2008
Segalanya Akan Baik-Baik Saja
Oktober 2007


Segalanya Akan Baik-Baik Saja

Informasi terbaru: Hasil pemeriksaan terkini Sister Coston, delapan tahun sejak didiagnosis, memperlihatkan tidak ada tanda-tanda kanker lagi.

Mata saya penuh dengan air mata sewaktu saya berkendara ke rumah sakit untuk tes lebih lanjut. Saya telah didiagnosis dengan kanker setelah kelahiran putri saya dua tahun lalu. Saya menjalani operasi dan menerima perawatan, dan saya segera akan mengetahui apakah perawatan itu telah berhasil. “Bapa Surgawi, saya telah belajar dari banyak pengalaman ini. Mohon singkirkan penderitaan ini dari saya. Saya ingin membesarkan anak perempuan saya dan suatu hari nanti melayani misi bersama suami saya. Mohon sembuhkan saya.”

Air mata menetes di wajah saya. Tiba-tiba doa saya berubah menjadi lirik dari lagu “Doa Seorang Anak.”1 Sesuatu mendorong saya untuk berbicara keras.

Berdoalah;

Berbicaralah.

Kau putra-Nya;

‘Kan didengarkan-Nya.

Percayalah.

Perasaan kasih yang begitu besar menyelimuti diri saya. Saya merasakan bahwa Bapa Surgawi mengenal saya dan peduli terhadap saya serta mendengarkan saya. Saya merasakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Saya menerima hasil pemeriksaan keesokan harinya. Tes memperlihatkan tidak ada tanda-tanda kanker. Saya merasakan beban berat saya disingkirkan dari saya. Meskipun demikian, keesokan harinya, dokter saya memanggil saya dan menjelaskan bahwa meskipun hasil awalnya bersih, tes darah memperlihatkan masih ada kegiatan kanker yang signifikan dalam tubuh saya. “Bagaimana mungkin?” Saya bertanya-tanya. Jika ini sungguh-sungguh yang terjadi, mengapa saya merasa bahwa Bapa Surgawi telah menjawab doa saya?

Saya mencoba menyingkirkan keraguan saya sewaktu saya kembali untuk melakukan tes lebih lanjut. Hasilnya memperlihatkan tidak saja saya masih mengidap kanker namun juga kanker itu telah menyebar. Saya mempertanyakan tentang pengalaman saya di mobil. Saya tidak dapat memungkiri apa yang telah saya rasakan, namun saya mulai meragukan penafsiran saya.

Informasi baru ini meresahkan dan menyebabkan pemikiran yang serius. Saya merasa bahwa saya masih perlu belajar sesuatu dari pencobaan ini. Sewaktu saya merenung, saya menyadari bahwa saya telah berbuat sesuatu tanpa berpikir saya Orang Suci Zaman Akhir yang aktif, namun saya memang melakukan segala sesuatu karena kebiasaan daripada ketulusan. Saya tidak dalam tingkat kerohanian sebagaimana yang saya inginkan. Saya perlu kembali pada asas-asas dasar, jadi saya mulai berfokus pada bidang-bidang yang akan membawa saya dekat pada Yesus Kristus. Saya membutuhkan kekuatan-Nya untuk bertahan melalui kesulitan-kesulitan saya.

Sewaktu saya mengerahkan lebih banyak upaya dalam hal-hal rohani, iman saya kepada Yesus Kristus dan rencana-Nya bagi saya meningkat. Saya menyadari bahwa pengalaman saya ketika berkendara ke rumah sakit sungguh-sungguh merupakan jawaban bagi doa saya. Ketika saya mengenali dan menerima jawaban itu (bahwa segalanya akan baik-baik saja), saya menyadari bahwa Bapa Surgawi tidak selalu menyatakan ketika segala sesuatu akan diatasi. Saya mungkin tidak pernah sepenuhnya disembuhkan secara jasmani, namun saya belajar untuk menerima kehendak-Nya. Kehidupan saya sungguh-sungguh ada di tangan-Nya.

Tujuh tahun telah berlalu sejak saya didiagnosis dengan kanker. Saya telah menjalani beberapa operasi dan perawatan, namun masih ada kanker dalam tubuh saya. Meskipun demikian, kehidupan harus berjalan terus, dan saya bersyukur untuk itu. Dengan kesulitan saya datang berkat-berkat, termasuk putri kedua. Yang terpenting, jawaban Tuhan bahwa “segalanya akan baik-baik saja” masih menghibur saya.

CATATAN

  1. Buku Nyanyian Anak-Anak, 6–7.