Ajaran-Ajaran Presiden
Bab 23: Tanggung Jawab Individu


Bab 23

Tanggung Jawab Individu

“Kita berharap para anggota kita di mana pun mereka berada untuk mempelajari asas-asas yang benar dan untuk mengatur diri mereka sendiri.”

Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith

Brother D. Arthur Haycock sedang berjalan menuju Gedung Administrasi Gereja suatu hari ketika dia melihat bahwa Presiden Joseph Fielding Smith sedang membuka pintu samping. Karena perlu memasuki gedung, tempat dia bekerja sebagai sekretaris Kuorum Dua Belas Rasul, Brother Haycock “bergegas naik tangga, dengan melangkah dua atau tiga anak tangga sekaligus, agar kakinya tiba di pintu sebelum ditutup. Dia tiba tepat waktu sebelum pintu ditutup. Sewaktu dia masuk ke dalam gedung dia bergegas lagi untuk mengejar Presiden Smith untuk berjalan ke elevator bersamanya. Dia berkomentar kepadanya, ‘Saya harap saya dapat cukup beruntung untuk masuk ke dalam surga melalui pintu yang Anda buka.’” Pada awalnya Presiden Smith tidak menjawab, dan Brother Haycock khawatir bahwa dalam upayanya untuk mengucapkan sesuatu yang lucu, dia telah mengatakan sesuatu yang salah. Tetapi “sewaktu mereka tiba di elevator Presiden Smith berkata, dengan kedipan mata, ‘Nah, brother, jangan terlalu yakin akan hal itu!’”1

Melalui khotbah dan tindakan-tindakan, Presiden Smith berulang kali mengajarkan asas yang dia bagikan kepada Brother Haycock: Dia menekankan bahwa meskipun Orang Suci Zaman Akhir hendaknya tekun menolong orang lain menerima berkat-berkat Injil, keselamatan adalah tanggung jawab perorangan. Dia juga mendorong para Orang Suci untuk mandiri dan untuk bekerja dengan gigih dalam mengejar hal-hal duniawi. “Memang begitulah kehidupan,” dia berkata, “untuk mengembangkan potensi kita, dan khususnya untuk memperoleh pengendalian diri.”2

Joseph Fielding Smith belajar bekerja ketika dia masih muda. Ayahnya sering berada jauh dari rumah, sehingga “dia meluangkan banyak dari masa kanak-kanaknya melakukan pekerjaan orang dewasa.” Pada kenyataannya, dia adalah pekerja yang begitu rajin sehingga dia “secara kebetulan mewarisi satu pekerjaan lebih awal daripada yang dia butuhkan, ketika dia dengan perasaan bangga sebagai anak muda secara diam-diam memerah susu pada salah satu sapi keluarga untuk membuktikan bahwa dia mampu melakukannya, dan dengan demikian ditugasi pekerjaan tersebut secara permanen.”3

Kesediaannya untuk bekerja berlanjut ketika dia melayani misi penuh waktu di Inggris. Istrinya Louie menulis ungkapan berikut kepadanya saat dia bertugas di sana: “Saya tahu bahwa kamu jauh lebih menyukai tugas misi daripada kamu menyukai kesenangan dan saya begitu mengasihi dan memercayaimu sehingga saya merasa seolah-olah kamu adalah seorang pemuda yang hampir sempurna.”4 Selain memenuhi tugasnya untuk mengajarkan Injil kepada orang lain, dia sendiri bekerja keras untuk mempelajari Injil. Dalam satu surat yang dia kirimkan ke rumahnya, dia menceritakan mengenai upayanya untuk menghafal sebuah bagian tulisan suci: “Saya telah berusaha sepanjang hari untuk mempelajari sebuah bagian tulisan suci dan belum berhasil. Tetapi saya bertekad untuk mempelajarinya sebelum saya selesai berusaha.”5

Presiden Smith menurunkan etika kerjanya kepada anak-anaknya. Dia berkata kepada mereka, “Orang bisa mati di tempat tidur. Demikian pula ambisi tidak pernah produktif jika bermalas-malasan di tempat tidur.” Dengan prinsip ini untuk membimbing mereka, dia dan istrinya memastikan anak-anaknya bangun pagi-pagi sekali setiap pagi dan melakukan bagian tugas mereka untuk menjaga agar rumah bersih dan teratur. “Bagaimanapun juga tampaknya tidak bermoral bagi Ayah jika kami berada di tempat tidur setelah jam enam pagi,” salah satu dari putranya berkata. “Tentu saja saya hanya mencobanya sekali. Ayah memastikan saya untuk tidak melakukannya lagi.”6 Presiden Smith juga membantu pekerjaan di rumah. Ketika dia dan Louie baru menikah, dia berusaha sedapat mungkin untuk bekerja membangun rumah pertama mereka. Selama bertahun-tahun, dia melakukan sendiri sebagian besar dari perbaikan rumah, membantu pekerjaan di dapur, dan membantu memetik buah saat sudah matang dan mengawetkannya dalam botol.7

Brother Haycock, orang yang sama yang pernah bergegas mengikuti Presiden Smith masuk ke dalam Gedung Administrasi Gereja, kemudian menjadi sekretaris pribadi untuk lima Presiden Gereja, termasuk Presiden Smith. Dalam hubungan yang akrab ini, dia melihat usaha terus-menerus Presiden Smith untuk memperbaiki dirinya secara rohani. Dia berkata bahwa dia sering masuk ke kantor Presiden Smith dan menemukan nabi sedang menelaah tulisan suci atau membaca kitab lainnya.8

Ajaran-Ajaran Joseph Fielding Smith

1

Tuhan mengharapkan kita untuk tekun dalam mencari berkat-berkat duniawi dan rohani.

Tuhan berfirman kepada [Adam], “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu” [Kejadian 3:19; lihat juga Musa 4:25], dan di sepanjang masa Tuhan telah berseru kepada umat-Nya untuk tekun, untuk melayani-Nya dengan setia, untuk bekerja ….

Di masa awal Gereja di lembah-lembah ini [di Utah], Presiden Brigham Young dan para pemimpin lainnya sangat menekankan pentingnya bekerja, dan bekerja itu diperlukan karena leluhur kita datang ke sini tanpa memiliki apa-apa. Mereka harus bekerja. Mereka harus rajin. Itu penting agar mereka dapat menghasilkan hal-hal yang mereka butuhkan, dan oleh karena itu mereka dinasihati mengenai hal itu dan diarahkan secara terus-menerus agar mereka rajin. Mereka diajar agar tidak sombong di dalam hati mereka. Mereka datang ke sini di mana mereka dapat menyembah Tuhan Allah mereka dan mematuhi perintah-perintah-Nya. Mereka diminta untuk rendah hati dan juga tekun …. Ah, saya berharap kita dapat mengingat itu. Saya minta maaf bahwa kita telah melupakannya ….

… Tuhan berfirman, “Janganlah engkau bermalas-malasan; karena dia yang bermalas-malas tidak akan makan roti tidak juga mengenakan pakaian pekerja” [A&P 42:42]. Itu sangat masuk akal, bukan? Mengapa orang yang bermalas-malas harus mengambil bagian dalam pekerjaan orang yang rajin—padahal orang yang bermalas-malas ini memiliki kondisi fisik yang mampu untuk bekerja? Saya sama sekali tidak setuju dengan bentuk gerakan apa pun yang cenderung menghancurkan kejantanan pria dengan mendorong mereka untuk bermalas-malas, dan saya tidak peduli berapa usianya. Tidak menjadi soal berapa usia seseorang, jika dia memiliki fisik yang kuat dan mampu melakukan pekerjaan, dia hendaknya mengurus dirinya sendiri; itulah yang Tuhan harapkan agar dia lakukan.

Tuhan berfirman dalam wahyu yang lain:

“Dan lagi, sesungguhnya Aku berfirman kepadamu, bahwa setiap pria yang diwajibkan untuk menyediakan bagi keluarganya sendiri, biarlah dia menyediakan, dan dia bagaimanapun tidak akan kehilangan mahkotanya; dan biarlah dia bekerja di dalam Gereja. Biarlah setiap orang tekun dalam segala hal. Dan pemalas tidak akan memperoleh tempat di dalam Gereja, kecuali dia bertobat dan memperbaiki jalannya” [A&P 75:28–29].

Jadi begitulah nasihat yang telah Tuhan berikan kepada Gereja di zaman sekarang. Dan ini tidak hanya berlaku untuk membajak di ladang, atau memetik dan menuai dan terlibat dalam pekerjaan, tetapi itu juga berarti bahwa seorang pria harus rajin dalam hal-hal rohani maupun dalam hal-hal duniawi yang dengannya dia mencari nafkah.9

Kita berada di sini untuk tujuan yang besar. Tujuan tersebut bukan untuk hidup 100 tahun, atau kurang, dan menanami ladang kita, memetik hasil panen kita, mengumpulkan buah-buahan, tinggal di rumah, dan mengelilingi diri kita dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan fana. Itu bukan tujuan kehidupan. Hal-hal ini dibutuhkan bagi keberadaan kita di sini, dan itulah alasan mengapa kita harus rajin bekerja. Tetapi berapa banyak orang meluangkan waktu mereka memikirkan bahwa kehidupan adalah untuk mengumpulkan hal-hal dari dunia ini, untuk hidup nyaman, dan dikelilingi dengan semua kemewahan, dan hak istimewa, dan kesenangan yang dapat disediakan kehidupan fana, dan tidak pernah memikirkan hal-hal selain itu?

Semua hal ini adalah berkat-berkat sementara. Kita makan untuk hidup. Kita berpakaian agar tubuh kita hangat dan ditutupi. Kita memiliki rumah untuk hidup dalam kondisi yang nyaman dan menyenangkan, tetapi kita harus menganggap semua berkat ini sebagai berkat sementara yang memang diperlukan sementara kita menjalani kehidupan ini. Dan itu semua adalah kebaikan untuk kita. Kita tidak dapat membawa hal-hal tersebut ketika kita meninggal. Emas, perak dan permata berharga, yang disebut kekayaan, tidak ada gunanya bagi manusia kecuali untuk fakta bahwa hal-hal tersebut memungkinkan dia untuk mengurus dirinya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya di sini.10

Tuhan … mengharapkan kita untuk memiliki pengetahuan mengenai hal-hal duniawi agar kita dapat memenuhi kebutuhan kita sendiri secara duniawi; agar kita dapat melayani sesama manusia; dan agar kita dapat membawa pesan Injil kepada anak-anak lain di seluruh dunia.11

Gambar
A father and teenaged son are working together on a small motor in a home workshop

“Tuhan … mengharapkan kita untuk memiliki pengetahuan mengenai hal-hal duniawi.”

Tujuan keberadaan kita di sini adalah untuk melakukan kehendak Bapa sebagaimana hal itu dilakukan di surga, untuk mengerjakan kesalehan di bumi, untuk mengalahkan kejahatan dan menundukkannya, untuk mengalahkan dosa dan musuh jiwa kita, untuk bangkit melawan ketidaksempurnaan dan kelemahan umat manusia yang telah jatuh, melalui ilham dari Tuhan dan kuasa-Nya yang dinyatakan, dan dengan demikian menjadi orang suci dan hamba Tuhan di bumi.12

2

Kita pada akhirnya bertanggung jawab kepada Tuhan berdasarkan kepatuhan kita terhadap tugas.

Kita berurusan dengan iman dan hati nurani kita; Anda berurusan tidak dengan saya, tidak dengan Presidensi Gereja, tetapi dengan Tuhan. Saya tidak berurusan dengan manusia mengenai persepuluhan saya—urusan saya adalah dengan Tuhan; yaitu yang berhubungan dengan perilaku saya sendiri di Gereja dan yang berhubungan dengan kepatuhan saya terhadap hukum-hukum dan aturan-aturan lain di Gereja. Jika saya gagal mematuhi hukum-hukum Gereja, saya bertanggung jawab kepada Tuhan dan pada akhirnya harus memberikan penjelasan kepada-Nya, atas kelalaian saya dalam memenuhi tugas, dan saya mungkin harus memberikan penjelasan kepada Gereja atas penemanan saya. Jika saya melakukan tugas saya, sesuai dengan pemahaman saya mengenai persyaratan yang Tuhan telah buat untuk saya, maka saya harus memiliki hati nurani orang yang tak bersalah. Saya harus memiliki kepuasan dalam jiwa saya bahwa saya telah melakukan tugas saya sebagaimana saya memahaminya, dan saya akan menerima konsekuensinya. Bagi saya, itu adalah urusan antara saya dan Tuhan; demikian pula dengan kita semua.

Dia yang telah mengutus Putra Tunggal-Nya ke dunia, untuk menyelesaikan misi yang Kristus lakukan, juga mengrimkan setiap jiwa yang mendengarkan suara saya di sini, dan sesungguhnya setiap pria dan wanita di dunia, untuk menyelesaikan misi, dan misi tersebut tidak dapat diselesaikan melalui kelalaian, juga tidak melalui ketidakpedulian, dan juga tidak dapat diselesaikan melalui ketidakpatuhan.

Kita hendaknya mempelajari kewajiban kita kepada Tuhan dan kepada satu sama lain; hal-hal ini adalah penting, dan kita tidak dapat menjadi makmur dalam hal-hal rohani, kita tidak dapat tumbuh dalam pengetahuan akan Tuhan atau dalam kebijaksanaan, tanpa mengabdikan pikiran dan upaya kita untuk memperbaiki diri kita sendiri, untuk meningkatkan kebijaksanaan dan pengetahuan kita sendiri dalam hal-hal yang berasal dari Tuhan.13

Begitu mudah bagi umat manusia untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka sendiri, dan begitu mudah bagi kita, karena sifat manusia kita, untuk mengambil manfaat ketika sesuatu yang telah dicapai adalah sesuatu yang menyenangkan dan memberikan manfaat. Tetapi kita tidak pernah ingin memikul tanggung jawab atas kesalahan kita yang tidak menyenangkan, dan kita berusaha untuk menempatkan tanggung jawab tersebut ke tempat lain dan pada orang lain .… Marilah kita memikul tanggung jawab kita sendiri, dan tidak berusaha untuk menempatkan tanggung jawab tersebut ke tempat lain.14

3

Allah telah memberi kita hak pilihan dan mengharapkan kita untuk melakukan dengan segenap kemampuan kita untuk diri kita sendiri.

Hak pilihan [adalah] karunia besar yang telah Tuhan berikan kepada setiap jiwa untuk bertindak bagi dirinya sendiri, untuk membuat pilihannya sendiri, untuk menjadi juru kuasa dengan kekuatan untuk memercayai dan menerima kebenaran dan menerima kehidupan kekal atau untuk menolak kebenaran dan menerima penyesalan hati nurani. Ini adalah salah satu karunia terbesar dari Allah. Akan menjadi seperti apakah kita tanpa hak pilihan itu, jika kita dipaksa seperti sejumlah orang ingin agar orang lain dipaksa untuk melakukan kehendak mereka? Tidak akan ada keselamatan; tidak akan ada ganjaran dari kesalehan; tidak seorang pun dapat dihukum atas ketidaksetiaan karena manusia tidak akan bertanggung jawab di hadapan Pencipta mereka.15

Joseph Smith ditanya bagaimana dia mengatur umat yang jumlahnya begitu banyak dan beragam sebagai Orang Suci Zaman Akhir. Dia menjawab, “Saya mengajar mereka asas-asas yang benar dan mereka mengatur diri mereka sendiri.”

Ini adalah asas yang diatasnya kita beroperasi di Gereja. Kita berharap para anggota kita di mana pun mereka berada untuk mempelajari asas-asas yang benar dan untuk mengatur diri mereka sendiri.16

Gambar
Participants in a Mormon Helping Hands project in Brazil.

“Tidak seorang pun, melalui firman Bapa, yang pernah dipaksa untuk melakukan kebaikan .… Setiap orang boleh bertindak untuk dirinya sendiri.”

Karunia hak pilihan yang besar ini, yaitu hak istimewa yang diberikan kepada manusia untuk membuat pilihannya sendiri, tidak pernah dicabut, dan itu tidak akan pernah dicabut. Itu adalah asas kekal yang memberikan kebebasan untuk berpikir dan bertindak kepada setiap orang. Tidak seorang pun, melalui firman Bapa yang pernah dipaksa untuk melakukan kebaikan; tidak seorang pun pernah dipaksa untuk melakukan kejahatan. Setiap orang boleh bertindak untuk dirinya sendiri. Rencana Setan adalah untuk menghancurkan hak pilihan ini dan memaksa manusia untuk melakukan kehendaknya. Tidak akan ada kehidupan yang memuaskan tanpa karunia besar ini. Manusia harus memiliki hak istimewa untuk memilih bahkan meskipun mereka mungkin memberontak terhadap perintah ilahi. Tentu saja keselamatan dan permuliaan harus datang melalui kehendak bebas tanpa paksaan dan melalui prestasi perorangan agar pahala kesalehan itu dapat diberikan dan hukuman yang setimpal diberikan kepada orang yang melanggar.17

Kita percaya bahwa melalui kasih karunia kita diselamatkan setelah semua yang dapat kita lakukan, dan bahwa dengan membangun di atas landasan pendamaian Kristus, semua manusia harus mengerjakan keselamatan mereka sendiri dengan takut dan gentar di hadapan Tuhan [lihat 2 Nefi 25:23; Mormon 9:27].18

Adalah fakta yang penting, yang ditunjukkan melalui tindakan langsung dan melalui perintah yang tersirat dalam semua tulisan suci, bahwa Allah telah melakukan bagi seluruh umat manusia semua yang tidak dapat manusia lakukan untuk diri mereka sendiri untuk memperoleh keselamatan, tetapi Dia mengharapkan manusia untuk melakukan semuanya untuk diri mereka sendiri yang berada dalam kekuatan mereka.

Berdasarkan asas ini adalah bertentangan dengan tata tertib surga yang telah ditetapkan sebelum landasan bumi diletakkan, bagi utusan-utusan kudus yang telah dibangkitkan, atau utusan-utusan dari surga, untuk datang ke bumi dan melaksanakan pekerjaan bagi manusia yang dapat manusia lakukan sendiri ….

Adalah kesalahan yang paling serius memercayai bahwa Yesus melakukan segala sesuatu bagi manusia jika mereka bersedia mengakui bahwa mereka beriman kepada-Nya hanya di bibir saja, dan tidak ada hal lain lagi yang mereka lakukan. Manusia harus melakukan sesuatu jika mereka ingin memperoleh keselamatan. Adalah melalui keselarasan dengan hukum kekal ini bahwa malaikat menuntun Kornelius kepada Petrus [lihat Kisah para Rasul 10], dan bahwa Ananias diutus kepada Paulus [lihat Kisah para Rasul 9:1–22]. Demikian pula melalui kepatuhan pada hukum ini bahwa Moroni, yang memahami tulisan-tulisan di atas lempengan-lempengan bangsa Nefi, tidak melakukan penerjemahan, melainkan di bawah arahan Tuhan, memberikan kepada Joseph Smith Urim dan Tumim yang melaluinya dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang penting itu melalui karunia dan kuasa Allah.19

4

Dua tanggung jawab besar kita adalah untuk mengupayakan keselamatan kita sendiri dan untuk bekerja dengan tekun bagi keselamatan orang lain.

Kita memiliki dua tanggung jawab besar ini .… Pertama, untuk mengupayakan keselamatan kita sendiri; dan, kedua tugas kita kepada sesama manusia. Sekarang, tugas saya sepanjang yang berhubungan dengan diri saya adalah untuk mengupayakan keselamatan saya sendiri. Itu adalah tugas pribadi Anda yang harus Anda lakukan terlebih dahulu, dan demikian pula dengan setiap anggota Gereja ini.20

Perhatian pertama kita hendaknya keselamatan kita sendiri. Kita hendaknya mencari setiap berkat Injil untuk diri kita sendiri. Kita hendaknya dibaptis dan mengikat janji dalam tata cara pernikahan selestial agar kita dapat menjadi ahli waris dalam kegenapan kerajaan Bapa kita. Kemudian kita hendaknya memerhatikan keluarga kita, anak-anak kita, dan leluhur kita.21

Adalah … tugas kita untuk menyelamatkan dunia, baik orang mati maupun yang masih hidup. Kita menyelamatkan orang yang masih hidup yang akan bertobat dengan mengkhotbahkan Injil di antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan anak-anak Israel, yang jujur hatinya. Kita menyelamatkan orang mati dengan pergi ke rumah Tuhan dan melaksanakan tata cara-tata cara ini—pembaptisan, penumpangan tangan, pengukuhan, dan hal-hal lain semacam itu sebagaimana yang Tuhan minta dari kita—atas nama mereka.22

Adalah tugas saya, sebagaimana juga tugas Anda, dan juga tugas para brother dan sister semua—karena tanggung jawab ditempatkan juga kepada Anda—untuk melakukan yang terbaik dengan segenap kekuatan Anda, dan tidak mengabaikannya, melainkan berusaha dengan segenap jiwa kita untuk mengembangkan panggilan yang telah Tuhan berikan, untuk bekerja dengan tekun demi keselamatan keluarga kita, kita masing-masing, dan demi keselamatan sesama manusia, keselamatan orang-orang yang berada jauh dari kita.23

Saran untuk Penelaahan dan Pengajaran

Pertanyaan

  • Apa yang membuat Anda terkesan mengenai upaya-upaya Presiden Smith untuk mengajar anak-anaknya untuk bekerja? (lihat “Dari Kehidupan Joseph Fielding Smith”). Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab?

  • Bagaimanakah ajaran-ajaran di bagian 1 meningkatkan pemahaman Anda tentang kemandirian? Pikirkanlah mengenai apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadi lebih mandiri.

  • Tinjaulah nasihat di bagian 2. Apa maknanya bagi Anda menjadi “bertanggung jawab kepada Tuhan”?

  • Presiden Smith mengajarkan, “Kita berharap para anggota kita di mana pun mereka berada untuk mempelajari asas-asas yang benar dan untuk mengatur diri mereka sendiri” (bagian 3). Bagaimanakah ajaran ini memberikan manfaat bagi keluarga? Bagaimanakah ini dapat menuntun kuorum-kourum imamat dan Lembaga Pertolongan?

  • Dalam upaya-upaya kita untuk melayani orang lain, mengapa menurut Anda “perhatian pertama kita hendaknya terhadap keselamatan kita sendiri”? (lihat bagian 4).

Tulisan Suci yang Berhubungan

Filipi 2:12; 2 Nefi 2:14–16, 25–30; A&P 58:26–28

Bantuan Mengajar

“Sewaktu Anda mengajar dari buku ini, undanglah yang lain untuk membagikan gagasan mereka, mengajukan pertanyaan, dan saling mengajar. Ketika mereka berperan serta secara aktif, mereka akan lebih siap untuk belajar dan menerima wahyu pribadi” (dari halaman vii dalam buku ini).

Catatan

  1. Joseph Fielding Smith Jr. and John J. Stewart, The Life of Joseph Fielding Smith (1972), 358–359.

  2. Joseph Fielding Smith, dalam The Life of Joseph Fielding Smith, 10.

  3. Joseph Fielding Smith Jr. and John J. Stewart, The Life of Joseph Fielding Smith, 51–52.

  4. Louie Shurtliff Smith, dalam The Life of Joseph Fielding Smith, 113.

  5. Joseph Fielding Smith, dalam The Life of Joseph Fielding Smith, 116.

  6. Dalam Joseph Fielding McConkie, “Joseph Fielding Smith,” dalam edisi Leonard J. Arrington. The Presidents of the Church (1986), 336–337; lihat jugaThe Life of Joseph Fielding Smith, 217–221.

  7. Lihat The Life of Joseph Fielding Smith, 12–13, 155–157; Francis M. Gibbons, Joseph Fielding Smith: Gospel Scholar, Prophet of God (1992), 202.

  8. Lihat Jay M. Todd, “A Day in the Life of President Joseph Fielding Smith,” Ensign, Juli 1972, 5.

  9. Dalam Conference Report, April 1945, 48–49.

  10. “Salvation for the Dead,” Utah Genealogical and Historical Magazine, April 1926, 154–55; lihat juga Doctrines of Salvation, disunting oleh Bruce R. McConkie, jilid 3 (1954–1956), 1:68–69.

  11. Ceramah pada Institut Religi Logan Utah, Januari 10, 1971, 2, Perpustakaan Sejarah Gereja; naskah yang tidak diterbitkan.

  12. Dalam Conference Report, Oktober 1969, 108.

  13. Dalam Conference Report, Oktober 1969, 108.

  14. Dalam Conference Report, Oktober 1932, 88.

  15. Dalam Conference Report, Oktober 1949, 88.

  16. Dalam Conference Report, Konferensi Umum Wilayah Inggris 1971, 6; lihat juga Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith (2007), 284.

  17. Answers to Gospel Questions, dihimpun oleh Joseph Fielding Smith Jr., 5 jilid (1957–1966), 2:20.

  18. “Out of the Darkness,” Ensign, Juni 1971, 4.

  19. “Priesthood—Restoration of Divine Authority,” Deseret News, September. 2, 1933, Bagian Gereja, 4; lihat juga Doctrines of Salvation, 3:90–91.

  20. “The Duties of the Priesthood in Temple Work,” Utah Genealogical and Historical Magazine, Januari 1939, 3; lihat juga Doctrines of Salvation, 2:145.

  21. Sealing Power and Salvation, BYU Speeches of the Year (Januari 12, 1971), 2.

  22. Dalam Conference Report, Oktober 1911, 120; lihat juga Doctrines of Salvation, 2:192–193.

  23. Dalam Conference Report, April 1921, 41.