2008
Iman untuk Menghentikan Banjir
Oktober 2007


Iman untuk Menghentikan Banjir

Saat itu hari di musim semi di Helsinki, Finlandia. Matahari bersinar cerah, dan salju cepat meleleh. Selama berjam-jam saya telah bekerja dengan anak-anak lelaki saya, Juha, delapan tahun, dan Hannu, enam tahun, untuk menahan salju yang meleleh agar tidak membanjiri gudang kami. Saluran di dekat situ yang seharusnya mengatasi air yang menggenang masih membeku keras.

Sewaktu suami saya pergi untuk bekerja pagi itu, dia memberi tahu saya untuk memastikan kami mengeluarkan air dari gudang. Kami bekerja keras sampai siang, ketika tiba saatnya untuk pergi ke Pratama. (Pada waktu itu Pratama diadakan pada hari kerja). Meskipun demikian, saya memberi tahu anak-anak lelaki saya bahwa mereka harus melewatkan Pratama untuk membantu menghentikan air agar tidak memasuki gudang kami. Disamping itu, suami saya bukan anggota Gereja, dan dia tidak akan memahami betapa pentingnya Pratama bagi putra-putra kami.

Secara bersamaan, Juha dan Hannu meyakinkan saya bahwa jika kami pergi ke Pratama, Bapa Surgawi akan memastikan bahwa air tidak akan masuk ke gudang kami. Saya melihat ke satu arah dan ke arah lainnya dari air yang menggenang ke wajah-wajah putra saya yang penuh iman. Sebagian dari diri saya mengatakan, “Kamu tidak bisa pergi karena tidak ada kuasa yang dapat menghentikan air agar tidak membanjiri gudang.” Saya memohon kepada Bapa Surgawi dalam doa di hati saya. Kemudian saya membuat sebuah keputusan yang sulit.

“Kita akan pergi ke Pratama sekarang!” Saya menyatakan itu sewaktu saya meletakkan ember. Tidak peduli dengan apa yang terjadi, saya tidak akan menyakiti iman anak-anak saya.

Anak-anak lelaki saya menikmati waktu yang menyenangkan di Pratama. Namun sewaktu kami berkendara pulang setelah itu, semakin dekat kami sampai ke rumah, semakin besar rasa takut saya. Setibanya di halaman, anak-anak lelaki saya berlari kencang menuju pintu gudang. Melihat ke bawah, mereka berteriak, “Ibu, apa yang kami katakan kepadamu?” Saya bergegas datang. Saya tidak akan pernah melupakan pemandangan yang mengejutkan mata saya. Tempat itu benar-benar kering, seolah-olah telah dibersihkan. Di situ tidak ada tanda-tanda air sama sekali. Bahkan sekarang, 40 tahun kemudian, sulit bagi saya untuk memercayai apa yang saya lihat.

Sinaran di mata anak-anak lelaki saya memancarkan sukacita serta kepercayaan kepada Bapa Surgawi. Sukacita—dan rasa syukur—juga memenuhi hati saya!

Tidak ada kekuatan di dunia yang dapat mengalahkan iman seperti anak kecil. Tulisan suci menyatakan bahwa jika kita memercayai dan tidak ragu, kita akan dapat memindahkan gunung (lihat Matius 17:20). Hari itu kekuatan iman anak-anak saya menghentikan banjir.