Anak-anak dan remaja mempersiapkan diri untuk pernikahan kekal sewaktu mereka mempelajari tentang perjanjian kekal, mengembangkan iman yang kuat, dan menjaga diri mereka tetap bersih dan murni.

Semoga para ayah dan ibu Orang Suci Zaman Akhir memastikan bahwa mereka mengajar anak-anak mereka mengenai kesakralan perjanjian pernikahan. Semoga mereka menanamkan kepada anak-anak mereka bahwa tidak ada cara lain selain menghormati perjanjian Allah, yang di antaranya adalah perjanjian pernikahan kekal yang merupakan salah satu hal yang paling besar dan paling penting, mereka dapat memperoleh berkat-berkat kehidupan kekal. 25

Kehidupan ini adalah singkat, dan kekekalan adalah lama. Ketika kita merenungkan bahwa perjanjian pernikahan akan bertahan untuk selama-lamanya, sudah sepantasnya perjanjian pernikahan diberikan pertimbangan yang cermat .… Nasihat yang pantas kepada remaja kita adalah agar mereka mempertimbangkan dengan cermat tujuan memilih pasangan agar mereka hendaknya memilih pasangan yang memiliki iman yang kuat terhadap Injil. Terdapat kemungkinan besar bahwa orang seperti itu akan tetap setia terhadap sumpah dan perjanjian. Ketika remaja putra dan remaja putri tertuju sepenuhnya pada misi ilahi Tuhan dan percaya kepada Injil sebagaimana yang diungkapkan melalui Joseph Smith, sang Nabi, terdapat kemungkinan yang baik bahwa mereka akan memiliki ikatan pernikahan yang bahagia yang akan bertahan untuk selamanya.26

Saya mengimbau kepada Anda, para remaja Sion di mana pun Anda berada, untuk menjaga diri Anda tetap bersih dan murni agar Anda akan berkesempatan pergi ke rumah Tuhan dan, bersama pasangan pilihan Anda, menikmati semua berkat besar ini yang ditawarkan Tuhan kepada Anda.27

Satu hal lagi … yang ingin saya minta perhatiannya dari—orang-orang muda, ketika mereka menikah, mereka tidak puas dengan mengawali kehidupan mereka bersama dalam kondisi sederhana dengan hanya memiliki sedikit uang, tetapi mereka ingin memiliki berkat yang sama banyaknya dengan yang dimiliki oleh orang tua mereka pada saat mereka, anak-anak, menikah .… Mereka ingin mulai dengan segala kenyamanan yang bisa diperoleh untuk menjadikan mereka hidup nyaman. Menurut saya ini tidak benar. Saya rasa mereka hendaknya mulai dari awal dengan hidup sederhana, dengan beriman kepada Tuhan, membangun sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan mereka, mengumpulkan berkat secara bertahap, sampai mereka dapat mencapai tingkat kemakmuran seperti yang mereka harapkan.28

6

Sewaktu suami dan istri dengan setia mematuhi semua tata cara dan asas Injil, suka cita mereka dalam pernikahan akan semakin membaik.

Pernikahan ditetapkan oleh Allah. Itu adalah asas yang saleh ketika diterima dan dijalankan dalam kekudusan. Jika pria dan wanita sekarang akan mengikat perjanjian pernikahan ini dengan sikap yang rendah hati, penuh kasih dan iman, sebagaimana mereka diperintahkan, berjalan dalam kesalehan di jalan menuju kehidupan kekal, maka tidak akan ada perceraian, tidak akan ada rumah tangga yang berantakan; melainkan kebahagiaan, suka cita, melebihi yang dapat diungkapkan.29

Saya ingin membantu semua brother dan sister yang baik yang telah menikah di bait suci agar mereka hendaknya tidak pernah melupakan berkat-berkat besar yang telah dilimpahkan kepada mereka: Bahwa Tuhan telah memberikan kepada mereka, melalui kesetiaan mereka, hak untuk menjadi putra dan putri-Nya, ahli waris bersama dengan Yesus Kristus, memiliki—sebagaimana yang dinyatakan di sini—semua yang Bapa miliki [merujuk pada Roma 8:13–19 dan Ajaran dan Perjanjian 76:54–60].

Namun, masih saja ada anggota Gereja yang tidak memahami ini dan setelah mereka menikah untuk waktu fana dan segala kekekalan, … menerima janji kegenapan kerajaan Bapa, mereka membiarkan hal-hal masuk ke dalam kehidupan mereka yang menimbulkan perselisihan dan memisahkan mereka. Dan mereka lupa bahwa mereka telah saling membuat perjanjian untuk waktu fana dan segala kekekalan; dan tidak hanya itu, sesungguhnya mereka telah membuat perjanjian dengan Bapa mereka di surga.30

Gambar
An older couple sitting together outdoors on a bench. They are smiling and laughing.

Sewaktu suami dan istri dengan setia mematuhi Injil bersama, sukacita dan kebahagiaan mereka dalam pernikahan akan “semakin indah.”

Jika seorang pria dan istrinya sungguh-sungguh dan dengan setia mematuhi semua tata cara dan asas injil, tidak ada alasan untuk bercerai. Sukacita dan kebahagiaan yang berhubungan dengan hubungan pernikahan akan semakin indah, dan suami dan istri akan menjadi semakin dekat satu sama lain seiring berjalannya waktu. Tidak saja suami akan mengasihi istri dan istri mengasihi suami, tetapi anak-anak yang dilahirkan dari mereka akan hidup dalam suasana kasih dan keselarasan. Kasih terhadap satu sama lain tidak akan terganggu, dan selain itu kasih dari semua pihak terhadap Bapa Kekal dan Putra-Nya, Yesus Kristus, akan tertanam lebih kuat dalam jiwa mereka.31

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Bagian ini diawali dengan contoh-contoh mengenai sukacita dan kesedihan yang dapat menjadi bagian dari kehidupan pernikahan dan keluarga. Bagaimanakah ajaran tentang keluarga kekal dapat membantu kita melewati masa-masa yang bahagia dan sedih dalam kehidupan kita?

  • Hal apa mengenai pernikahan selestial yang menjadikannya “tata cara terpenting dari bait suci”? (lihat bagian 1).

  • Presiden Smith membandingkan pandangan Tuhan dan pandangan dunia tentang pernikahan (lihat bagian 2). Apa yang penting bagi Anda mengenai perbandingan ini? Bagaimanakah kita dapat melindungi dan memperkuat pernikahan dan keluarga di dunia sekarang?

  • Di bagian 3, Presiden Smith mencantumkan paling sedikit lima berkat yang datang kepada mereka yang “setia dan jujur” terhadap perjanjian pernikahan. Apa maknanya bagi Anda setia dan jujur terhadap perjanjian pernikahan?

  • Apa beberapa hal yang orang tua dapat lakukan untuk “mengajar anak-anak mereka tentang kesakralan perjanjian pernikahan”? (untuk beberapa gagasan, lihat bagian 5).

  • Di bagian 6, Presiden Smith menjelaskan bagaimana hubungan pernikahan dapat menjadi “semakin indah.” Apa contoh-contoh yang telah Anda lihat mengenai asas ini? Jika Anda menikah, pikirkanlah mengenai apa yang dapat Anda lakukan untuk mendatangkan sukacita dan kasih yang lebih besar ke dalam pernikahan Anda.

Tulisan Suci yang Berhubungan

1 Korintus 11:11; A&P 42:22; 131:1–4; Musa 3:18–24

Bantuan Mengajar

“Pertanyaan yang ditulis di papan tulis sebelum pelajaran akan membantu murid mulai berpikir tentang topik-topik bahkan sebelum pelajaran dimulai” (Mengajar, Tiada Pemanggilan yang Lebih Mulia,93).

Catatan

  1. Lihat Joseph Fielding Smith Jr. and John J. Stewart, The Life of Joseph Fielding Smith (1972), 65–75; Francis M. Gibbons, Joseph Fielding Smith: Gospel Scholar, Prophet of God (1992), 51–55.

  2. Dalam The Life of Joseph Fielding Smith, 162.

  3. Lihat The Life of Joseph Fielding Smith, 214–241.

  4. Lihat The Life of Joseph Fielding Smith, 249.

  5. The Life of Joseph Fielding Smith, 12–13.

  6. Dalam The Life of Joseph Fielding Smith, 268.

  7. John J. Stewart, dalam The Life of Joseph Fielding Smith, 11; meskipun buku ini ditulis bersama oleh John J. Stewart dan Joseph Fielding Smith Jr., komentar ini adalah pengamatan pribadi oleh John J. Stewart.

  8. “I Know That My Redeemer Liveth,” Ensign, Desember 1971, 27.

  9. Dalam Conference Report, Oktober 1971, 7.

  10. “The Law of Chastity,” Improvement Era, September 1931, 643; lihat juga Doctrines of Salvation, disunting oleh Bruce R. McConkie, jilid 3 (1954–1956), 2:58.

  11. Dalam “Lay Cornerstone at Provo Temple,” Deseret News, Mei 22, 1971, B2.

  12. Dalam Conference Report, Oktober 1951, 120.

  13. “The Perfect Marriage Covenant,” Improvement Era, Oktober 1931, 704.

  14. “President Joseph Fielding Smith Speaks to 14,000 Youth at Long Beach, California,” New Era, Juli 1971, 7–8.

  15. The Restoration of All Things (1945), 259.

  16. “President Joseph Fielding Smith Speaks to 14,000 Youth at Long Beach, California,” 8.

  17. The Restoration of All Things, 259.

  18. Dalam Conference Report, April 1915, 119.

  19. Dalam Conference Report, Oktober 1951, 120.

  20. “The Law of Chastity,” 643; see also Doctrines of Salvation, 2:58–59

  21. Dalam Conference Report, Oktober 1951, 120–121.

  22. “Obedience to the Truth,” Relief Society Magazine, Januari 1960, 6.

  23. Answers to Gospel Questions, dihimpun oleh Joseph Fielding Smith Jr., jilid 5 (1957–1966), 2:37–38.

  24. Korespondensi pribadi, dikutip dalam Doctrines of Salvation, 2:65.

  25. Dalam Conference Report, Oktober 1965, 30.

  26. “Marriage Ordained of God,” Young Woman’s Journal, Juni 1920, 307–308; lihat juga Doctrines of Salvation, 2:77–78.

  27. “President Joseph Fielding Smith Speaks to 14,000 Youth at Long Beach, California,” 10.

  28. Dalam Conference Report, April 1958, 30.

  29. The Restoration of All Things, 259.

  30. Dalam Conference Report, April 1949, 135.

  31. Dalam Conference Report, April 1965, 11.